Kenalan Lainnya
-;
Saat ini, aku sedang berada di kafe yang biasa aku kunjungi dulu bersama salah satu teman baikku lainnya. Namanya Kang Daniel. Aku berteman dengannya sejak SMA saat kami tak sengaja bertabrakan di lorong.
"Kau sedang dalam mood baik Woo? Tumben sekali kau mengajakku mengobrol di kafe seperti ini dan senyum-senyum tidak jelas dari tadi," ujarnya membuyarkan lamunanku.
"Oh itu, ada kabar baik yang harus aku beri tahu padamu,"
"Apa itu?"
"Minhyun mau memikirkan tentang hubunganku dengannya Niel,"
Aku bisa melihat dirinya sedikit tersentak, lalu menatapku dengan pandangan tidak percaya.
"Yang benar Woo?" tanyanya dan hanya ku berikan anggukan untuk jawabannya.
"Baguslah kalau begitu, kau tidak perlu menunggu sesuatu yang tidak pasti lagi saat ini,"
Kami berdua sama-sama tersenyum senang. Walaupun aku lebih lama dekat dengan Minhyun, tapi aku lebih sering bercerita tentang keluh kesah yang ku miliki dengan Daniel. Dia selalu memberiku respon yang baik dan selalu menyemangatiku. Sangat berbeda dengan Minhyun yang selalu bersikap acuh tak acuh dan berakhir melumat bibirku kalau aku tidak diam.
"Oh ya Niel, bagaimana hubunganmu dengan Somi? Apakah kalian baik-baik saja?"
Raut wajahnya berubah, dan dia menundukkan kepalanya. Dalam hati aku bertanya-tanya, apakah aku salah berbicara?
"Hubunganku dengan dia ya? Tidak baik," ujarnya kelewat santai.
Aku tidak terkejut mendengar jawabannya mengingat Daniel adalah playboy yang sering memainkan hati wanita lain. Aku hanya terkejut saat dia merubah raut wajahnya tadi.
"Apa yang terjadi?"
"Masalah biasa yang sering ku hadapi. Mereka tidak pernah puas dan selalu meminta lebih,"
Aku mengerti sekarang. Yang dia maksud adalah masalah uang dan nafsu. Aku sudah mendengar cerita ini darinya ribuan kali dan anehnya, aku tidak pernah bosan untuk mendengarnya.
"Em Woo, aku ingin bertanya satu hal,"
"Ya? Tanya saja,"
"Apa kau kadang menyesal telah berteman dengan bajingan sepertiku?"
Aku tersenyum mendengarnya dan segera menggelengkan kepalaku pelan. "Tidak. Tidak pernah sekalipun aku merasa menyesal berteman denganmu. Justru kadang aku bertanya-tanya, hal buruk apa yang kau miliki hingga selalu di pandang buruk oleh orang lain?" ujarku menyemangatinya.
Tidak ada rekasi berlebihan yang ia berikan, hanya senyuman tampan lalu mengusak kepalaku gemas.
See? Daniel bukanlah orang jahat. Dia hanyalah bocah polos saat aku bertemu dengannya dan berubah seratus delapan puluh derajat karena wanita-wanita yang selalu menginginkan tubuhnya dan uangnya.
Miris sekali kadang memikirkannya. Namun aku tidak menyesalinya, ia berubah menjadi lebih dewasa sekarang dan selalu bersiap untuk menjagaku, begitu katanya.
"Ah, bagaimana hubunganmu dengan ibumu?"
Aku lupa, aku belum bercerita tentang masalah yang aku hadapi saat ini.
"Parah. Sangat parah,"
"Apakah uang bulananmu di tarik lagi? Kau butuh berapa? Biar aku yang membayar seluruh kebutuhanmu sekarang," ujarnya dengan nada khwatir.
Aku terkekeh mendengarnya, Daniel selalu seperti ini. Tidak pernah berpikir dulu sebelum berbicara saat sedang mengkhawatirkan sesuatu.
"Kau ada-ada saja Niel. Tenang, untuk semetara aku bisa memakai uang yang sudah ku tabung. Lalu jika keadaanku tidak memadai, aku akan berusaha meminta beberapa uang dari ayahku,"
"Begitu ya? Baiklah. Tapi kalau kau perlu sesuatu, jangan sungkan ya Woo," ucapnya lalu segera kuberi anggukan.
--
"Dari mana?"
"Oh habis bertemu Daniel, Hyun. Kenapa?"
Minhyun masih sibuk dengan iPhone X miliknya, padahal ia yang bertanya duluan. Kadang, aku ingin sekali memukul wajah tampannya itu.
"Jangan sering-sering bertemu dengannya,"
Dahiku berkerut mendengarnya. "Kenapa? Salah ya kalau aku bertemu dengan sahabatku?"
"Kau belum berkencan denganku dan kau sudah mendekatinya Woo. Atau kau mau menjadi kekasihnya? Silahkan," ujarnya sedikit dingin.
Ini satu sisi yang paling tidak ku sukai dari Minhyun, ia mudah cemburu. Sekali cemburu, akan sangat susah dibujuk dan semua masalah kecil akan menjadi besar dengannya. Padahal status saja belum punya.
"Iya-iya, aku bertemu dengannya baru sekali ini semenjak ujian kemarin. Jangan khawatir,"
"Baguslah. Aku akan berkencan dengan Mina sebentar, tidak usah menungguku, langsung saja tidur jika aku belum pulang jam sembilan," ucapnya dan melenggang pergi begitu saja.
Jika aku tidak menyukainya, sudah kupastikan wajahnya babak belur saat ini.
--
Sudah merasakan perubahan?
Gimana? Aneh ngga?
-Dev
KAMU SEDANG MEMBACA
What Are We? - OngNiel [On Hold]
Fanfiction[SLOW UPDATE] "Kita ini sebenarnya, apa?"