11. Terima Kasih

1.5K 146 25
                                    

M/N

Coba bacanya sambil denger lagu Payung Teduh yang Resah atau Berdua Saja.
Emang ngga ada hubungannya sama part ini, cuma gue nulisnya sambil denger lagu itu, and that's made me emo.
Siapa tau kelen juga kan wkwkwkwk

Anyway, happy reading!



+++



Pukul setengah satu dini hari, June baru selesai berkutat dengan salah satu kasus yang tengah ditanganinya. Lelaki itu mematikan laptop, menutup buku-buku tebal yang sedari tadi menemaninya, kemudian memundurkan kursinya agar ia bisa merentangkan tangan lebar-lebar. June menguap, berdiri, dan keluar dari ruang kerjanya yang terletak tepat di samping kamar tidur. Dengan langkah gontai ia masuk ke kamar. Dilihatnya Anne yang sudah tertidur pulas sejak beberapa jam lalu, mengusap rambutnya, kemudian ikut berbaring di samping perempuan itu.

Setelah mengecup dahi Anne, June menarik selimut untuk menutupi dirinya. Niatnya untuk tidur urung ketika matanya menangkap album foto yang terletak di meja rias. Agaknya, Anne baru selesai melihat-lihat album itu dan belum sempat menaruhnya lagi. Tertarik, June bergegas bangun dan mengambil album foto bersampul merah itu, duduk di kasur, lantas memangkunya.

Di halaman pertama, ada foto Anne yang diabadikan oleh June beberapa tahun lalu—ketika mereka belum menikah, bahkan pacaran. Ingatannya mundur ke waktu di mana ia mengambil foto itu secara diam-diam. Saat itu, June memakai trik andalannya untuk kesekian kali agar bisa melihat Anne—berpura-pura menjemput Bobby di kampus lantaran lelaki bergigi kelinci itu adalah senior Anne. Kala itu, melihat Anne yang sedang duduk di kursi taman membuat June tak tahan untuk tidak mengabadikan perempuan itu dalam sebuah potret. Maka tanpa diketahui oleh siapapun, June merogoh ponsel dalam saku, membuka fitur kamera, lantas memotret Anne dari samping.

June terkekeh pelan mengingat kenangan kecil namun manis itu. Ia membalik halaman berikutnya, mendapati fotonya dan Anne tepat di hari pertama Anne menerima cintanya. Ah... semua memori itu membuat June sedikit sentimentil. Ia menoleh pada Anne, lagi-lagi tersenyum melihat wajah damai istrinya. Tak ada yang tahu bahwa di setiap malam sebelum ia tidur, June selalu berterima kasih pada Tuhan yang telah begitu baik mengirimkan Anne padanya.

Halaman terakhir dari album itu adalah potret dirinya bersama Anne ketika di pelaminan. Hari itu keduanya resmi menikah. Hari itu keduanya memulai hidup baru bersama yang mereka harapkan akan berlangsung sampai keduanya tak lagi ada di muka bumi. Tetesan air jatuh tepat di atas foto itu. Dengan gerakan cepat June mengusap matanya. Tak lama ia terkekeh pelan. "Melow banget dah gue," racaunya, menghardik diri sendiri yang begitu lembek ketika mengingat perjalanan panjangnya bersama Anne.

Album bersampul merah itu June letakan kembali di tempat semula. Ia berbaring, menatap wajah Anne, dan lagi-lagi mengecup dahinya—namun sedikit lebih lama dari sebelumnya. Tepat setelah ia mengecup dahi Anne, perempuan itu membuka matanya perlahan.

Anne mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya bertanya, "Mas? Belum tidur?" Suaranya terdengar sedikit serak.

"Nih, mau tidur," jawab June sambil membelai rambut Anne. "Maaf ya kamu jadi kebangun."

Dengan mata yang terlihat jelas melawan kantuk, bibirnya tersenyum. Anne mengusap pipi June, memeluk tubuh lelaki itu, kemudian kembali terpejam. "Tidur, Mas. Aku ngantuk banget nih."

"Iya, Sayang."

***

Paginya, June terbangun dengan Anne yang sudah tidak ada di sampingnya. Lelaki itu mengedarkan pandangan ketika matanya sudah terbuka lebar—mencari Anne. Deritan pintu kamar membuat June menoleh, mendapati Anne berdiri di sana dengan apron Upin dan Ipin yang perempuan itu pesan di salah satu toko online. Ia tersenyum ketika pandangannya bertemu dengan June. "Baru mau aku bangunin," katanya, mendekati June.

LionneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang