Perjuangan tidak semudah hidung menghela udara
Ia kenal letih, dan sangat dekat dengan perih
Imajinasi mimpi buat ia kian membara
Menutup jejak langkah yang ciptakan lirih dan sedihPerjuangan memang seperti mata melihat
Mengarah ke depan dan luas
Langkah pun tak jarang terpahat
Dan harapan buat ia kembali bebasPerjuangan tidak semanis lidah merasakan gula
Yang manusia tahu hanya tetesan lara dan usaha
Tanpa tahu di depan riang atau gulana
Mendekap dalam gelap atau cahayaPerjuangan seperti telinga mendengar puji
Terkadang melayang tapi semu
Bagaikan fatamorgana yang datang untuk menguji
Yang kosong dan hadirkan jemuPerjuangan layaknya tangan menyentuh dermaga
Ia butuh jelas dimana arah tertujunya langkah
Ia perlu tegas tuju mana yang menghapus dahaga
Hingga yang tersisa seluruh hati yang sedang merekahDan pada akhirnya..
Perjuangan melibatkan panca indera..
Ia butuh hidung, agar bisa mensyukuri aroma yang menyejukkan
Ia butuh mata, agar bisa memandang tegas realitas yang ada
Ia butuh lidah, agar bisa mengilhami tak selamanya akhir perjuangan itu manis
Ia butuh telinga, agar bisa mendengar cacian membangun dan pujian yang merubuhkan
Ia butuh tangan, agar bisa menggenggam motivasi yang membakarnyaDan ia butuh hati..
Agar tahu kapan harus berhenti..
********************
Pemercik Kata, 26 Juni 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas
PoetryHello. Ini merupakan work gabungan dari 4 penulis dengan latar belakang dan kesibukan yang berbeda. Tidak ada alur khusus, penokohan, tempo, atau apapun itu. Semua murni hasil pemikiran si penulis tentang "sesuatu" yang penulis lain juga tidak tahu...