Twenty Eight

18 5 0
                                    

Meski mulut tertutup rapat, apakah kau masih tak mengerti juga? Apa harus kuteriakkan semua itu? Bagaimana rasaku yang kupendam seorang diri?

Aku sering bertanya, pada dinginnya malam. Sebut saja aku gila. Aku takkan mempermasalahkannya.

Aku pun sering bertanya, pada embun di fajar kala itu. Sebut saja aku sinting. Aku takkan mempermasalahkannya.

Tapi saat aku sering bertanya, dikala bulan begitu nyaman dipangkuan Tuhan. Saat Dia Yang Pencipta rasa ini datang. Aku akan mempermasalahkannya.

Aku akan terus ruku' dan sujud, meski dingin malam menusuk hingga tulang belulangku. Aku akan terus mengangkat tangan, bermunajad. Meminta dan memohon atas segala rindu itu.

Apa kau masih tidak mengerti juga? Rasa rindu yang kerap kali menggila. Saat kau berlalu meski diujung sana. Jejakmu itu masih terasa indah disudut mata. Meski hilang bersama gulungan ombak waktu itu.

Tuhan mengerti dan memahami. Tuhan yang menuliskan takdir itu. Biarlah waktu menjadi saksi bisu, akankah kau bersamaku? Atau kau bersama yang lain yang lebih baik dari diriku.

Maaf aku terlalu mencintaimu.





Surakarta, 29 Juni 2018
Xoxo,
Eka

Sajak Atas JejakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang