NR - 7

109 14 0
                                    

Hari yang dinanti-nanti akhirnya tiba juga. Sejak habis shubuh tadi perias sudah stand by di rumah Nabilla untuk merias pengantin juga keluarganya. Akad nikah akan di laksanakan pukul sepuluh pagi maka Nabilla pikir ia punya waktu yang cukup untuk berias.

Sementara Radit yang sejak pagi sudah di sibukan menghapal ijab qobul malah di repotkan dengan tingkah konyol adik dan keponakannya.

Minjem jas, dasi, atau apapun yang tentunya sangat menganggu Radit. Jika saja hari ini bukan hari yang spesial untuk keluarganya, Radit pasti akan mengomel pada adiknya itu.

"Radit udah hapal ijabnya?"

Radit menoleh dan mendapati Yudha berjalan ke arahnya. "Insya Allah hapal."

"Nggak gugup kan?"

Radit menggeleng, "Gugup sih enggak. Cuman ia cemas."

"Rileks aja jangan tegang. Seventar lagi kita berangkat."

Yudha menepuk bahu Radit sebelum pergi. Radit menghembuskan napasnya berkali-kali sembari menatap jam yang berputar cepat. Hingga tak terasa Revan sudah memanggilnya untuk bersiap.

Tak butuh waktu lama untuknya sampai di rumah Nabilla. Semua tamu yang di undang untuk acara akad sudah memenuhi rumah Nabilla. Tak banyak memang, karena mereka memutuskan untuk mengundang seluruh rekan dan kolega bisnis saat resepsi malam nanti.

Serangkaian acara sebelum ijab berlangsung di mulai. Radit yang sebenarnya cemas hanya bisa diam di kursinya sambil menatap Irfan.

Semua terasa berdengung menjadi satu di telinga Radit. Keringat dingin muncul membuat rasa gugup itu muncul. Namun ia berusaha fokus saat Irfan menjabat tangannya. Pertanda jika Ijab qobul akan segera di mulai.

Dan dalam satu tarikan napas dan jangka waktu yang cepat Radit mampu mengucapkan kalimat sakral itu. Riuh teriakan sah memenuhi ruangan ketika penghulu mengucapkan hamdallah.

Nabilla yang sejak akad di mulai duduk di belakang Radit langsung beranjak begitu penghulu mempersilahkan. Pasangan pengantin baru itu bertemu.

Nabilla tak menghilangkan senyum manis di wajahnya yang cantik. Berbeda dengan Radit yang tak tersenyum sedikit pun di hari bahagianya.

Radit menyematkan cincin pilihannya ke jari manis Nabilla. Setelah itu menandatangani buku nikah dan menyelesaikan serangkaian prosesi itu hingga pukul satu siang.

Setelah semua selesai, Radit meminta pada Nabilla untuk beristirahat. Tubuhnya sangat tak nyaman setelah perjalanan jauh dan juga ia tidak tertidur dengan benar.

Nabilla mengajak Radit ke kamarnya. Pria itu lantas merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah melepas jas hitamnya. Nabilla membantu melepas sepatu Radit agar tidurnya lebih nyaman.

"Mas Radit mau di bikinin minum apa?" tanya Nabilla.

"Nggak usah, saya mau istirahat aja," ucapnya pelan lalu tak lama matanya mulai terpejam.

Nabilla hanya menghela napas menatap wajah lelah Radit. Pasti sangat melelahkan dan Nabilla mencoba memahami itu.

🌷🌷🌷

Pesta resepsi pun di mulai dari pukul 19.30 sampai selesai. Nabilla dengan anggunnya memakai gaun berwarna putih gading dan Radit menggunakan tuxedo hitam.

Keduanya tampak serasi. Malam ini Radit beribu-ribu kali memukau dari biasanya. Pada tamu undanganpun terpana akan ketampanan Radit. Nabilla yang melihat itu berasa ingin menyembunyikan ketampanan suaminya hanya untuk dirinya seorang.

Suami?

Nabilla tersenyum kecil bahwa sejak sembilan jam lalu statusnya sudah berubah. Melepas masa lajangnya di usia dua puluh empat tahun memanglah targetnya.

Nabilla & RadityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang