24. Curiga

564 39 1
                                    



Gadis berbadan tinggi dengan rambut diikat menjadi satu, kini duduk tenang diteras rumah sambil menikmatin segelas kopi yang telah menjadi rutinitasnya disetiap malam sambil membaca buku majalah yang baru dibelinya.

Sebuah sinar cahaya serta suara motor membuat gadis itu melirik kearah pintu pagar melihat siapa yang datang diwaktu malam begini.

Gadis itu mengernyit sesaat. Namun seketika garis wajahnya berubah menegang serta membeku ditempat refleks melotot kecil melihat siapa yang datang.

"Mampus gue!" Ucapnya panik seraya menepok jidatnya.

Oka.

💘💘💘💘

Ay memasukkin sebuah ruangan kamar rumah sakit dengan melongokkan kepalanya terlebih dahulu melihat siapa yang berada didalam, sedangkan stevan stay dibelakangnya.

"Beneren nih gak papa? kalau gue gak ada bawa apa apa?" ulang ay dengan berbisik dengan pertanyaan yang sudah berapa kali dipertanyakannya.

Pria itu tersenyum lalu mengangguk dengan kedua tangan yang ia masukkan kedalam saku kantong celana jins hitamnya.

Dengan berani ay masuk kedalam ruangan tersebut, dimana hanya ada seorang pria yang sedang duduk menatap bosan televisi.

Pria berbadan tegap tinggi yang kini masih berada dirumah sakit dengan garis wajah yang masih pucat, seketika menoleh mendengar suara dentuman pintu yang sudah ditutup dengan pelan. Pria itu mengangkat tinggi wajahnya melihat siapa yang datang karna terhalang lemari kaca yang berada didekat pintu tersebut.

Sosok gadis berpenampilan bagus serta cantik sesuai dengan apa yang dimilikkinnya masuk menatap tepat dimanik mata pria yang kini tampak kaget membalasnya.

Gadis itu meringis kecil merasa canggung ketika melihat respon darinya. Dengan segera ia memperbaikkin ekspresinya yang cukup salah tingkah serta menjadi gugup untuk pertama kalinya.

"Kek mana keadaan lo bang?" tanya stevan yang tiba tiba membuat pria itu sedikit terlonjak kaget belum siap memperbaiki sikap dirinya.

"Ehehe.. kek mana lo liat, dah bisa lompat enggak gue?" tanyanya kembali dengan nada bercanda namun sedikit melirik kearah ay yang tampak diam menyaksikan hal tersebut.

Stevan tergelak lalu duduk disisi sudut ranjang rumah sakit dimana sosok abang kandungnya masih terbaring lemah, walau kini sedang duduk.

"Ini cewek yang waktu itu nolongi elo! Namanya haylie tapi sering disapa ay" ujar stevan santai memperkenalkan ay, yang seketika membuat ay mengangguk kecil sambil tersenyum kepada pria itu.

"Hai kak?, kayak mana kabarnya, apa udah baikkan?" tanya ay formal berusaha tenang, karena sejujurnya ia merasa canggung dengan orang baru.

Pria itu tertawa renyah.

"Udah kok!, tapi tinggal nunggu luka bekas operasinya sembuh aja, habis tuh yah gue bisa kembali lagi kayak biasa!, oh ya thanks atas bantuan elo" jawabnya tenang, jujur takut menatap gadis itu lama lama. Entah kenapa?.

"Nama gue radian, panggil aja radit" sambung pria itu sambil mengunyah kacang yang toplesnya dipegang olehnya, lalu mengelapnya sembarang kemudian mengulurkan tangannya pada ay.

ay tersenyum kikuk lalu membalasnya.

belum gadis itu berbicara, sebuah suara membuatnya menoleh.

"Hah?" stevan yang baru selesai menerjemahkan perkataan abangnya spontan melongo mendengarnya, sedangkan ay kini mendadak bingung bereaksi bagaimana.

perfect loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang