5

884 171 16
                                    

Rasa Suka

-;

Hari ini cuaca terlihat ramah dan bersahabat. Matahari bersinar dengan cerah namun tidak terlalu panas hingga tidak membakar kulit.

Namun hari ini bukan hari yang bagus untukku. Minhyun belum pulang daritadi malam dan ketika di telpon, ia malah menyuarakan desahan-desahan yang membuatku ingin meledak. Sumpah, aku ingin sekali memaki dirinya saat itu juga kalau saja aku tidak ingat posisi ku dengan dia saat ini. 

Benar, kami tidak memiliki status apa-apa. Hanya dua pemuda yang saling memenuhi kebutuhan biologis satu sama lain.

Hah, aku lebih memilih tidak ambil pusing dan beranjak dari tempat tidurku lalu segera mandi.

--

Ponsel ku berdering menampilkan telepon masuk dari seseorang.

Daniel

Entah kenapa, senyuman ku terangkat dengan sendirinya saat melihat namanya yang tertera di sana. Tanpa babibu, aku segera mengangkatnya.

"Halo?"

"H-halo Woo. K-kau ada di-rumahmu?" ucapnya dengan suara parau.

"Niel, kau...mabuk?"

"Aku? Ma-mabuk? Jangan bercanda Woo,"

"Benar, kau mabuk Niel. Kau ada di mana sekarang biar ku jemput,"

tut

Apa-apaan? Daniel? Mabuk? Yang benar saja. Dia selalu dikenal dengan makhluk dengan toleransi alkohol tertinggi saat di SMA dulu dan hanya mabuk jika ada masalah yang sangat serius.

Apa masalah dia dengan Somi, di anggap serius olehnya? 

Atensiku tertuju pada pintu masuk apartemen saat mendengar suara bel dibunyikan dengan brutal.

"Tunggu!" teriakku dari ruang tamu lalu segera berjalan ke arah pintu untuk membukanya.

"Ada ap...Daniel?"

Tubuh Daniel ambruk setelah maniknya menatap mataku lembut lalu tersenyum sebentar. Membuatku bingung setengah mati harus bagaimana.

Di kepalaku juga terlintas berbagai macam pertanyaan yang harus aku tanyakan kepada Daniel nanti.

Apa yang terjadi?

Apa ini tentang kau dan Somi?

Apa kau punya masalah serius?

Dan berbagai macam pertanyaan lainnya.

Karena aku tidak mau dikira melakukan sesuatu terhadapnya, aku langsung menggotong tubuh Daniel dan membawanya masuk kedalam kamar.

Aku bisa melihat dahinya berkeringat terus menerus dan tubuhnya menggigil. Entah dorongan dari mana, aku menyentuh dahi pemuda yang sedang terbaring lemah di hadapanku saat ini.

Panas. Ia demam.

"Woo...Seongwoo..." racaunya tidak jelas.

"Aku disini Niel,"

Matanya sedikit terbuka untuk melihat wajahku sebentar, lalu ia tersenyum. Senyumnya bagaimana ya...manis. Manis sekali menurutku.

"Jangan pergi,"

--

Ini sudah jam empat sore dan Daniel belum bangun sama sekali dari tidurnya. Minhyun juga baru saja memberitahu kalau ia sedang ingin bersenang-senang dengan Mina untuk empat hari kedepan.

From: Hwang Minhyun
Aku tidak akan pulang hari ini sampai hari jum'at nanti. Kau tau, Woo? Mina's body is amazing

Begitulah pesan yang ku dapatkan setelah bangun dari tak sengaja tertidur di samping Daniel tadi.

Aku masih sibuk memotong sayuran ketika mendengar seseorang memanggilku.

"Seongwoo," ucapnya begitu parau.

Aku segera menoleh ke belakang dan mendapati Daniel dengan wajah murung dan penampilannya yang kacau khas orang bangun tidur.

"Ah Niel, kau sudah bangun? Duduklah, sebentar lagi aku selesai,"

Aku kembali memotong sayuran dan setelah selesai, aku mencuci tanganku lalu segera duduk di samping Daniel.

"Jadi, ada masalah apa hingga kau mabuk pagi-pagi buta, hm?"

"Ah itu..."

Aku bisa melihat Daniel menggaruk tengkuknya dan sedikit meringis.

"Tenang, aku tidak akan memberitahu siapa-siapa," ujarku sedikit bercanda.

Ia hanya menatapku lalu menghela nafasnya lelah. "Aku putus dengan Somi,"

Sudah kuduga, batinku dalam hati. Tapi, apakah hanya itu saja?

"Apa? Yang benar saja? Ini tidak seperti dirimu Niel,"

"Bukan, bukan hanya itu Woo,"

"Ceritakan saja semuanya, aku akan menjadi pendengar yang baik untukmu,"

"Baiklah, tapi janjilah jangan menertawai ku," ujarnya dan hanya ku beri anggukan.
"Dia memutuskanku saat aku mengatakan bahwa aku menyukai orang lain..."
"Aku tidak tau mengapa aku sangat menyukai orang ini hingga aku hampir gila rasanya Woo,"

Aku tersenyum mendengarnya. "Emang siapa orang yang kau sukai Niel?"

Setelah aku menanyakan hal itu, Daniel tampak gelisah untuk menjawabnya. Ia hanya menundukkan kepalanya dan mengetukkan jari telunjuknya di meja makan.

"Hei, sesulit itu kah untuk menjawabnya?"

Daniel menggeleng. "Tidak sulit bagiku untuk mengutarakannya. Tapi akan sulit bagimu untuk menerimanya Woo,"

Bingung. Sungguh, aku sama sekali tidak mengerti maksud dari beruang yang ada di sampingku saat ini.

"Maksudmu?"

Ia mendongak, lalu menggenggam tanganku erat.

"Maaf Woo..."















"...tapi aku menyukaimu,"

--



What Are We? - OngNiel [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang