chapter 4

1K 56 1
                                    

Kejadian sebelum Nathan kehilangan penglihatannya.

Hari itu sepulang sekolah, hujan turun sungguh deras, diiringi awan kelabu. Aku dan Nathan sedang menunggu hujan reda. Terlihat sebuah kedai kopi, dan Nathan pun mengajak ku kesana.

"Yukii..kita mampir kesana yuk" sambil menarik tangan ku lembut. Aku membalasnya dengan tersenyum.
"Hujannya masih deras Nathan.., jangan maksain deh, nanti kamu sakit" kataku.
"Nih..,kamu pake jaket aku aja, kita lari ya!!" Sambil memasangkan jaketnya ke pundak ku.
"Ya sudah" jawabku lirih.

Nathan langsung menarik tanganku, dan kami pun sampai di depan kedai kopi itu. "Ayo, yukii!!" Kata Nathan sambil tersenyum manis.

Di hari itu, langit mulai gelap, dan aku yang sedikit mengantuk karena hawa dingin dan segelas kopi hangat. Anehnya Nathan terus saja melihatku sambil tersenyum. Seperti pertanda buruk.

Aku dan Nathan pun memutuskan untuk pulang.

Dipertengahan jalan yang gelap dan hening, dan kantuk yang terus melandaku. tanpa sadar, aku berjalan ke tengah ketengah jalan yang sepi. Terdengar suara mobil yang melaju dengan kencan.

"Yuki!!!! Awasss" teriak Nathan.
"A ada ada.. mobillll, yukiiii!!!"
Bruk.. brak terdengar kencang.
Seketika semuanya hening, yang kurasakan hanya dingin yang amat sangat. Semuanya gelap dan hening.





Sangat tenang...

Terdengar bunyi "tik...tik...tik" aku pun membuka mata ku.
Terlihat cerah matahari, dari balik jendela rumah sakit. Aku duduk terdiam, dan aku sungguh memikirkan keberadaan nathan, dimana dia?? Dan pintu pun bergeser, masuk seorang perawat.
Aku pun bertanya padanya "dimana Nathan sus??" Dengan raut datar.
"Pasien bernama Nathan ada di ruang 180a" kata suster itu.
"Aku boleh kesana" sambil menatap suster itu.
"Boleh" suster itu tersenyum ramah.

Aku langsung bergegas mencari ruang 180a. Aku menemukannya, dengan perlahan ku membuka pintu itu. Saat ku buka terlihat Nathan yang sedang berjalan meraba-raba. Aku masuk dan menghampiri Nathan, dan tiba-tiba air mataku keluar, mengucur dengan derasnya.

"Yuki???" Kata Nathan sambil tersenyum.
"Nathan, maaf..." Sambil memeluknya dengan erat. Nathan pun membalas pelukanku dengan tangannya yang hangat.

Air mataku terus mengucur deras.

"Yuki, kemarin hari terakhirku melihat senyumanmu." Kata Nathan sambil terus memelukku erat.
"Kini... Aku sudah tak bisa melihat lagi, yukiii" kata Nathan.
"Maaf, semua ini salahku" kataku sambil menangis kencang.
"Yuki, berjanjilah akan berusaha terus didekatku!!!"
"Iya, aku janji" kataku

Nathan pun terus mengeluarkan senyuman manisnya itu.

Bersambung...








BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang