Day 8

300 52 5
                                    

Waktu semakin sempit. Dalam benakku hanya terpikirkan soal (name)-san, entah bagaimana sebenarnya perasaannya padaku?

•••

Pagi tadi, dia bertingkah seperti biasa, duduk di hadapanku sembari membicarakan pertandingan sepupunya kemarin. Ah, soal olahraga aku memang suka basket, bukan berarti aku tidak mengetahui cabang olahraga yang lain bukan? Aku menikmatinya ketika (name)-san bercerita, matanya berbinar, rasanya ingin tersenyum jika melihat orang yang kau sukai sedang senang, bukan?

Siang ini aku ada pertandingan, sempat aku meminta (name)-san menonton, tapi aku tidak memaksa, karena ada jam pelajaran bukan?

Tanpa pikir panjang, (name)-san mengiyakan, lagipula ia sudah mempelajari pembahasan materi di sekolah untuk hari ini, katanya. Ia senang dengan atmosfer pertandingan, katanya, jadi dia bersedia untuk menonton. Ah, rasanya sedikit cemas, aku takut salah tingkah jika (name)-san menonton, jika saja permainanku buruk ... ah, tidak, aku harus fokus dan bermain dengan baik, bukan?

•••

Banyak gadis yang mengelukan nama Kise-kun yang banyak melakukan dunk, yang kulakukan saat time-out tiba hanyalah melihat ke kerumunan gadis tersebut; berharap ada (name)-san yang memperhatikan permainan kami.

"Oi, Tetsu." Suara Aomine-kun di belakangku sedikit mengejutkan. "Kalau kau mencari (surname), Satsuki tadi mengajaknya keluar."

Aku hanya mengangguk, lagipula (name)-san berteman baik dengan Momoi-san juga. Selanjutnya, aku fokus dengan pertandingan siang ini.

Aku akan menjumpai (name)-san setelah pertandingan dan menanyakan pendapatnya. Aku rindu tatapan penuh kemilauannya itu.

•••

Sore ini aku kembali ke kelas, menjumpai figur (name)-san yang terlihat sedang mencatat tulisan yang ada di papan tulis.

Aku tersenyum tipis, wajah seriusnya seakan membius hatiku. Kerlingan matanya menatap papan tulis, kemudian kembali fokus dengan buku, gerakan tangan pada pena terlihat sangat mantap. Belum lagi, rambutnya diikat kuda, terlihat manis.

"(Name)-san?" panggilku. "Belum pulang?"

Biasanya, reaksinya hangat, ia akan menyambut dan membicarakan hari-harinya padaku, toh aku juga ingin tahu pendapatnya tentang pertandingan tadi. Akan tetapi kali ini, dia terlihat terkejut melihatku dan sedikit memucat. Apa ia sedang sakit?

"Ah ... kau baru kembali, ya? Kupikir kau langsung pulang, um, Kuroko?"

Hatiku mencelus, seperti jatuh dalam lubang hitam tanpa ujung. Aku tidak tahu ekspresi yang kutunjukkan saat ini. Aku memutuskan tidak menjawab, bingung dengan panggilan yang berbeda dari biasanya.

Gadis itu melirik arloji di pergelangan tangan, sontak terlihat terkejut. "Astaga, sudah sore." Ia lantas mengemasi barang-barangnya.

Ia berdiri di hadapanku, seperti enggan menatap mata lawan bicaranya, ada rasa gentar di matanya saat kutatap. Ia pun bersuara dengan tangan meremas tasnya.

'Kau kenapa, (name)-san?' Sebuah tanya yang tak dapat kuucap.

"Aku pulang dulu Kuroko, aku takut kena marah ibuku. Ah ya, pertandinganmu tadi bagus, selamat ya!"

Usai itu, ia berlalu, melewatiku begitu saja.

Aku pun hanya diam, termenung, dewa batinku berteriak kebingungan. Aku bodoh, tidak bisa menangkap pergelangan tangan sang gadis pujaan, hanya bisa menatap punggungnya yang perlahan hilang di kejauhan.

Timku tadi memenangkan pertandingan.
Namun, apakah aku tidak bisa memenangkan hati (name)-san?

Give Me 10 Days [Kuroko Tetsuya] [KnB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang