Hubungan Terlarang Lainnya
"Kenapa akhir-akhir ini kau sering melantur Niel?"
"A-apa?"
Hah, aku menghela nafasku. Daniel sering sekali melantur akhir-akhir ini, membuatku harus selalu menetralkan detak jantungku setiap berada di dekatnya.
"Sudahlah, lupakan saja. Ayo pulang, aku ingin segera tidur," ucapku sambil beranjak dari kursiku dan di ikuti oleh Daniel setelahnya.
--
Setelah menghadapi macet yang sangat panjang selama lima belas menit, akhirnya aku sampai di depan pintu apartemenku.
Awalnya aku sempat menolak saat Daniel ingin mengantarku sampai di dalam apartemenku. Namun setelah melihat wajahnya yang lucu saat memelas membuatku mengurungkan niatku, anggap saja full service dari Daniel.
"Sudah, kau bisa pulang sekarang Niel. Terima kasih sudah mau mendengarkan semuanya," ujarku pelan lalu tersenyum ke arahnya.
Daniel mengangguk, namun ia tak kunjung pulang. Ia malah memperhatikan wajahku dengan tatapan lembutnya lalu mengelus rambutku pelan.
"Kau...manis Woo,"
Tangan Daniel bergerak dari rambutku, menuju bibirku sebelum akhirnya tatapannya menjadi sayu.
"Fuck, i can't take it anymore,"
Detik berikutnya, Daniel menciumku. Lembut. Sangat lembut. Bahkan lebih baik dari ciuman Minhyun yang terasa buru-buru dan penuh nafsu.
Tangannya bergerak menahan tengkuk milikku agar ciuman kami bertambah lebih dalam.
Aku ingin sekali mendodong bahu lebar miliknya, namun ciumannya merupakan salah satu ciuman terbaik yang pernah aku miliki selama aku hidup.
Dari ciuman pelan yang ia lakukan, menjadi lumatan-lumatan halus dan sesekali ia menyesap bibirku lembut.
Baru saja ingin membalas ciuman Daniel, ia malah melepasnya dengan cepat dan memperhatikan wajahku dengan tatapan khawatir.
"Ma-maaf Woo. Aku tidak bermaksud..."
Ia menghela nafasnya pelan, kemudian kembali menatapku ragu. "...Sebaiknya aku pulang, Woo."
--
"D-Daniel..."
Malam ini, kamarku menjadi saksi bisu antara hubungan ku dengan Daniel.
Aku tidak tau apakah hubungan ini seperti hubunganku dengan Minhyun atau apa, yang jelas aku menikmatinya.
"Ah...di...disana-akh." aku tidak bisa menahan desahanku lagi. Sungguh, having sex dengan Daniel adalah hal luar biasa yang pernah terjadi di dalam hidupku.
Bukannya aku penggila sex atau sejenisnya, hanya saja, aku telah mengidam-idamkan tubuh Daniel sejak SMA dulu dan hanya bisa menyukainya dari belakang.
"Seongwoo."
Shit. Tubuhku meremang hanya karena mendengarkan erangannya.
"Ah...aku...nyahh..." aku sudah tidak tahan lagi dengan semua sentuhan nakalnya.
Baru saja akan mendapatkan pelepasan, Daniel malah menutup kepala penisku dan membuat tubuhku menggelinjang hebat.
"Niel, please."
"Moan for me Ong Seongwoo," erangnya sambil meremas penis milikku.
"Shit a-ahh."
Bisa ku lihat seringaian terpatri jelas di wajahnya dan sialnya, ia menjadi dua kali lipat lebih tampan di tambah peluh yang membasahi dahinya.
"Please, can I-I cum?" sungguh, aku tidak bisa menahan kenikmatan ini lagi.
Setelah mengatakan itu, Daniel melepas tangannya dari penisku. Membuat sperma yang sudah kutahan daritadi keluar membasahi tubuhku dan Daniel, di iringi dengan pelepasan Daniel di dalam bokongku.
Tubuhnya ambruk di sampingku dan tangan lebarnya merengkuh tubuhku dengan erat.
"Kau...menyukainya Seongwoo?" ucapnya pelan sambil menatapku penuh arti.
Senyuman. Hanya itu yang bisa ku berikan untuknya mengingat betapa lelahnya tubuhku setelah menerima ratusan hujaman dari Daniel.
"Tidurlah," begitu ucapnya setelah mencium pipiku dengan lembut.
Aku hanya berharap, semoga perasaan yang ku rasakan hari ini akan terus bersambung hingga hari-hari berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Are We? - OngNiel [On Hold]
Fanfiction[SLOW UPDATE] "Kita ini sebenarnya, apa?"