Saat latihan dengan tim utama Teiko, tiba-tiba saja Momoi-san menghampiriku yang baru saja selesai melakukan pemanasan.
"Tetsu-kun!" panggil gadis itu, ceria seperti biasa. Hanya saja, aku merasa ada yang tak beres dengannya, entahlah ... naluri, mungkin? Lagipula, aku sudah sering bersama Momoi-san, setidaknya aku mengenal perempuan itu dengan baik.
Aku mendekat, menatap kedua mata Momoi-san yang tengah memperhatikanku juga. Aku melihat Aomine-kun yang terlihat tak acuh, padahal biasanya ia menegur Momoi-san apabila 'mengganggu'ku. Kurasa naluriku benar, ada yang tak beres, apalagi Aomine-kun langsung berlatih dengan yang lain ... yang juga tak mempermasalahkan bila aku pergi sejenak dari latihan.
"Momoi-san—"
"Tetsu-kun, kau dekat dengan [name]-chan?" Ia berkata dengan cepat bak kereta, seolah tak ada hari esok untuk mengatakannya. Matanya sedikit berkaca-kaca, tetapi raut wajahnya yang murka juga bisa kulihat.
"Aku teman sekelas [surname]-san, jadi tentu saja dekat, Momoi-san," jawabku diplomatis. "Sama seperti Momoi-san yang juga temanku."
Momoi-san diam sesaat, lantas ia menundukkan kepalanya. "Tetsu-kun hanya menganggap [name]-chan teman?"
Aomine-kun mendengkus, terlihat kesal melihatku dicerca pertanyaan dari Momoi-san.
Jika kau bertanya, tentu saja Aomine-kun tahu ceritaku, kami masih senang berlatih bersama setiap malam ... basket tentunya.
Momoi-san sejenak teralihkan, melihat teman lelaki masa kecilnya itu dengan raut wajah heran. Mungkin karena Aomine menampakkan wajah kesalnya—entah pada aku atau Momoi-san—juga dengkusan yang bervolume keras.
"Aku hanya tanya, kan, Tetsu-kun, kenapa kau kesal Dai—ehh?!"
Tentu saja aku menggunakan kesempatan itu untuk 'melarikan diri', sayangnya Momoi-san buru-buru melihatku.
"Nanti lagi, ya, Momoi-san. Aku ada urusan lain!" seruku seraya menjauh dari Aomine-kun dan Momoi-san.
Mungkin nanti aku harus bicara lagi pada Aomine-kun.
[][][]
Aku memikirkan kejadian tadi terus. Aomine-kun pernah sekali berkata, bahwa Momoi-san menyukaiku ... sebab alasan yang menurutku tak masuk akal; stik es krim.
Namun, bukankah perasaan itu tidak masuk akal? Aku menyukai [name]-san karena melihatnya marah-marah sendirian sambil meminum sekotak susu strawberry, alasan yang lebih aneh lagi bukan?
Ah, ya, aku datang ke perpustakaan, mencari [name]-san yang katanya hendak mengembalikan buku sore ini.
Setibanya aku di sana, [name]-san sedang tidur menelungkup di atas meja, seorang diri, dengan judul buku yang berbeda dari yang kemarin ia pinjam.
Rasanya aku ingin tersenyum, entahlah terlihat di ekspresiku atau tidak, tapi perasaan hangat di dada ini ... apa? Damai sekali rasanya hanya dengan melihat eksistensi [name]-san.
Ia terlihat tak nyaman dalam tidurnya, sesekali menggerakkan tangannya. Mungkinkah ia kedinginan? Aku pun melepas blazer yang kukenakan dan menyelimutinya secara perlahan, agar aku tak mengusik tidurnya.
Aku teringat pesan Aomine-kun, bahwasanya sebagai seorang pria harus tanggap terhadap situasi yang menimpa lawan jenis, apalagi gadis yang disukai—walau aku sempat berpikir padahal Aomine-kun single dari lahir, tetapi sudah menasihati orang lain soal hal itu.
Aku memutuskan untuk menemani [name]-san sampai ia bangun, kuharap aku bisa berbincang dengannya lebih banyak lagi. Pulang bersamanya dua hari lalu, ia memintaku memanggilnya dengan nama depan, ia sendiri masih memanggil nama belakangku.
Bagaimana caraku memintanya memanggilku dengan nama depan? Ah, rasanya gugup saat membayangkannya.
To be continued
Lamaa nggak jumpaa huhuu. Aku ada di masa ngetik dikit aja mager astaga, maafin Pani huhuu
Semoga updatenya bisa menghibur kalian!

KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me 10 Days [Kuroko Tetsuya] [KnB]
FanfictionKuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki Story © Panillalicious Dapatkah cinta tumbuh di antara mereka dalam waktu 10 hari? - 10 Days Collab -