17. Rahasia lorong hitam

695 43 8
                                    


"Rez, lo kok ngajak gue sih keacara ultah si cindy, guekan enggak di undang!" tanya ay kepada reza sambil berjalan beriringan dengan pria itu menuju kelas.

"Cuman lo sendiri yang gak diundang!, yah gue gak terimalah!" ujar reza yang membuat ay mengernyit.

"Apa hubungannya sama lo gue gak diundang, lagian bagus juga gue gak diundang, duet gue gak habis buat beli kado tuh nenek sihir, lagian mager gue ketemu sama dia apalagi genknya yang selalu melototin gue tanpa alasan yang masuk akal!" ujar ay kepada reza sambil mengingat kejadian yang selalu ia alamin ketika bertemu cindy apalagi para genknya.

"Yaelah ngapain lo urusin yang begituan, intinya lo bakalan pigi keacara ultah cindy sama gue!"

"Iiidiiihh Ogah!, lagian gue emang enggak mau kali pigi kesana, za!" tolak ay mentah mentah, sebenarnya ia sendir sedikit merasa kesal jengkel dan merasa tidak adil dengan cindy yang selalu memperlakukan dirinya dikelas seakan akan tidak ada, apalagi diacara seperti ini, ay menganggap dirinya seakan akan bukan bagian dari kelas XI ipa1, karena seluruh murid sekelasnya diundang tanpa dirinya.

"kalau lo gak mau pigi, gue juga gak bakalan pergi!!" ancam reza yang membuat ay mendelik.

"Idiih!, apa hubungannya sama gue!, iissh jangan sangkut pautkan gue monyet!!"

"Gue gak suka cara mereka mengaggap lo itu aja!, apa salahnya coba?" sahut reza yang tanpa sadar buat ay tersenyum.

"Terus!"

"Lo bakalan ikut!"

"Haram dong makananya kalau gue makan, guekan gak diundang, lo mau gue masuk neraka ya?" tuduh ay sambil menodongkan jari telunjuknya kewajah reza yang membuat reza sedikit bergerak menjauh dari ay.

"siapa bilang lo gak diundang!"

"Gue, dan Cindy!"

"Makanya lo harus ikut, si cindykan yang bilang 'iya' kemarin!" sahut reza datar yang membuat ay terkikik.

"Yah terus gue pikirin gituuuu!!" seru ay dengan suara dijelek jelekkin.

Reza membuang muka merasa lucu sendiri dengan wajah gemas gadis itu yang selalu saja membuatnya ingin tertawa meledak disetiap harinya.

"Za, lo baik banget sih sama gue!" ucap ay sambil tersenyum dan berjalan beriringan dengan pria itu.

Seketika reza tersenyum lalu menghentikan langkahnya yang membuat ay ikut berhenti.

"Karna kita sahabat!" ujar reza yang membuat ay membulatkan matanya menatap mata coklat reza yang juga menatapnya lurus dalam hati ia bernafas lega.

"Gue senang dengarnya!, lo sahabat pertama sosok cowok dihidup gue!" tutur ay yang membuat reza tersenyum.

seketika ay mengamit lengan reza yang membuat reza tersentak kecil kaget dengan tindakkan ay.

"Kuy jalan!"

"Kemana?"

"ke kali!" jawab ay datar.

"Ngapain?, lo mau mandi?"

"Enggaklah receh amat lo!, gue cuman mau buat acara bunuh lo di kali!" ujar ay sambil berhenti membalikkan badan menatap reza yang juga ikut berhenti.

"Sayangnya gak semudah itu!" ujar reza santai sambil menatap ay sepele.

"Yakin?" tanya ay meremehkan reza, sedangkan reza hanya berdecih mendengarnya.

"Yakin udelmu!"

"Setan!!" maki ay diakhir kalimatnya.

perfect loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang