Gadis itu. Berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih sepi. Bahkan tak banyak yang sudah datang di sekolah. Alasannya berangkat pagi hanya Satu.
Mengerjakan PR yang belum sempat ia kerjakan. Lebih tepatnya, tidak sama sekali ia kerjakan. Bukan malas, hanya saja dia tidak terlalu perduli dengan masalah PR. Dia berfikir jika masa SMA harus di beri warna warni agar terlihat sempurna.
Matanya memincing, ada seorang cowok berjalan kearahnya dengan tatapan membunuh. Entah apa maksudnya. Dengan langkah panjang dan cepat, cowok itu berhasil menubruk bahu Nadira.
"Woi! Hati hati dong kalo jalan." protes Nadira ketika bahu nya memang sengaja ditubruk oleh laki laki tersebut.
Bahkan yang menabrakpun tidak mengucapkan satu kata pun. Tidak ada respon sama sekali. Sangat cuek.
Nadira mendengus kasar, kakinya ia hentak hentakan ke tanah beberapa kali. Tangannya mengepal sangat kuat. Lalu Nadira berteriak sekencang kencangnya.
"Cowok itu.. Liat aja ya!" geram Nadira lalu melangkah menuju kelasnya. Ternyata Alsya sudah ada di bangku nya sambil menyalin PR Vanie.
"Tumben lo baru dateng,"
Nadira membanting tasnya ke kursi. Lalu mendaratkan bokongnya sangat keras. Sampai Vanie saja geleng geleng kepala.
Mereka bertiga memang selalu datang pagi, alasannya sama dengan Nadira. Mengerjakan PR. Namun beda nya Vanie, dia sudah mengerjakan dirumahnya lalu diberi kepada mereka berdua. Tak jarang juga Vanie tidak mengerjakan PR. Itu tergantung Mood saja.
"Dir, lo bawa buku catetan gue gak? " tanya Vanie, takut bila Nadira lupa membawa buku nya lagi.
"Ada, ambil aja tuh ditas gua." ucap Nadira lalu memasang wajah jutek nya.
Vanie mengambil buku catatannya di tas Nadira, lalu membuka nya. Memastikan saja bila Nadira tidak merobek robek buku nya lagi. Kejadian itu sudah sangat sering terjadi.
"Lo kenapa deh, Dir? Gue liatin lo kayaknya kesel banget hari ini." tuding Alsya sambil menaruh bukunya ke tas lalu mendekatkan tubuhnya lebih dekat ke Nadira.
"Bukan hanya kesel. Tapi bener bener kesel. " Nadira mengacak acak rambutnya sendiri.
"Cerita boleh lah." bujuk Vanie, yang memang menjadi ratu gossip. Berita sekecil apapun pasti akan diketahui oleh Vanie.
"Jadi nih ya. Gue kan lagi jalan ke kelas. Eh ada cowok tuh kayak lagi emosi gitu. Tiba tiba gak ada angin gak ada ujan dia nubruk bahu gue. Dan lebih ngeselinnya lagi dia gak minta maaf sama gue! Malah nyelonong gitu aja. Kan gue kesel lah." jelas Nadira panjang lebar.
"Gimana ciri cirinya Dir. Sapa tau aja kan gue tau nama dan orangnya." kata Vanie.
"Pokoknya nih. Mata nya itu tajem banget, alisnya tebel. Badannya itu gagah banget, tapi gak gendut. Terus tadi gua liat dia pake jaket hitam. Yang tulisannya Die." Nadira mengingat ingat kejadian beberapa menit lalu. Nadira pun sempat bergidik ngeri melihat tulisan di jaket pria itu.
"Kayaknya gua tau deh siapa orangnya." Vanie mengagetkan Nadira dan Alsya yang lagi serius seriusnya.
"Siapa?" tanya Alsya ikut penasaran.
"Firasat gue, dia Galvin. Siapa sih yang gak kenal dia. Tau sendiri lah dia itu anti banget sama yang namanya cewek. Gua juga gak tau kenapa, yang pasti setiap dia ketemu cewek bawaannya pengen marah mulu. Gak tau deh."
Mereka bertiga melihat pintu yang terbuka lalu, masuk Zahra yang tergopoh gopoh berlari, sampai pada tempatnya dia tampak ngos ngosan sendiri.
"Ngapa lo Ra?" tanya Vanie, selaku teman sebangku Zahra. Dari mereka bertiga hanya Zahra yang malas datang pagi, dia memang tak suka datang pagi. Ya karena dia memang takut jika awan masih gelap. Karena berita yang beredar bahwa sekolah itu angker. Pasti semua sekolah ada cerita yg berkaitan dengan makhluk ghaib itu. Zahra termasuk orang yang penakut.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADIRA
Teen FictionGalvin, cowok yang terkenal tidak menyukai spesies perempuan. Karena masa lalu nya. Suatu saat dia bertemu dengan perempuan yang bisa dibilang cantik. Namun Galvin tidak sama sekali tertarik oleh nya. Pertemuan pertama mereka pun bisa dibilang tidak...