Perjanjian Bodoh
-;
"Kau melantur lagi Niel. Sabar, ku buatkan hangover dulu untukmu," ujarku, lalu beranjak meninggalkan Daniel.
Apa? Daniel menyukaiku? Dia...gay? Sejak kapan?
Well, aku juga menyukainya. Sangat menyukainya malah. Bahkan aku sudah menyukainya saat kami pertama kali berbicara dulu saat SMA. Wajahnya yang tampan, rahangnya yang tegas, tubuhnya yang kekar dan masih banyak poin plus yang membuatku menyukai seorang Kang Daniel.
Namun yang ku tau adalah, Daniel itu straight.
Fakta bahwa ia menyukai wanita dulu membuatku harus menutup perasaanku dan beralih untuk menyukai Minhyun. Aku memang masih menyukainya sebagai sahabat, tetapi setelah ia mengutarakan perasaannya secara tiba-tiba barusan membuatku harus berpikir dua kali untuk itu.
Tidak. Dia tidak serius mengatakannya, aku sangat yakin jika dia tadi melantur.
"Ini, makanlah. Siapa tau bisa membuatmu lebih baik," ucapku setelah memberinya semangkuk sup untuk hangover.
Ia pun menerimanya dan segera memakannya. "Terima kasih Woo," balasnya dengan mulut penuh dengan kuah sup.
--
Sudah seminggu semenjak Daniel mengutarakan perasaannya.
Tidak ada yang berubah di antara kami, hanya saja dia lebih sering mengirimiku pesan dan sangat sering memintaku untuk menemaninya jalan-jalan walau hanya sekedar mengelilingi taman.
Ia juga sering memberi perhatian yang lebih untukku. Dan itu selalu berhasil membuatku tersipu saat beratatapan dengannya.
Ah aku hampir lupa dengan Minhyun.
Bagaimana ya? Semenjak ia berkencan dengan Mina, ia hampir tidak memiliki waktu lagi untukku. Aku selalu ingin berharap lebih kepada Minhyun, namun aku hanya bisa diam meratapi nasib perasaan ku yang masih digantung mengingat kami tidak memiliki hubungan apa-apa.
Iya, sekali lagi. Kami tidak memiliki hubungan apa-apa.
"Kau mau pergi dengan Mina lagi?" tanyaku tepat saat melihat Minhyun sudah rapi dengan setelan kasualnya.
Ia mengangguk lalu memakai sepatunya. "Sepertinya aku tidak akan pulang lagi malam ini, jadi jangan menunggu..."
"Iya-iya bawel," selaku sebelum ia mengomel lagi.
"Aku bosan. Lebih baik aku berkencan juga dengan Daniel," ujarku lagi saat ia hendak berjalan keluar.
Langkahnya terhenti lalu ia menoleh ke arah ku dengan tatapan tajamnya. Sudah kuduga jika hal ini akan terjadi.
"Sekali lagi kau mengatakan..."
"Kenapa? Aku tidak pernah melarangmu saat kau berkencan dan bahkan sampai menyetubuhi orang lain. Sementara kau, selalu saja melarangku padahal aku hanya bertemu dengannya,"
Bisa ku lihat tatapan Minhyun melembut dan senyuman meremehkan terpatri di wajahnya.
"Baiklah, mulai sekarang terserahmu saja Woo. Aku akan bermain adil sekarang, kau dengan Daniel dan aku dengan Mina," ucap Minhyun.
Aku hanya menganggukkan kepalaku pelan lalu kembali fokus ke arah iPhone 8 milikku.
"Ah, ayo kita buat segalanya makin seru Woo," lanjutnya dengan seringaian di wajahnya.
"Kita buat sebuah perjanjian. Karena kita sudah memiliki pasangan masing-masing saat ini, kita tidak boleh melakukan apapun yang melewati batas pertemanan,"
Mulutku terbuka ingin mengatakan sesuatu, namun Minhyun kembali menyela.
"Tidak ada sex, tidak ada ciuman, tidak ada pegangan tangan, dan hal-hal yang berkaitan dengan itu,"
"Jika kau tidak bisa menepati janjimu, kau harus menunggu kepastian hubungan ku dengan Mina. Jika aku memilih untuk serius dengannya, kau tidak boleh berpacaran atau berhubungan dengan orang lain sampai aku bosan dengannya,"
"Apa-apaan..."
"Dan itu berlaku sebaliknya," timpalnya.
Sialan Hwang Minhyun dengan mulut licinnya, selalu saja mempermainkan seseorang untuk dipermainkan dengan orang lain.
Aku tidak boleh menyerah begitu saja. Ini kompetisi, dan aku daridulu tidak pernah kalah ketika berkompetisi dengan Minhyun.
Kepalaku mengangguk mengiyakan janji yang di buat Minhyun tadi. "Baiklah, senyaman dirimu saja,"
Aku bisa melihat kalau Minhyun kembali menampilkan seringaiannya sebelum pergi meninggalkan ku yang sudah sangat gugup di ruang makan.
--
"Jadi kau mau-mau saja melakukan perjanjian bodoh itu dengan Minhyun?"
Aku menghela nafasku pelan. Aku tau jika aku menceritakan semuanya dengan Daniel, ia akan memberi respon yang sangat berlebihan. Namun aku bisa apa selain menceritakan hal ini dengannya.
Iya, aku memberi tau Daniel semuanya, kecuali bagian aku tengah berkencan dengan dirinya.
"Aku tau aku bodoh Niel," ujarku pelan sambil menundukkan kepala.
Sedetik setelahnya, aku bisa merasakan tangan hangat Daniel mengusak kepalaku pelan. "Kau tidak bodoh Woo. Kau hanya terlalu kompetitif hingga menerimanya tanpa berpikir apa konsekuensinya terhadap dirimu, itu saja," ucap Daniel.
"Terima kasih karena telah memujiku dan menghinaku secara bersamaan,"
Aku menyesap Iced Frappucino ku lalu kembali larut di dalam pikiran. Benar kata Daniel, aku tidak pernah berpikir apa konsekuensi yang akan aku alami kedepannya.
"Ah Woo, tadi kau bilang jika kau tidak melakukan hubungan apa-apa lagi dengan Minhyun selama perjanjian berlangsung kan?" aku menganggukkan kepalaku sebagai balasan.
"Ah sayang sekali Woo. Padahal kau hanya dapat menuntaskan gairah seksualmu dengan pemuda itu saja,"
Shit. Ternyata mulut Daniel tidak ada bedanya dengan mulut Minhyun. Sama-sama tidak ada penyaringnya.
"Sialan kau Niel!"
Daniel hanya tertawa mendengar umpatan yang kuberikan untuknya. Satu lagi yang harus kalian ketahui tentang Kang Daniel, ia sangat mudah untuk tertawa dan tidak mau di tertawakan.
"Begini saja Woo..."
"Karena kau tidak boleh berhubungan apapun dengan Minhyun. Kau mau mencobanya denganku?"Dahiku berkerut heran mendengarnya. "Mencoba apa Niel?"
"Sex. Mau mencobanya?"
--
Apa yang telah ku tulis ini. Wkwkwkwk
Aneh ngga si pas Minhyun ngucapin perjanjiannya?
Tolong di jawab, masih butuh saran untuk work yang ini, terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Are We? - OngNiel [On Hold]
Fanfiction[SLOW UPDATE] "Kita ini sebenarnya, apa?"