Theirs Feeling 3

85 9 0
                                    

Sa's POV

Aku mengembuskan napas kasar. Pagi ini. Hari senin lagi. Dengan semangat hanya 30% aku mulai menyalakan motorku, membawanya melaju ke jalanan yang masih sepi karena jam baru menunjukkan pukul 06.00. Masih terlalu pagi sebenarnya untuk berangkat ke sekolah. Namun, tidak denganku.

Lima belas menit kemudian aku sampai di sekolah. Rasanya malas sekali, itulah alasan aku berangkat pagi. Ya, aneh kan? Aku malas tetapi justru datang paling awal.

Karena aku malas dengan teman sekelasku, bukan dengan pelajaran apalagi sekolah, aku tahu sekolah itu penting dan mahal, maka aku selalu berusaha tidak bermalas-malasan. Tapi nyatanya lingkungan sekolahlah yang membuatku malas setengah mati.

Apa sebabnya?

Apalagi kalau bukan temanku? Aku tidak menyukai hampir seluruh teman sekelasku, kenapa?

Karena mereka aneh, tidak jelas, mempunyai sifat yang buruk dan hal lainnya yang sangat bertentangan dengan diriku.

Mereka senang menyontek, senang berkelompok, meskipun aku juga, tetapi aku tidak bermaksud berkelompok apalagi membedakan, aku hanya terlalu sulit bergabung begitu saja. Aku harus punya alasan kuat untuk bisa tahan mengobrol lama dengan orang.

Untungnya di kelas ini masih ada manusia yang bisa aku ajak bicara, mereka adalah Li dan Ki.

Mereka berdua teman terdekatku dua tahun terakhir ini. Mereka juga memiliki pemikiran yang sama denganku tentang teman sekelas, apalagi Ki, dia bilang dia sangat tertekan, apalagi dia bilang kalau dia baru pertama kali mengalami teman seperti ini. Kasihan sekali!

Namun, ya, mau bagaimana lagi, mungkin indahnya masa SMA yang sering digambarkan orang tidak berlaku buatku.

Oiya, sudah hampir dua tahun aku sekolah di sini. Sekarang aku sudah di penghujung tahun kedua, sebentar lagi ujian kenaikan kelas akan diadakan.

Aku sudah hampir mempersiapkan semuanya kecuali tentu saja mental.

Bagaimana bisa aku percaya diri saat mengerjakan sedangkan aku tahu kalau aku sedang bersaing dengan teknologi canggih??

Ya, kadang aku melihat ada yang menggunakan ponsel saat ujian, ya di sini aku jadi membocorkan kebobrokan sekolahku.

Hanya ada beberapa guru saja yang sangat ketat dengan menyontek, lainnya sangat acuh dan tentu saja aku jadi kesal sendiri.

Nah, kan kalau mengingat mereka jadi nglantur kemana-mana. Ingat, tujuan awal aku berangkat pagi adalah karena saat pagi masih sepi, mereka belum datang jadi aku tidak perlu susah-susah menyapa atau sekedar senyum saja ke mereka.

Memang sih, Ki dan Li juga merasakan hal yang sama, Ki bahkan mungkin memiliki perasaan yang jauh lebih buruk daripada aku, karena menurutnya dia belum pernah mendapat teman seperti mereka, dan mungkin itu juga yang membuat Ki paling mampu berperan sebagai seorang teman, dia sangat menghargai aku dan Li.

Lain lagi halnya dengan Li, cewek satu itu cuek sekali, meski sesekali ia juga mengeluh kesal dengan sikap mereka, tetapi dia berani menyampaikan sindirannya dan bahkan sampai berurusan dengan mereka! Dan dianya malah cuek saja, bilang tidak ada masalah apa-apa.

Aku sungguh beruntung punya dua teman ajaib itu di kelas. Setidaknya aku tidak begitu sendirian. Selain di kelas, aku sebenarnya punya banyak teman dari kelas lain, itu berkat aku mengikuti organisasi di sekolah.

Ki juga demikian, dia punya banyak teman dari SMP yang sama dengannya dulu.

Sedangkan Li, dia hanya kenal beberapa orang saja, dia terlalu pendiam, kadang misterius, meski kadang juga terlalu ramai, dan dia tidak mau terlibat organisasi apapun  di sekolah. Dia jadi semakin tenggelam, ah, tetapi sudahlah biarkan saja, toh dia sendiri baik-baik saja.

Kembali lagi di kelas, setelah selesai memarkir motor aku langsung berjalan dengan langkah cepat, aku meletakkan tasku di bangku kedua dari depan, lurus dengan meja guru. Entah kenapa saat yang lain menghindari lokasi seperti ini, aku dan Li justru mengincarnya.

Di kelas masih sepi, baru ada satu anak, si ranking tiga, Li kenal baik dengannya meski aku tidak. Namanya Za, dia sebenarnya bagian dari manusia yang kubenci, tetapi karena Li mengenalnya, aku jadi masih sedikit respek padanya.

Aku tersenyum sekilas sebelum akhirnya duduk dan pura-pura sibuk dengan ponselku sambil menunggu Li dan Ki datang.

Di ujung tahun kedua ini, kami berharap nilai kami jauh lebih meningkat daripada semester lalu, kami ingin bersaing dengan mereka dan semoga bisa mendapatkan tiket SNMPTN yang diimpikan semua peserta didik disini.

Untuk itulah sesuai rencana, di ujung minggu nanti, tepat sebelum ujian kenaikan kelas, aku, Li, Ki dan Di berencana akan mengadakan belajar bersama.

Beruntungnya aku!

Aku ingin hari itu segera tiba, mulai belajar dan bersaing dengan mereka semua.

Namun, sebelum itu, mari kita hadapi hari ini dulu!

Keep spirit!

SQUAD OF CAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang