Chapter 3 : Tragedi

27 3 1
                                    

Aku terdiam sambil memandang wajahnya. Kemudian aku mengambil nafas panjang dan mengeluarkannya dengan perlahan. Lalu aku jawab pertanyaannya.

"Tidak."

Aku menghadap ke tanah, melihat dua pasang kaki yang saling berhadapan. Kemudian aku melirik wajahnya. Sedih, itulah ekspresinya saat aku melihatnya, tetapi dia berusaha untuk menutupinya dengan senyuman. Aku menundukan kepalaku lalu dia berkata dengan lembut.

"Tidak apa-apa. Mungkin aku salah orang"

Seharusnya aku tidak mengatakan itu. Setelah aku diantarkan keluar dari hutan, aku berterima kasih dan langsung pulang. Dia memandangku dengan senyuman manisnya saat aku sedang berjalan menuju rumah.

Setelah sampai rumah, aku melirik jam dinding. Sudah jam 11 malam. Tak lama setelah itu, desa yang tadinya sunyi menjadi ramai. Kulihat orang-orang pergi menuju bukit yang  berada di luar desa. Aku pun penasaran dengan hal ini. Kuambil jubah merah yang baru saja aku letakan diatas kursi. Aku berjalan menuju bukit yang orang-orang tuju diatas salju putih.

Kulihat orang-orang bergerombol melingkari sesuatu. Saat kumasuki gerombolan itu aku melihat seorang gadis berlumuran darah yang tergeletak diatas salju merah.

"LUUCIIIEEE!!"

Gadis yang tergeletak itu adalah
Kakakku sendiri, Lucie.

Aku bertanya-tanya kepada diriku sendiri "Kenapa harus kakakku? Kenapa bukan aku saja?" Air mataku berlinang karena tidak bisa aku tahan lagi. Seketika aku ingat "Jika tergigit manusia serigala dia akan berubah menjadi seperti mereka. Lalu, kenapa dia tidak berubah?" Pikirku dalam hati. Kulihat dibagian dada hingga perut kemudian aku berkata "Oh seperti itu." Dia tidak digigit, melainkan di cakar hingga mati. Malam ini aku tidak bisa tidur karena kematian kakakku sendiri.

Pagi setelah dikuburkannya kakakku, Aku menuju kerumah nenek untuk mengantarkan roti. Dia menungguku. Manusia serigala itu menungguku. Aku teringat kejadian yang dialami kakakku. Itu membuatku pusing. Seketika aku jatuh pingsan. Tanpa sengaja kulihat ekspresi mukanya panik.

"Haha begitu manisnya dia"

Aku bangun dari pangkuannya. Melihat wajahnya yang sedang tertidur, entah kenapa jantungku berdegup dengan kencang. Dia tertidur saat aku pingsan dipangkuannya. Tidak tega aku membangunkannya. Aku tersenyum. Sebuah biji kenari yang berasal dari pohon tempat kami berteduh dari panas jatuh tepat pada kepala manusia serigala itu. Wajah kagetnya membuatku tertawa. Dia pun ikut tertawa. Setelah kami puas tertawa, rasa sedih karena tragedi kakakku sudah hampir hilang. Walaupun dia adalah manusia serigala, aku merasa nyaman bersamanya. Itu tidak membuatku takut sama sekali. Kemudian dia bertanya

"Aku lupa, kita belum berkenalan kan? Namaku Marvell. Aku biasanya berada dihutan. Kalau kamu?"

"Namaku Valerie. Aku tinggal di desa." Jawabku singkat.

Kami berbincang dalam perjalanan kerumah nenekku untuk mengantarkan roti. Aku pikir semua manusia serigala itu jahat, ternyata tidak. Masih ada yang mempunyai hati yang baik. Dia selalu membuatku tertawa dan gembira.

"Apa kamu ingat aku, Valerie?"

Entah kenapa aku teringat kata kata itu dan jantungku berdegup dengan kencang.

"Ada apa Valerie? Mukamu terlihat pucat." Dia terlihat kawatir padaku.

"Ti- Tidak ada apa-apa. Aku hanya berpikir kalau kamu sangat lucu. Hehe.." Aku menutupi perkataanku.

"Aku senang kamu sekarang bahagia, Valerie" katanya sambil tersenyum malu.

Jantungku berdegup dengan kencang. Aku tidak bisa melirik wajahnya karena terlalu malu. "Dag-dig-dug" bunyi itu bertambah keras bunyinya.

Tuhan, Aku mohon cabutlah kutukan ini

The Red Riding HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang