27. Grup Hebring.

915 104 9
                                    

"Kok sekarang bintang udah jarang banget kelihatan ya, Mas? Apa karena polusi makin parah?" Anne memegang tangan June di perutnya, membuat lelaki itu berhenti mengusap-usap perut yang semakin membuncit itu.

Perempuan itu diam, menatap langit malam yang begitu gelap sambil menantikan respons suaminya atas pertanyaan yang ia lontarkan barusan. Lama tak kunjung mendapat respons, Anne menolehkan kepala pada June yang memeluknya dari belakang. "Mas, kamu dengar aku ga?"

Mata June menatap Anne lekat-lekat, diusapnya pipi, rambut, dan perut Anne. "Iya, dengar kok, Sayang."

"Terus kenapa ga jawab?" Anne memegang tangan June yang menjadi bantal baginya—mereka sedang berbaring di kursi panjang yang ada di balkon.

June mencium kepala Anne, satu tangannya masih dengan setia membelai perut buncit perempuan itu. "Bukan, bukan karena polusi, sih," katanya.

Anne mengernyit. "Terus kenapa?"

"Bintang ngga berani keluar, dia takut kamu lebih bersinar dari dia. You are the one who shine brighter than anything in this world."

Anne diam, lama-lama ia tersenyum mendengar jawaban June. Digigitnya bibir bawahnya pelan, menyembunyikan senyum yang tak kunjung hilang. "Ish, kamu tuh! Aku nanya serius, tahu?!" ujarnya, menepuk tangan June sementara lelaki itu terkekeh geli.

"Ya aku juga jawab serius, Sayang."

Anne masih menggigit bibir bawahnya. "Ah ngga tahu, ah! Kamu nyebelin."

"Nyebelin-nyebelin gini juga kesayangan kamu, kok."

Anne duduk, menatap June sambil mencubit pipi lelaki itu gemas. "Ih kamu kok alay banget, sih?! Sini aku sun dulu." Bibirnya mengerucut, tubuhnya ia condongkan agar semakin dekat dengan June, lantas diciumnya dahi lelaki itu singkat. "Such a cringey boy."

"I am not a boy anymore, I am a mature man," elaknya, tak terima.

Anne mendecih. "No, you are not, little boy."

"You—" June membuang napas pelan. "Okay, I am a boy if you say so."

Cengiran menghias wajah Anne, kian lama kian lebar sampai June tak tahan untuk tak ikut menyengir. Diacaknya rambut Anne gemas, mencium pipi perempuan itu, lantas memeluknya lagi dari belakang—kini posisi mereka duduk.

"I will gladly break it for you," June membeo, membuat Anne mengernyit.

"What?"

June tersenyum, kepalanya ia sandarkan pada bahu Anne. "I will gladly break my heart for you."

"Stop being that cringey little boy, Mahesa." Anne mengusap perutnya. "Adek ga boleh dengar gombalan-gombalan papanya, dia masih kecil, nanti takut terkontaminasi."

"Loh?? Justru ga apa-apa, dong? Biar Adek tahu, kalau mama sama papanya saling sayang."

Anne terkekeh geli. "Ih kamu alay banget." Dilepaskannya pelukan June di perut. "Udah ah, kamu makin lama makin ngawur, nanti Adek jadi ikutan kayak kamu lagi."

"Loh?" June menatap Anne lekat-lekat. "Ga apa-apa, dong! Aku kan papanya!" Air mukanya serius sekali—alisnya menaut, bibirnya agak mengerucut, sementara tatapan matanya seolah mengintimidasi.

Tawa Anne pecah, kedua tangannya menangkup wajah June, agak memencet pipinya sampai-sampai bibir lelaki itu terbuka seperti ikan. Anne menggeleng-gelengkan kepala June pelan, namun lelaki itu hanya diam diperlakukan seperti itu oleh istrinya. "Iiii dinosaurusnya aku lucu banget, gemasssss!!"

LionneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang