Theirs Feeling 5

51 8 0
                                    

Li's POV

Aku mengeluh ketika mataku sempurna melihat kearah jam di dinding kamar. Pukul 05.45! Aku kesiangan lagi.

Dengan terburu-buru aku berlari ke kamar mandi, melaksanakan shalat subuh dengan kilat, serta sarapan dengan kilat pula dan berjalan ke tempat pangkalan angkutan umum dengan setengah berlari.

Lima menit sebelum pendidikan pembentukan karakter dimulai, aku sudah memasuki gerbang sekolah dengan pakaian setengah berkeringat, aku mengeluh dalam hati, masih pagi udah bau ketek!

Ah, lagipula ini salahku kenapa tidur terlalu malam hanya karena memikirkan orang yang sama sekali tidak memikirkanku!

Lupakan, dengan setengah berlari aku menuju ke kelas, langsung duduk di bangku dengan napas setengah-setengah.

"Kesiangan lagi?" tanya Sa sambil geleng-geleng kepala.

Sedangkan aku hanya cengar-cengir. Sa tahu persis semua yang terjadi padaku tiga bulan lalu.

Saat itu, aku dekat dengan seseorang, sayangnya dia adalah seorang protestant, sungguh, aku tidak pernah mengira dalam sejarah hidupku aku harus jatuh pada seseorang yang memiliki perbedaan.

Dia seseorang yang cukup terkenal karena dia membawahi organisasi keagamaan miliknya.

Dan tentu saja, sebagai posisi seorang ketua, dengan wajah keturunan Chinese, ada lalat satu yang ternyata mengaguminya sejak dulu.

Lalat ini jadi kebakaran jenggot, (ya meski sebenarnya lalat ga punya jenggot, niatnya sih mau aku ibaratin kambing, tetapi takut terlalu mirip, jadi, ya udah, pake lalat aja, ya!) lalat ini berkata macam-macam tentangku pada si dia, juga menyinggung tentang perbedaan itu. Bahkan dia juga melapor ke guru agama mereka!

Aku merutuki kebodohanku sendiri, biasa suka sama badboy yang punya reputasi menyeramkan untuk dicampuri urusannya, kali ini aku dekat dengan goodboy, idola banyak orang pula, dan aku lupa, mereka punya senjata ampuh untuk memisahkan kami.

Perbedaan itu.

Akhirnya aku putuskan untuk berhenti dari hubungan itu. Dan, ya pemirsa, setelah aku pergi, lalat itu datang mendekati si dia dan sekarang mereka jadian! Tepuk tangan yang meriah buat si lalat! Prok Prok Prok!

Aku benar-benar terpuruk saat itu, aku benar-benar jatuh padanya, selama menjalin hubungan, kami meniadakan perbedaan itu, artinya, kami sama sekali tidak menganggapnya ada, meski kami berdua sadar sepenuhnya.

Dan soal guru itu, dia jadi kena teguran yang menyebabkan mentalnya juga down. Dan lagi-lagi aku harus mengalahkan perasaanku sendiri hanya untuk orang lain. Lagi.

Setidaknya aku bersyukur aku tidak sampai dipanggil juga oleh guru agama islam.  Dan setidaknya dengan dia yang dipanggil, hubungan kami jadi selesai. Aku yakin seratus persen jika aku yang dipanggil, pasti sampai sekarang kami masih berhubungan, karena aku adalah tipe manusia yang sangat cuek terhadap omongan orang.

Dan yang membuatku semakin malas lagi adalah teman satu kelasku. Hampir semua dari mereka menyebalkan. Tidak jujur, sukanya berkelompok. Aku sangat tidak suka.

Untungnya masih ada Ki dan Sa. Setidaknya aku tidak sendirian disini.

Dan selain masalah dengan si lalat itu, aku juga sering berkonflik dengan teman sekelas, hanya karena aku benci cara mereka mendapat nilai tertinggi, aku berani saja berbicara langsung di depan mereka, dan responnya, ya menjijikkan seperti itu, pura-pura bersalah tetapi di belakangku justru sangat menjelekkanku.

Ah, biarkanlah, bodo amat, itu, kan juga salah satu fungsi teman mengingatkan jika salah, jadi aku benar, kan?

Oiya, sudah dua tahun aku bersekolah disini lho, hebat bukan aku bisa bertahan selama itu dengan mereka hampir setiap harinya?

Aku memang sudah banyak bertemu jenis manusia, aku juga bisa menilai manusia dari pertama bertemu, aku termasuk orang yang 'peka' dengan aura orang, makanya aku cuek saja dan hanya punya beberapa teman.

Terhitung dari sejak aku SD, aku hanya punya 4 sahabat, tetapi tentu aku mengenal semua teman sekelasku, hanya saja yang aku anggap sahabat hanya beberapa saja.

Kalian bisa bayangkan, aku sudah kelas 11 dan aku hanya punya 4 teman akrab, so, bisa kalian tebak apa image-ku di depan mereka semua?

Ya, sekali lagi betul! Aku punya banyak penilaian dari mereka, dari sombong, manja, pelit, sok, dan masih banyak lagi. Namun, sungguh jika kalian mau mengenalku, aku tidak seperti itu. Ya kalau memang aku seperti itu pasti adalah alasannya, sungguh!

Dan di ujung tahun kedua ini aku berharap aku bisa mempertahankan peringkat di kelas. Aku sedikit pesimis karena aku sebenarnya bersaing dengan buku. Tetapi, ya sudahlah, aku harus berusaha!

Untuk itu, aku, Sa, Ki dan Di berencana mengadakan belajar bersama sebelum ujian  kenaikan kelas.

Dan sudah diputuskan, hari sabtu sebelum ujian itu, kami akan belajar bersama!

Ah, rasanya tidak sabar, meski kadang belajar bersama  berubah menjadi ngrumpi bersama tetapi setidaknya itu bisa menghibur!

SQUAD OF CAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang