Pagi itu, baru saja selesai berganti uwabaki dan masih berdiri depan lokerku, suara [name]-san yang sudah terekam dalam memori menyapa indra pendengaran.
"Tetsuya!" serunya seraya mendekat dan memeluk tote bag di hadapan. Tiba-tiba saja ia bertingkah sedikit cengegesan.
Aku mengernyitkan dahi, pagi ini [name]-san tidak seperti biasa. Lagipula ... kenapa tidak memanggilku Kuroko seperti biasanya—bukannya tidak ingin, hanya saja ini sedikit aneh.
"Aku boleh panggil begitu, tidak? Aomine si hitam yang suka bersama Momoi itu memanggilmu begitu dan terdengar akrab. Kata buku, menambah teman itu baik, bukan?" terangnya, seraya tersenyum seperti biasa.
Ah, ternyata 'begitu' itu maksudnya adalah nama depan. Tentu aku tidak keberatan, tetapi hal ini masih janggal. Aku diam saja, hanya mengulas senyum, tak berani bertanya lebih lanjut. Aku hanya berharap dengan ini ada perubahan yang kuberi pada [name]-san.
"Oh ya, ini blazermu kemarin. Sudah kucuci dan kuseterika. Terima kasih sudah meminjamkan, Tetsuya!" ujarnya.
Belum sempat aku menjawab, gadis manis yang kusukai itu sudah menarikku menuju ruangan kelas.
Lagi-lagi, tindak tanduknya membuatku tersenyum. Kalau begini, bagaimana perasaanku tidak tumbuh?
•••
Hari itu aku terus terang berkata pada [name]-san, bukan perihal perasaanku, tetapi ketidaktahuanku pada aljabar.
Setelah mendapati mimik wajahnya yang penuh rasa keheranan, ia akhirnya melepas tawa seraya berujar, "Astaga, kau minta diajari? Anggap saja balas budi kau sudah membantuku di sastra kemarin, ya."
Ini sebuah prestasi besar, seluruh manusia di kelas ini belum pernah ada yang mendapat persetujuan dari [name]-san untuk memperoleh sedikit pencerahan darinya. Aku bangga pada diriku sendiri.
Benar saja, gadis itu tak berbohong. Seusai kelas, ia menungguku di depan pintu kelas tatkala aku sedang meminta izin Akashi-kun agar diperbolehkan tidak mengikuti latihan dulu untuk belajar—lagipula aku hampir setiap hari berlatih di mana saja. Beruntung, Akashi-kun memperbolehkan karena sudah mendekati minggu ujian kenaikan kelas pula.
Aku berjalan beriringan bersama [name]-san setelahnya, serasa dibawa ke bunga tidur yang indah.
"Aku penasaran, anak-anak gadis di kelas kita suka shoujo manga, kau punya? Jujur aku penasaran," ucap [name]-san tiba-tiba, lantas ia menepuk dahinya sendiri. "Mana mungkin laki-laki baca komik perempuan, ya? Astaga."
Aku menghentikan langkahku, yang diikuti oleh [name]-san pula.
"Besok, mau kutemani membeli?" Tiba-tiba saja ajakan spontan meluncur dari bibirku, hingga saat ini jantungku serasa dipacu, tentu saja aku takut ditolak.
Harap-harap cemasku sirna, kala melihatnya mengangguk dan mengulas senyum tipis saat mempertimbangkan usulanku.
"Boleh saja. Sekalian ke Maji Burger, aku penasaran milkshake kesukaanmu itu." Dia berujar lantas tertawa. "Ayo, lanjut jalan, x dan y sedang menunggumu!"
Ah, aku merasa aku sedang menang pertandingan hari ini. Rasa hangat perlahan menyebar di dadaku, aku senang sekali! Sudah ada sedikit perubahan dari sikap gadis yang kusukai itu, tetapi aku masih harus bersabar, bukan? Masih ada lima hari lagi ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me 10 Days [Kuroko Tetsuya] [KnB]
FanfictionKuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki Story © Panillalicious Dapatkah cinta tumbuh di antara mereka dalam waktu 10 hari? - 10 Days Collab -