Aku seorang bayi yang terlahir abnormal dengan sederet penyakit yang mengidap tubuh kecilku.
Diusia muda yang seharusnya aku bisa bermain sepuasnya, aku lebih banyak menghabiskan waktu untuk keluar masuk Rumah Sakit.
Beruntungnya aku punya orangtua yang tidak putus-putus berusaha untuk kesembuhanku, disisi lain itu lah yang membuatku bersyukur.
Aku terlahir dari keluarga yang cukup terpandang, setidaknya dilingkunganku. Bukan, bukan karena keluargaku kaya tapi karena hal-hal yang tidak bisa ku jelaskan hanya dengan barisan kata-kata.
Pada saat duduk dibangku Sekolah Dasar, aku dipertemukan dengan seorang lelaki cantik yang merupakan anak dari teman ayahku, namanya Kim Seokjin. Kami sering bermain bersama, dia adalah lelaki pertama yang menjadi temanku.
Seiring berjalannya waktu, muncul kesepakatan antara keluarga ku dan keluarga Seokjin untuk menjodohkan ku dengannya.
Aku yang saat itu masih terlalu kecil bahkan tidak terlalu memikirkan apa arti dari perjodohan itu sendiri.
Jangankan arti perjodohan, berpikir untuk memimpikan berjodoh dengan siapa pun rasanya belum sempat.
Aku hanya menyerahkan semuanya pada waktu untuk menjawab apakah perjodohan ini benar atau justru sebaliknya...
Kim Seokjin, lelaki cantik yang didalam tubuhnya mengalir darah yang berbeda denganku, membuatnya semakin terlihat cantik.
Aku mengakuinya tapi sedikitpun tidak mempengaruhi hatiku untuk memanfaatkan kedekatan yang sudah terjalin untuk mendapatkan perhatian lebih darinya.
Setidaknya untuk saat ini.
Tapi tunggu, ternyata Kim Seokjin bukan lelaki yang mudah menyerah karena pada akhirnya ia mampu menembus relung hatiku saat aku jatuh-bangun-jatuh hingga kembali terbangun untuk melawan penyakitku.
Dengan berada disampingku, memberiku semangat.
Waktu demi waktu berlalu, beriringan dengan mencairnya gunung es dikutub utara.
Entah sejak kapan kami mulai rajin saling berkirim surat.
Surat yang mungkin hanya sekedar menyapa, atau bahkan lebih dari itu surat yang isinya tentang sebuah perasaan yang dengan nyata disembunyikan.
Aku tahu bagaimana perasaan Seokjin, dari caranya menatap wajahku dengan senyum yang merekah khas seorang Seokjin ia kerap berkata.
" Kau lucu " , walaupun sesudahnya aku berkali-kali menatap cermin dan bertanya dalam hati,
'dimana lucunya aku?'
Tapi begitu lah Seokjin, aku hanya perlu mengerti tanpa harus bertanya berkali-kali.
Hari demi hari yang kami lewati bersama dalam satu lingkungan yang sebenarnya sangat membatasi komunikasi kami, tapi apalah arti batas jika melihatnya tersenyum dari kejauhan saja aku sudah puas?
Tiba-tiba terbersit dalam pikiranku,
' Apa sekarang aku sudah mulai menyukai Seokjin?'
Kalau pun iya maka biarlah. Toh memang awalnya kami direstui untuk bersama.
Singkat cerita,
Seokjin tumbuh layaknya mawar merah di taman bunga yang hampir mati. Ia menjadi simbol kecantikan dan mengalihkan pandangan semua mata juga menjadi titik balik bahwa sesungguhnya kehidupan itu masih ada.
Sokjinku bukan lagi hanya milikku, tapi juga milik semua makhluk berpanca indra yang dapat melihat, merasakan, keindahannya.
Yang aku sadari sekarang adalah bahwa diam ku ternyata menusukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amare (two shoot collection)
FanficAmare bahasa latin dari cinta, cinta tidak bisa kita pegang, tidak bisa kita ketahui bentuknya, namun kita bisa merasakannya. Ketika dua hati belajar menjadi satu kesatuan. Cinta itu indah, namun kadang kala juga menyakitkan. Kumpulan cerita two sho...