Clumsy Lady - Part 8

8.7K 1.2K 84
                                    

Teanna menatap ke sekitar, menoleh ke kanan dan kiri. Hanya dapat melihat para pasangan dansa yang masih hidup yang sedang menari di sekelilingnya. Dia tak menemukan satu pun makhluk kasat mata di aula dansa, bahkan tak melihat mereka sama sekali di ruangan besar itu maupun di pojok-pojok sudut lainnya saat ini. Semuanya terasa sangat bersih dan tenang seakan-akan tempat itu sudah disucikan sebelumnya.

Ia tanpa sadar menutup mata, tersenyum sembari mendengarkan alunan musik ceria berirama indah di telinga. Bahkan, udara di tengah ruangan terasa segar untuknya saat ini. Benar-benar sudah sangat lama sekali ia tak merasakan perasaan yang seperti ini. Rasa yang begitu dirindukannya. Rasa yang begitu damai. Teanna kembali membuka mata menatap pasangan yang menari di sampingnya yang benar-benar terlihat begitu bersemangat di matanya. Tanpa sadar ia kembali tersenyum. Entah kenapa untuk saat ini, dia merasa tenang yang begitu sangat dalam. Tarian gallop dan nada-nada yang berkumandang di seluruh aura pun membuatnya ikut bersemangat kali ini.

Dan baru kali ini, Quint berdansa dengan seorang wanita yang sedari tadi tak mengacuhkannya, padahal dialah pasangan dansa wanita itu. Ia tahu, seharusnya dia tak merasa seperti ini—merasa seperti seorang manusia tak terlihat di hadapan seorang wanita yang saat ini jelas-jelas sedang berdansa dengannya. Quint yakin, wanita mana pun yang akan berdansa dengannya, pasti tak akan pernah memperlakukannya seperti ini. Setidaknya para wanita lain, mungkin akan tersipu malu atau berusaha bertukar-kata dengannya maupun menggodanya sedikit atau setidaknya...tersenyum kepadanya.

Tidak seperti Lady Teanna Vane yang tak menatapnya sedari tadi, tetapi malah menatap penuh minat ke arah pasangan lain yang menari penuh semangat di samping mereka, padahal dirinya juga merupakan salah satu penari terbaik di dalam keluarga mereka. Quint akui, perilaku lady itu saat ini, membuat harga dirinya sebagai seorang pria sedikit terluka. Quint lalu menatap jemarinya yang sudah menangkup jemari gadis itu sedari tadi.

Ia sadar bahwa Lady Vane merupakan partner menari yang baik karena ternyata gadis itu bisa mengikuti gerakannya dengan sempurna meski tak terlihat sedikit pun mengikuti arahannya—lady itu penari yang cukup handal. Pandangan mata gadis itu yang ke mana-mana akhirnya membuat Quint sedikit kesal karena merasa dirinya sendirilah satu-satunya orang yang tak dipedulikan oleh gadis itu. Sudah cukup. Dia harus menarik perhatian gadis itu sekarang! Ia pun akhirnya berdeham.

Mendengar suara batuk itu, membuat Teanna kembali menatap kehadiran seorang pria yang saat ini berdansa dengannya. Dia mendongak dan baru menyadari sesuatu; dirinya telah bertindak tak sopan. Ia melihat sekilas jemari tangannya yang masih berpaut erat dengan jemari besar pria itu. Astaga, apa yang dilakukannya? Selama menari tadi, perhatiannya hanya tertuju pada sekeliling hingga melupakan partner dansanya. Selama menari, seharusnya ia bersikap lebih baik kepada lord tersebut, setidaknya mengajak berbicara sedikit, tetapi perhatiannya malah berpusat kepada hal lain. Bagaimana ini? Dia sedari tadi seperti tidak menghiraukan kehadiran duke tersebut dan lord di hadapannya ini pantas marah kepadanya. "Ma-maaf, Your Grace. Aku benar-benar tak sengaja," ujar Teanne dengan pipi memerah karena tahu apa yang dilakukannya benar-benar tidak sopan—dia telah bertindak kurang baik kepada seorang duke.

Melihat wajah panik wanita itu dan menyadari mimik wajah bersalah dari sana, Quint merasa itu sudah cukup, ia lalu kembali tersenyum sembari membawa gadis itu menari melangkah lebih jauh kemudian berkata, "Seperti yang kukatakan tadi, Lady Vane. Ketidaksengajaan sangat menarik di mataku. Sepertinya, ada yang sangat menarik untuk Anda sehingga membuat perhatian Anda begitu berfokus. Kalau boleh saya tahu, apa itu? Sebenarnya, apa yang sedari tadi Anda perhatikan, My Lady?"

Mendengar kata-kata itu membuat Teanne mendongak melihat wajah tampan lord tersebut. "A-aku tidak melihat apa-apa, Your Grace," katanya berbohong. "A-aku hanya...hanya sudah terlalu lama tidak mengikuti pesta-pesta semacam ini. Dan rasanya, membuatku merasa seperti baru pertama kali mengikuti season di London." Teanne tak ingin lord itu tahu karena ia yakin bila dia menceritakan hal tersebut, lord yang menari dengannya saat ini akan menganggapnya seperti wanita gila. Dirinya kembali menunduk tak ingin menatap mata berwarna kelabu itu sembari menari dengan langkah mundur. "A-aku...hanya senang bisa menari seperti ini lagi setelah sekian lama," bohong Teanne, yang sebenarnya tak benar-benar berbohong.

Clumsy Lady [HAI SnackStory/End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang