chapter 5

1K 54 0
                                    

Nathan adalah anak tunggal dari keluarga kaya, kedua orang tuanya sudah tiada sejak ia kecil. Nathan mengira kecelakaan orangtuanya itu ada hubungannya dengan bisnis yang keluarganya jalanin, karna saat itu hubungan bisnis keluarganya sedikit tidak baik. Tapi Nathan tidak mau ambil pusing, dan langsung meng
iklaskan kematian orang tuanya itu. Kini Nathan hanya mempunyai nenek dan kakek. Neneknya yang sangat baik pada Nathan, sedangkan kakeknya hanya bersikap cuek.

Sekarang Nathan tinggal sendiri, karna dulu tempat tinggalnya sangat jauh dari sekolahnya. Kakeknya pun memutuskan untuk membelikan rumah dekat sekolah untuk Nathan. Kebetulan kakeknya Nathan adalah seorang konglomerat, dan perusahaan pun ada dimana mana. Entah kenapa kakek Nathan, tidak menyukainya. Dia hanya membiayai hidup Nathan, tapi tak mau mengurus nathan, bahkan semenjak kematian kedua orang tua Nathan, tidak ada secuil kasih sayang darinya. Yang peduli padanya hanyalah neneknya.

Sehabis pulang sekolah aku mengantar Nathan pulang.

Rumahnya besar, sangat bersih, rapih, dan teratur. Seperti rumah seorang perempuan saja. Tak kusangka Nathan adalah orang yang cukup rapih, kukira selama ini dia berpakaian rapih hanya untuk menjaga image nya.

Aku pun menarik Nathan agar duduk. Di ruang tamu itu, aku langsung menyalakan tv, yahh agar Nathan tak terlalu sepi, karna rumah ini terlalu sepi untuk ditinggali sendiri.

"Nat, kamu duduk sini ya!!" Aku mau masak buat kamu dulu" kataku sambil memikirkan apa yang akan ku masak.
"Memangnya mau masak apa?? Bubur ayam??" Tanya Nathan.
"Hm... Aku coba dulu, kalo enak aku kasih kamu"
"Yukii!! Padahal kan bisa pesen, ada buku pesenan, dideket telepon rumah!! Itu juga seinget aku, hehe" kata Nathan sambil tertawa.
"Ohh.. pesen aja deh"
Nathan langsung tertawa terbahak bahak.
"Aku tau, kamu tuh gak bisa masak, yukiii" sambil tertawa.
"Bisa!!! Masak mie!!" Dengan raut cuek, "ehh, itu tongkat kamu, ada di atas meja yaa"
"Okeh, makasih yukii" kata Nathan.

Aku pun bergegas mencari telepon rumah itu, dan ternyata ada di pojok ruangan menghadap jendela. Aku mencari dan memesan dua porsi bubur ayam, dua burger ,satu box pizza, tiga cola dan satu Milo.

Sebenarnya aku ini punya porsi makan banyak, bisa dibilang porsi kuli. Kalo udah pesen kaya gini pasti bakal pulang malem. Tapi gak usah khawatir lagi, soalnya besok itu hari Sabtu dan itu adalah hari libur sekolah. Aku bosan jika dirumah sendiri, mamah dan papah lagi ke luar negri, selama bulan, jadi rumah tuh sepi, cuma ada pembantu itu juga cuma paginya aja. Nanti tinggal bilang nginep di rumah temen. Tapi mau orangtua keluar negri atau kemana pun, aku pasti bakal sendiri terus, malah udah biasa dari SD ditinggal. Paling cuma bosen aja.

Dan aku pun langsung berlari ke tempat Nathan duduk, aku langsung tidur di sofa itu. Nathan hanya bergeser dan terlihat serius mendengarkan siaran tv yang membosankan.

"Nat, aku udah pesen yaa!! Nanti kalo kurirnya Dateng bangunin aku, aku mau males malesan dlu okey!!" Kataku sambil tidur tiduran di sofa Nathan yang luas.
"Ya udah, kamu ganti baju dulu gih, aku mau ganti baju dulu yaa" sambil meraba raba mencari tongkatnya. Aku langsung mengangkat kepalaku.
"Aku cariin bajunya yaa" kataku bersemangat.
"Ya udah, kekamar aku aja!!" Sahut Nathan.

Bersambung...

BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang