Mungkin, hari ini layak mendapat predikat 'sial' dariku seorang.
[Name]-san tiba-tiba datang ke gedung olahraga, melihat latihanku dengan Akashi-kun dan yang lainnya.
Aku tidak seperti Kise-kun, tampan dan banyak gadis yang menyukainya. Posisinya dalam permainan basket juga menjadikan Kise-kun mencolok.
Aomine-kun, auranya begitu kuat seperti black panther yang siap menerkam.
Namun, apalah dayaku yang hanya pemain bayangan keenam, aku bahkan tidak bisa membuat [name]-san terpukau oleh permainanku—bahkan mungkin ia juga tidak menyadari keberadaanku, yang kata Aomine-kun sangat tak kentara.
Padahal dari lubuk hati yang paling dalam, aku juga seorang pria yang berkeinginan untuk membuat kagum gadis yang disukai.
Ternyata, hal yang aku takutkan tak benar-benar terjadi. Seusai latihan, [name]-san datang menghampiriku yang tengah duduk seorang diri—dilupakan teman-teman Kiseki no Sedai sudah biasa bagiku.
Aku masih tak percaya dibuatnya, ia benar-benar menyadari keberadaanku dengan cepat.
"Kuroko, aku melihat latihanmu tadi."
Aku mengerjapkan mata. "Sungguh?"
[Name]-san menganggukkan kepala, matanya sedikit berkaca-kaca, wajahnya terlihat sumringah.
"Tidak kusangka basket bisa menjadi keren begitu, Kuroko! Kau terlihat keren!"
Apakah ini gurauan? Seorang [name]-san memperhatikan permainanku dan memujiku?
"... Terima kasih, [name]-san." Kuyakin raut wajahku tetap datar saat mengatakannya, tapi sesungguhnya aku senang sekali. "Ngomong-ngomong kenapa [name]-san ke sini? Tidak biasanya."
Ia berdeham. "Hanya kau satu-satunya yang bisa kupercaya, Kuroko."
Apa ini? Dadaku berdesir rasanya.
"Nilai sastra Jepangmu tertinggi di kelas. Bisa kau bantu aku mencari referensi yang bagus di perpustakaan?" pintanya, sembari menatapku sejenak. "Mmm ... mungkin setelah kau berganti pakaian."
[][][]
"Kau selalu bisa kuandalkan, terima kasih Kuroko!" ujarnya dengan wajah yang terlihat bahagia.
Senang rasanya melihat senyum [name]-san dari dekat. Aku merasa beruntung, perasaan senang dan bangga terbersit kala dirikiu berhasil membantunya.
"Sama-sama, aku senang membantu."
Ia menatapku sejenak, sebelum memasukkan buku rekomendasiku ke dalam tasnya.
"Kau pria baik, semestinya banyak gadis yang menyukaimu, bukan?" ucapnya tiba-tiba, disertai kekehan kecil.
Aku termenung. "Maksud [name]-san?"
Ia berpangku tangan. "Dari yang kutahu, Momoi menyukaimu."
Hendak aku menjawab perkataannya, [name]-san lantas buru-buru berpamitan.
"Aku pulang duluan, Kuroko. Banyak yang harus kupelajari." Ia berkata sembari memamerkan deretan giginya, ekspresi yang jarang terlihat—sekali lagi aku beruntung, tidak, ada hal penting yang terjadi di sini.
"Tunggu—tidak mau kuantar pulang? Rumah kita searah," alibiku, padahal aku masih ingin mengetahui apa yang [name]-san pikirkan soal Momoi-san dan aku.
"Huh? Tidak perlu. Jaa!"
Aku jadi pesimis, apa dia melupakan janjiku soal '10 hari' itu?
Apa [name]-san benar-benar tidak bisa menyukai seseorang?
TBC
Yoo, akhirnya setelah berabad-abad Pani apdet juga /disepakbiniKuwoko
Makasee buat kalian yang sudah setia menunggu dan membaca sampai sini :**
Danke!
Cheers,
Panillalicious
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me 10 Days [Kuroko Tetsuya] [KnB]
FanficKuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki Story © Panillalicious Dapatkah cinta tumbuh di antara mereka dalam waktu 10 hari? - 10 Days Collab -