🌸4

23 4 0
                                    

Sahabat itu lebih dari segalanya. Bahkan pacar sekalipun.



Waktu pulang pun telah tiba. Arsya, Lala, Vellan, dan Caca pun sudah bersiap untuk pulang.

"Guys gue pulang duluan ya. "
Pamit Arsya kepada teman temannya.

Arsya pun berjalan menuju simpang tempat dimana ia dan Leon janjian.

"Lama ya lo. "
"Yeeee orang gue baru selesai ini. Lo nya aja tu yang kecepatan. "

Arsya merasa kesal karena Leon yang langsung nyolot menyambut kedatangannya.
Ditengah perjalanan Arsya memukul pundak Leon. Arsya merasa Leon bukan membawanya pulang melainkan ketempat yang Arsya sendiri juga nggak tau kemana dia akan dibawa.

"Eh gila ya lo mukul orang seenaknya. "
"Ya, lagian elo. Lo tu mau bawa gue kemana sih Le?  Ini itu bukan jalan pulang kerumah gue Leon. "
"Usst, udah lo tenang aja gue mau bawa lo jalan. Kita ke cafe dulu. "
"Lo tuya dari dulu nggak pernah berubah. Kaya gue mau aja pergi sama lo. "
"Gue nggak yakin kalau lo nggak mau jalan sama gue. "

Cibir Leon kepada Arsya. Ya, selama ini setiap Leon mengajak Arsya, pasti Arsya selalu menerimanya.

"PD amat dah bocah. Asal lo tau ya hari ini gue tu nggak ada mood. "
"Gue bakal ngasih mood lo sekarang. "

Beberapa menit kemudian mereka pun sampai di Cafe, sambil menunggu pesanannya Arsya asik memainkan hp nya. Tak lupa Arsya memberikan kabar soal lombanya kepada Leon sahabatnya itu.

"Oh ya Le.. "
"Apaan?."
"Udahan dulu dong Le main HP nya, dengerin gue napa. "

Pinta Arsya yang kesal karena Leon malah asik main HP dibanding dengarin cerita Arsya.

"Iya Arsya iya, ada apa?  Ni gue matiin hp, gue buka telinga gue buat dengerin cerita lo. " jawab Leon sambil manaruk HP nya dimeja.

"Le, minggu depan itu tanggal 19 gue bakal ikut lomba puisi. "
"Wah? Serius lo?  Bagus dong. Gue yakin lo pasti bisa. Kan elo princess gue yang suaranya super indah saat membaca puisi. "

"Leon lo ingat nggak kita waktu itu ikut lomba tanggal berapa?."

Tanya Arsya yang berniat untuk ingatin Leon kapan pertama kali mereka ketemu. Arsya sangat berharap Leon ingat masa itu.

"Yaampun Arsyaaaa, lo itu ya itutu udah 3 tahun yang lalu Arsya. Udah lama banget, mana mungkin gue ingat Sya. "
"Yeee gue kirain lo ingat. "

Kekecewaan tergambar dari wajah princess Leon itu. Arsya kecewa karena Leon tidak mengingat masa itu. Arsya pun mulai sibuk dengan Hp nya dan Arsya mengabaikan ucapan Leon.

"Arsya, gue dari tadi ngomong sama lo dan lo malah sibuk sama HP lo. "
"Apasih Le?  Gue lagi ngomongin tugas. "

Jawab Arsya cuek.

"Sya, gue mau ajak lo ke Jakarta. Gimana Sya?  Lo mau kan Sya?  Toh besok tanggal merah dan Sabtu Minggu lo juga libur kan? "
"Haa?  Ke Jakarta? Terus gue baliknya sama siapa? Lo pasti nggak akan ikut ke Bandung lagi kan. "
"Elah elo kan udah sering bolak balik sendiri. "
"Yaudh ntar gue bilang ke mami dulu. "
"Okeeeee incessss.. Eh salah ences hehe. "

Arsya pov

Gue heran apa yang sekarang harus gue lakuin? Disaat gue mau ngelupain kenangan manis gue sama Leon, Leon malah ngukir kembali hal manis dalam hidup gue. Tugas gue sekarang adalah sadarin diri gue sendiri. Gue nggak boleh mengikut campuri urusan hati sama persahabatan gue dan Leon. Dan gue nggak boleh ngejauhi Leon. Gimana pun juga Leon itu sahabat gue. Arghhhhhh....  Kenapa sih gue harus sedilema ini.

Leon, gue harus bisa buat dia kesal sama gue. Gue nggak mau perasaan gue ke Leon tambah besar. Leon emang sahabat gue, tapi gue nggak bisa gini terus.

***

Setelah beberapa lama gue keluar bareng Leon akhirnya gue sampai dirumah. Gue masuk kamar dan langsung merebahkan badan gue dikasur. Gue berfikir apa yang sekarang terjadi sama gue. Gue nggak mau munafik, gue sayang sama Leon lebih dari sahabat.
Arggghhhhhhh ya gue harus ngakhiri semua ini. Gue harus ngaku tentang perasaan gue. Iya, gue harus bilang semua ini ke Leon.

Gue bangkit dari kasur gue. Keluar kamar dan gue menuju kamar tamu tempat Leon beristirahat selama dirumah gue.

"Le, gue mau bicara sama lo. Boleh gue masuk?."
"Elah Sya kaya sama orang lain aja lu. Sini masuk. "

Gue pun masuk dan duduk di sofa bed yang ada diruangan itu. Gue diam beberapa saat memikirkan dengan matang apa yang akan gue katakan kepada Leon. Ya, gimana pun juga gue nggak bisa mendam terus, gue nggak siap harus nangis terus.

"Sya ayolah lo mau bilang apa? Bilang aja Sya. "
"Hmm Leon... "
"Sya, lo lagi ada masalah kan Sya? Cerita Sya. Gue ada buat lo, gue sahabat lo Arsya, jangan pernah lo tutupin apapun dari gue Sya. "
"Leon... Gimana kalau lo tau sahabat lo punya rasa sama lo?. "

"Sya itu wajar, gue tau Sya apa sebenarnya yang lo rasain. Ini yang gue tunggu, pengakuan elo Sya."
"Terus gimana menurut lo?."
"Lo nggak salah sayang sama gue, tapi ada satu hal yang harus lo ngerti, sahabat itu lebih dari segalanya bahkan pacar sekalipun. Sya, lo tau kan gue kalau pacaran terus putus pasti nggak berhubungan baik?. "
"Iya Le gue tau, terus?."
"Gue sayang sama lo lebih dari pacar, dan gue nggak mau lo jauh dari gue cuman karena kita putus. Tapi kalau lo mau ngerasain jadi pacar gue, lo juga harus siap untuk ninggalin kedekatan kita, lo harus siap jauh dari gue. "

Sedikit demi sedikit air mata keluar membasahi pipi gue. Penjelasan yang diberikan Leon ada benarnya. Leon masih sibuk ngehapusin air mata gue. Gue hanya bisa diam memikirkan ucapan Leon. Jadi gue harus melupakan keinginan terbesar gue untuk jadian sama Leon?  Atau gue harus siap kehilangan Leon dengan cara menjadi pacarnya?  Ohh tuhan apa yang harus gue lakuin.
.
.
.
.
.
Terimakasih guys yang sudah mau baca cerita yang nggak seberapa ini.
Jangan lupa bintang nya ya guys😇
Karena menghargai karya orang lain itu penting guys.

tulus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang