10. Greetings

6.2K 1K 142
                                    

Kendati memiliki mainan baru yang kubeli tempo lalu, Jungkook masih enggan menggeser eksistensi mainan lamanya sebagai benda tersayang. Yang berbeda dari pemandangan, Jungkook semakin lihai dan heboh beraksi, serta ada seorang perawat pribadi yang menemani. Untuk fakta terakhir, aku bahagia, tentu saja. Namun, di suatu sudut hati menjerit kecewa, mestinya itu tugasku. Napasku pun lepas kendali begitu saja.

"Yumi kenapa?"

Aku tersentak, tidak sepantasnya aku jatuh termenung. Menoleh, cepat-cepat aku menggeleng lalu memangku jari telunjuk di bibir. "Sementara aku masuk, kau diam dulu di sini dan baru boleh bergerak saat aku memberi tanda. Paham? Kita akan memberinya kejutan," aku mengisik arahan.

Kepala Hoseok naik-turun dengan tegas. "Hoshiki tambah semangat!" Waktu berdesis pun masih seakan berseru.

Tanganku memulai tugas, menggeser pintu supaya tubuhku dapat gampang berlalu. "Jungkook~!" panggilku mendayu. Bagus, empat atensi mutlak kurampas. Satu sorot hormat, yang lain berbinar terang hingga rasanya mau meleleh saja. Sehari merinduku tersembuhkan.

"Noona!"

Suaranya pun bersekongkol. Aku berkutik memeluk Jungkook sembari terkekeh tidak jelas. Imbasan dari rindu memang kerap membikin sesorang jadi seperti tidak waras.

"Noona, bagaimana dengan pesta-pesta Noona? Sudah selesai? Kookie ingin tahu!"

Kekehanku mereda, tanganku mengelus kasih puncak kepala Jungkook. "Sudah, Sayang. Maaf, ya, Noona tidak mengajak Kookie ke sana."

"Tidak! Selama Noona tidak menangis, Kookie akan selalu senang." Jungkook menggenggam tanganku. Dia menyambung, "Jadi, Noona tidak usah meminta maaf, Noona tidak punya salah dengan Kookie, kok."

Sontak kuciumi kepala itu berkali-kali. "Ah, Noona sayang sekali dengan Kookie. Sangat-sangat!"

Tenggelamnya aku dalam suasana mungkin akan bertambah, jika seseorang tidak terpampang sehabis menerobos pintu. "Yumi, kapan Hoshiki dipanggil?" Bibirnya melengkuk ke bawah, nadanya agak merajuk. Kulayangkan pada Hoseok cengiran bersalah karena melupakan esensi dan tujuan awal. Namun, dasar orang berhormon cerah, Hoseok kembali dengan senyum kekanakan andalan. "Oh, jadi ini Jungkook? Hoshiki gemas ingin menyentuh pipi Kookie!"

Jungkook menarik ujung pergelangan tangan bajuku. "Siapa, Noona?" tuntutnya, memandang aku dan Hoseok bergantian.

"Jung Hoseok." Aku menyorotinya lalu membentuk tarikan kesungguhan. "Hyung-mu."

Meneleng, Jungkook memastikan, "Hyung?" Lantas kemudian kemerlip di kelereng kembar itu menanjak. Dia mendapatkannya.

*****

Jungkook sudah mengakhiri tawanya, Hoseok telah pergi ke Jaehwan guna pemeriksaan juga terapi rutinnya, dan aku sendiri puas memandang interaksi yang mereka habiskan berjam-jam lalu merekamnya di memori.

Awal berinteraksi, mereka teramat kaku, apalagi Jungkook. Namun, dasar benih-benih berhormon sama, mereka melebur begitu mudah dan lekat. Hoseok yang lekas memutus jarak dan menyambar mainan Jungkook seraya berseru, "Uwow, dulu Hoshiki punya mainan ini, tapi sayang digondol anjing liar saat Hoshiki lari-larian!" Dan Jungkook yang mereaksi, "Hoshiki Hyung punya mobil ini?" Yang kemudian berakhir dengan deru suara mobil tiruan dan berbagai komentar seperti penangkapan penjahat, pemadam kebakaran, balapan dan lain-lain menggelegar di ruang inap Jungkook.

Tidak semestinya aku menetap di sini, sebenarnya. Akan tetapi, berkat permohonanku pada Hoseok supaya tetap tinggal lebih lama menjaga Jungkook, terpenuhi. Makanya aku tinggal. Lagi pula, Hoseok terlihat begitu menyukai Jungkook. Melihat dia terlalap kegemasan oleh kedipan mata Jungkook membuatku ikut gemas dengan mereka.

Come to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang