Entah bagaimana aku memulainya
Akupun tak pernah menyangka ini semua hanyalah sandiwara
Kau buat seolah sangat nyata
Namun, kenyataannya hanyalah rencana belakaAndai dari awal aku tak percaya
Andai dari awal aku tak tergoda
Dan andai kita tak pernah bertegur sapa
Aku takan pernah merasa terlukaMengapa kau begitu tega?
Mendekatiku, membuatku jatuh hati,
Lalu pergi begitu saja tanpa permisiItukah kau sebut keseriusan?
Bahkan janji yang ku yakini akan menguatkan, Nyatanya menyakitkan
Kenapa? Tak satupun kau tepatiLalu siapa yang harus aku salahkan?
Diriku? Iya??
Kau anggap diriku yang terlalu mudah membuka hati? Begitu maksudmu?Hebat tuan,
tak berfikirkah engkau siapa yang mendekat pertama?
Siapa yang menyapa dahulu kala?
Siapa yang berjanji untuk setia?
Bukankah kau yang melakukan itu semua pertama kali
Lalu dengan seenaknya kau menuduhku?Kalaupun aku harus menangis
Air mata ini sudah tak mampu lagi berbicara
Membahaskan ketegaanmu kepadakuTerpurukpun kau tak akan perduli lagi
Bahkan mengibah?
Takkan pernah kau beriSudahlah,
Biarkan luka ku obati sendiri
Aku yakin pada Allah sang maha pemberi
Bahwa kaupun akan tergantiHanya saja perlu ingat,
Cukup aku saja yang kau lukai
Jangan dia yang kusebut pengganti
Jika, kau tak ingin terkhianati nantiTerimakasih atas semua kenangan dan terimakasih atas semua pengkhianatan
Berbahagialah diatas penderitaanku,
Karna lambat laun kaupun akan terasingkan dalam hidup iniSingkat nya begini, aku terluka olehmu yang berjanji lalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Sebuah Rasa [SUDAH TERBIT]
PoetryTentang sebuah kata yang tidak bisa diucapkan. Tentang rasa yang tidak bisa diutarakan. Tidak pandai berpuisi, Hanya mencoba menyatukan kata-kata dari lubuk hati Membuatnya menjadi serpihan dari potongan sajak suci Pun yang memahaminya pasti meng...