Skylight

58 10 14
                                    

Itu suara Devan, dengan Karenina di sampingnya. Irene mendadak gugup. Sepertinya Devan mendengar saat Arka mengajaknya kencan. Buru-buru Irene melepas helmnya dan berjalan menghampiri Devan dan Karenina. Wajah Devan tampak kesal, sedangkan Karenina memasang wajah datar yang tidak biasanya. Saat Devan kesal pada Irene, Karenina terbiasa memasang ekspresi jenakanya untuk menggoda Irene. Sore ini Karenina tampak berbeda, wajahnya pun sedikit pucat.

"Eh, hai Dev, Nin! Yuk balik bareng!" Sapa Irene canggung.

Dengan sinis Devan membalas, "Dih, orang kita mau bebersih lapangan! Sono lu, katanya mau ngedate!"

"Tck, sarkas banget sih, sama temen sendiri. Lagian siapa coba yang mau ngedate. Kuping lo tuh, butuh dikorek! Ya kan, Nin?" Elak Irene. Dilihatnya Karenina yang sedari tadi hanya diam, kini tertawa canggung. Aneh.

"He, iya tuh. Ayo, Dev buruan pulang! Orang Irenenya mau ngedate!" Datar. Tanpa nada melucu seperti Karenina yang biasanya meski kalimatnya seolah ingin menggoda Irene.

"Ish, Nina mah kagak bantuin gue, lo! Btw, Nin, muka lo kok pucet gitu, sih?" Tanya Irene mengalihkan pembicaraan.

"Oh ya? Gue pusing dikit, sih. Yuk ah, Dev, buruan balik!"

"Hai, Dev, Meg!" Sapa Arka yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Irene. Entah kapan laki-laki yang berstatus sebagai pacar Irene sejak beberapa menit yang lalu itu turun dari motornya.

Irene tidak tahu kepada siapa Arka menyapa karena sepengelihatannya, cuma ada mereka berempat yang sedang berada di lapangan parkir ini. "Lo nyapa 'Meg' ke siapa sih, Ka?"

"Megan, lah. Kenapa lo manggil dia 'Nin', sih?" Arka balik bertanya.

"Nama dia Karenina, Ka. Lo kenal dia Megan?" Arka hanya mengangguk. Irene mengalihkan pandangan pada Karenina. Dia sepertinya mau bicara.

"Hng, gue ngerasa belum pernah ngobrol sama lo sebelumnya," ucap Karenina dengan suara pelan. Hei, kemana Karenina yang biasanya heboh kalau bertemu teman lamanya?

"Iya, sih. Tapi anak Genius mana ada sih, yang nggak kenal Megan yang selalu rebutan ranking pertama sama Diana tiap tryout," terang Arka.

"Ya udah, gue sama Irene balik duluan, ya. Lo berdua balik bareng kan?" Putus Arka.

"Duluan aj-"

Devan memotong kalimat Karenina, "Weits, tunggu dulu. Mana nih PJ nya! Ngaku lo! Udah jadian kan lo berdua!"

"Besok aja sabi kali, Dev. Udah sore," alibi Arka. Irene jadi bingung, bukannya tadi Arka juga mengajaknya pergi? Ada apa dengan alasan sudah sorenya itu?

"Ngeles aja lo, knalpot bajaj! Bilang aja mau berduaan sama Irene!" cibir Devan frontal.

Sebelum mereka berdebat lebih panjang, Karenina menengahi. "Udah sih, Dev, besok aja. Gue juga pengen buruan balik, nih!"

Arka tersenyum menang. Sementara Irene jadi mengkhawatirkan kondisi Karenina.

"Kita duluan, ya! Lo langsung istirahat, Nin, pucet banget!" Ucap Irene setelah mengenakan kembali helmnya dan naik ke motor Arka.

Motor Arka melesat cepat meninggalkan sekolah. Setelah cukup jauh dari sekolah, Arka membelokkan arah menjauhi arah rumahnya dan Irene. Ya, rumah mereka memang searah, hanya saja rumah Arka sedikit lebih jauh.

"Loh, Ka! Katanya udah sore, kok malah pergi?" Tanya Irene dengan suara lebih keras agar Arka bisa mendengarnya.

"Itumah gue ngeles doang Ren, ke si Devan! Kita jalan dulu, lah! Pegangan dong, Ren!" Balas Arka.

One Day [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang