4 - Ada apa?

838 44 1
                                    

Nadira tengah fokus ke arah Bu Niken yang masih menerangkan pelajaran B. Indonesia, Nadira tidak suka pelajaran Bahasa Indonesia yang sangat ribet.

Ditambah dengan perkataan Galvin ketika istirahat tadi. Terus saja terngiang ngiang di kepala Nadira. Nadira juga heran, permainan apa yang di maksud Galvin itu.

Ancaman Galvin cukup membuat Nadira takut, tapi Nadira berusaha biasa saja agar tidak terlihat seperti itu.

"Dir. Lo di panggil tuh sama Bu Niken." Alsya menyenggol bahu Nadira. Hal itu dapat mengubah lamunannya hilang.

Nadira melirik Bu Niken,"Ada apa bu? " tanya Nadira.

"Coba kamu ke kelas IPA 1. Panggil yang namanya Galvin, " suruh Bu Niken. Nadira pun heran, cobaan apa yang Nadira akan hadapi sekarang.

"Kok saya sih bu. Yang lain aja kenapa?" elak Nadira. Saat ini dia belum mau bertemu Galvin.

"Mau nilai Bahasa Indonesia kamu di bawah KKM?" Bu Niken memandang Nadira tajam. Guru ini memang benar benar ingin dicolok matanya. Nadira hanya bisa bersabar.

"Iya iya bu." Nadira melongos pergi begitu saja. Vanie yang melihat sempat terkikik geli. Vanie juga tau kalau Nadira merasa sangat kesal.

Nadira melangkahkan kakinya ke arah kelas XII IPA 1, sepanjang jalan Nadira hanya bisa berdoa semoga bisa pulang ke kelas dengan selamat. Semoga saja.

Nadira membuka kenop pintu kelas,"Assalamualaikum." salam Nadira saat pertama kali masuk kelas Galvin.

Semua refleks menatap Nadira yang canggung. Sekarang dunia bagaikan berputar putar ketika Galvin menatap Nadira dengan tatapan yang sangat sangat benci.

"Ada apa Nadira?" tanya Pak Vito yang sedang mengajar kelas Galvin.

"Yang ber nama G–Gal–Galvin dipanggil Bu Niken." ucap Nadira sambil menundukan kepalanya, takut takut kalau Galvin marah.

"Kenapa manggil gue? " tanya Galvin dingin dan terlihat ketus.

"Ng–nggak tau." Nadira mengumpati dirinya sendiri, kenapa hal bodoh datang disaat yang tidak tepat.

"Gak usah gagap! Lo normal kan? " Galvin menaikan satu alisnya.

Nadira tidak mengindahkan pertanyaan Galvin. Jadi dia langsung pergi ke kelas dengan perasaan campur aduk, takut, gugup menjadi satu.

Galvin mengikuti langkah Nadira dibelakang. Cowok itu masih memperhatikan Nadira dengan kesal. Kesal karena dia perempuan, dan kesal karena Nadira pernah ketahuan memperhatikannya.

Sebelum masuk kedalam kelas, Galvin terlebih dahulu mengucapkan salam. Dan tak lupa dia menyalimi Bu Niken. Jujur saat salim dengan Bu Niken, Galvin merasa kesal dan muak. Tadi nya dia tidak mau salim, tapi mengingat siapa prempuan ini. Akhirnya Galvin memilih untuk salim.

"Ada apa Ibu memanggil saya? " tanya Galvin to the point. Bahkan Galvin sama sekali tidak menatap Bu Niken.

"Jadi begini Vin. Banyak wali murid yang melapor ke Saya, semuanya berasal dari wali murid Siswi. Mereka beralasan, kamu pernah menyerempet anak itu hingga pingsan, dan kamu juga pernah mendorong perempuan kelas X dari tangga. Iya benar begitu Galvin?" Bu Niken menaikan oktaf suaranya, dan pastinya akan terdengar oleh seluruh murid.

Nadira yang mendengarkan pun ikut bergidik. Untung saja saat bertemu Galvin, dia hanya sekedar di tubruk bahunya. Kalau mendengar cerita Bu Niken memang sangat lebih parah dari yang Galvin lakukan ke Nadira.

"Kalau iya memang kenapa?" Galvin pun ikut menaikan suaranya.

"Ya jelas ini kenapa napa Galvin. Sama saja kamu ingin membunuh seseorang. Memang kenapa kamu melakukan semua ini. Balas dendam? Iya?!" Bu Niken menggebrak meja, seluruh penghuni kelas pun berlonjak kaget.

"Bukan." jawab Galvin enteng.

"Terus kenapa. Ada masalah? Cerita sama saya, biar saya yang bilang dengan wali murid yang melapor. Kalau kamu terus terusan begini kamu bisa di drop out dari sekolah!" Bu Niken memukul penggaris kayu pada papan tulis.

"Ibu gak berhak tau masalah saya! Disini tugas Ibu hanya mendidik murid, bukan mencampuri urusan pribadi muridnya!" balas Galvin tak kalah kejam. Sebenarnya Galvin ini bukan badboy, tapi karena kebenciannya kepada wanita, dia menjadi lebih agresif untuk melukai para wanita di mana pun berada.

Hal ini yang memicu beredarnya kabar bahwa Galvin itu badboy. Padahal Galvin bukan badboy yang seperti umumnya. Galvin sendiri saja belum pernah mencicipi rokok, walau sebatang.

"Terserah kamu! Sekarang kembali kekelas. Dan selesaikan pelajaran mu. Ibu sudah pusing dengan tingkah laku kamu." Bu Niken memijat mijat pelipisnya. Sambil menghirup Freshcare yang selalu ia bawa kemana mana.

                                      °°°

Nadira hari ini terpaksa pulang dengan Aldy. Katanya sih hari ini tidak ada jadwal kampus. Dan juga karena Nadira tidak mau merepotkan Alsya untuk hari ini saja. Bersama Abang akan lebih aman.

Nadira, Alsya, Vanie dan Zahra masih ada di dalam kelas, walau bel sudah lama berbunyi. Keempat nya masih sibuk menonton film romance yang baru baru ini keluar. Nadira juga tak perduli jika Aldy menunggu.

"Anjing, cium dong cium. Ah bentar lagi nyosor tuh." Vanie menepuk nepuk meja. Menyalurkan rasa dalam hatinya.

"Lah si kampret! PHO nya kayak bangsat deh! Gak jadi kan nyosor. Gara gara lu sih, make dateng segala. Gagal deh moment berharga nya." Alsya kesal karena adegan kissing nya tidak jadi. Dia juga menunjuk nunjuk sang PHO dengan geram.

"Sisakan satu cowok seperti mu didunia ini," Zahra memanjatkan doa nya kepada Allah supaya cowok dalam film romance itu hadir di kehidupan nyata.

"Eh. Gua pamit balik dulu ya. Kayaknya bang Aldy dah jemput tuh." Nadira mengambil tas nya lalu meninggalkan Alsya, Vanie dan Zahra yang masih asyik dengan laptop.

Tepat saat di gerbang sekolah, hujan melanda Ibu kota tanpa ampun. Nadira sampai kewalahan mencari tempat berteduh. Saat di jalan untuk mencari tempta berteduh, Nadira dikejutkan dengan cipratan air yang terkena seragam dan wajahnya.

Sang pelaku membuka jendela mobilnya. Nadira hanya bisa mendengus dan minyimpan amarahnya saat tau wajah sang pelaku.

"Rasain, cocok tuh cipratan air di muka lo. Sama sama kotor!" Galvin menancap kan gasnya. Kata kata Galvin sangat menusuk di hati Nadira.

Nadira bersabar. Mungkin ini sebuah ujian dari tuhan untuk dirinya.

Sampai motor Ninja hitam bertengger didepannya. Nadira masih bengong, "Hei. Dira. Woe! Bengong ae." pria itu mlambaikan tangannya ke arah Nadira.

Nadira pun menyadari keberadaan pria itu, "Eh. Apaan?" tanya Nadira linglung.

"Balik bareng gua yuk. Ujan nya juga kayaknya awet deh. Gak baik cewek ujan ujanan." ujar nya sambil menyunggingkan senyuman tipis.

Nadira bingung. Dimana Aldy sekarang dan apa keputusan yang akan dia ambil. Pulang bersama pria ini, atau bersama Aldy. Tapi jika bersama Aldy itu akan menghabiskan waktu cukup lama untuk menunggu sampai Aldy datang.

"Yaudah, yuk." sebelum Nadira naik ke atas motor. Pria itu memakaikan Jas hujan ketubuh mungil Nadira.

Motor nya membelah lautan manusia yang sedang berlomba lomba untuk sampai tujuan masing masing.

"Tumben Jo, baik sama gue." Nadira menyindir Joshua.

"Selalu baik kali gua mah." sombong Joshua.

"Taik lo gede." Nadira menoyor kepala Joshua.

"Udah pernah liat dong? Kok bisa tau kalo taik ane gede?"

Saat itu juga kedua nya tertawa lepas bagaikan kupu kupu.

                                      °°°

NADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang