"if you love a flower, don't pick it up. Because if you pick it up it dies. So, if you love a flower, let it be. Love is not about possession. Love is about appreciation."
--
Aku menatap pantulanku di cermin. Tuxedo berwarna abu-abu terlihat sangat pas ditubuhku. Aku tersenyum, tapi tidak dengan hatiku. Aku mulai bertanya lagi, apakah ini yang aku inginkan? Sepertinya tidak.
"maafkan eomma Tae, eomma tidak bisa mencegah ini." aku memeluk tubuh ringkih eommaku yang bergetar karena menangis.
"gwenchana eomma, gwenchana." Hanya itu yang dapat keluar dari bibirku walau banyak kalimat yang ingin ku sampaikan.
Aku banyak berpikir semalam kemarin, aku merenung dalam kesendirian. Di temani angin malam yang kian menusuk, juga secangkir coklat hangat. Memikirkan takdirku. Sampai malam menjelang pagi akhirnya ku dapatkan benang merah dari apa yang telah dan sedang terjadi.
Tidak ada guna aku berlari, karena itu hanya membuatku lelah dalam pelarian. Atas segala yang telah terjadi akhirnya aku mengerti keberadaan, nama, juga wujudnya di satu waktu. Ia disebut cinta, keberadaannya tepat di hati setiap manusia, ia datang kapan saja dan dimana saja. Ah! Sekarang aku tidak menampik perasaanku. Aku yakin, aku merasakan cinta kepadamu matahariku, Kim Seokjin.
Setelah menenangkan eommaku, aku berjalan menuju pusat acara. Hari ini adalah hari pertunanganku dengan Jimin, Park Jimin. Tidak lupa aku tersenyum menyapa kawan-kawanku yang telah hadir disana. Dari kejauhan aku dapat melihat sang matahari yang juga sedang menatapku. Tuhan, bisakah kau buatku bersamanya sekarang juga? Aku mohon Tuhan.
Aku melihatnya sedang berbincang dengan Jimin, aku tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Aku hanya melihat senyum mempesona dari Kim Seokjin. Setelah itu Jimin melangkah kearahku mencium pipiku dan berbisik tajam.
"setelah malam ini kau akan menjadi milikku, ikuti semua permintaanku, atau akan ku bunuh kedua orang tuamu dan Seokjin hyung."
Kalimat atau lebih tepatnya ancaman yang sering ku dengar. Jangan pernah tertipu dengan wajahnya yang seperti malaikat, karena itu tak sesuai dengan hatinya yang licik layaknya seorang iblis. Ini adalah kenyataan, kenyataan dimana hidupku diatur oleh Park Jimin yang sialnya keluargaku berhutang kepada keluarganya. Sungguh ku sesali menerima pertolongannya, 2 tahun aku telah menjadi budaknya. Tapi baiklah, semua yang terjadi dalam hidup pasti untuk sebuah alasan.
Sebenarnya apa gunanya pertunangan ini? apa yang sekiranya bisa diharapkan dari mengikat sesuatu dengan sesuatu yang belum pasti? Seolah di genggam namun tak tergenggam, seolah di hempas namun tak terhempas.
Lalu Jimin menarik pinggangku agar lebih dekat dengannya dan ia tersenyum seperti tidak terjadi apa-apa. Oh ayolah, lihat saja sekarang ia malah memasang wajah malaikatnya. Ingin sekali aku menyuarakan isi hatiku, membongkar seluruh tipu dayanya. Tetapi semuanya terasa percuma, kalian tidak akan percaya dengan apa yang aku katakan. Kalian pasti akan berkata,
"bagaimana bisa Park Jimin yang seperti malaikat itu bisa berbuat licik seperti yang kau katakan Taehyung?"
Ayolah kawan, jangan pernah menilai buku dari covernya saja. Cover hanya dibuat untuk menarik perhatian pembeli, selebihnya? Jika kamu tidak membacanya sampai halaman terakhir, kamu tidak akan pernah memahami isinya. Begitupun seseorang yang berdiri di sampingku ini.
Aku muak, aku muak dengan semua ini. bagaimana jika aku membunuh Jimin saja? Ide yang bagus bukan? Dengan begitu aku bisa hidup bersama matahariku, Kim Seokjin.
Jimin membawaku berkumpul bersama sahabat-sahabatnya, termasuk sang matahari, Kim Seokjin. Aku menatapnya yang sepertinya lebih memilih mengalihkan wajahnya, berusaha untuk tak menatapku. Ingin rasanya aku menghambur kedalam pelukannya, menghirup harum tubuhnya, mencicipi bibir penuhnya dan menariknya ke dalam kamarku menghabiskan malam hanya berdua.
Anggap saja aku sudah gila, tapi itulah kenyataannya. Aku selalu menyebut namanya ketika sedang bercinta dengan Jimin. Oh ayolah sepertinya aku memang sudah tergila-gila dengannya. Bukan kah cinta membuat semua manusia menggila? Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan cintanya?
Ah ngomong-ngomong tentang cara mendapatkan cinta, aku jadi ingat rencanaku. Perlahan aku melangkahkan kakiku menuju meja yang menyuguhkan banyak minuman. Aku meraih segelas anggur di dekatku, sudut bibirku terangkat memperhatikan gelas yang berada di genggamanku sekarang. Aku berjalan menghampiri Jimin lagi dan memberikan gelas itu kepadanya.
"sembilan..."
brukkk
ayolah aku belum selesai menghitung sampai sepuluh tapi Jimin sudah tergeletak di rumput, ah tidak asik sekali. Apa kalian pikir aku akan menerima ini semua begitu saja? Tidak, tidak akan! Lebih baik aku menghilangkan satu perkara daripada menimbulkan perkara yang lain bukan?
Sekarang aku harus apa?
Oh iya! Acting menangis.
Otakmu memang jenius Taehyung.
Dan selamat tinggal Park keparat Jimin, mungkin neraka sudah membuka pintunya untukmu!
***
Huaaa, ini apaaaa?😭😭😭😭
Maafin aku ya kalo gak sesuai ekspetasi kalian, semoga kalian sukaaa~Btw mengecewakan gak sih?😭
Untuk cerita selanjutnya kalian pilih mana:
1. TaeJin
2. JinTaeAku menerima semua kritikan kalian, kalo gak suka comment aja ya😭 jgn lupa votment😘
Saranghae💜Dapet salam dari si chubby menggemaskan Taehyung😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Amare (two shoot collection)
FanficAmare bahasa latin dari cinta, cinta tidak bisa kita pegang, tidak bisa kita ketahui bentuknya, namun kita bisa merasakannya. Ketika dua hati belajar menjadi satu kesatuan. Cinta itu indah, namun kadang kala juga menyakitkan. Kumpulan cerita two sho...