Teman Hidup

1K 78 18
                                    

Taehyung pov

"If the friendship lasts more than 7 years, then the friendship will last a lifetime."



Begitulah deretan kata yang tertulis dihalaman awal buku mungil berwarna merah muda yang dicovernya tertulis "My Sunshine"





Kim Seokjin adalah orang yang sangat memahami aku lebih dari diriku sendiri, orang yang lebih menghargai setiap apa yang aku lakukan lebih dari pada diriku sendiri, orang yang lebih dulu menyadari bakat atau kelebihanku dibandingkan diriku sendiri dan orang yang mampu mengaperesiasikan apa yang aku lakukan lebih besar dari pada diriku sendiri.

Jika sekarang aku tidak lagi malu untuk bernyanyi dihadapan banyak orang itu semua karena Seokjin, dan jika kini aku mulai tidak malu saat beracting ini juga berkat Seokjin. Dia adalah Seokjin, sahabatku sekaligus hyungku sekaligus pujaanku.




Enam tahun pada masa muda adalah masa-masa emas, banyak yang bilang seperti itu. Tapi bagiku masa muda adalah masa-masa paling bodoh yang sangat manis. Seiring dengan semakin luas pergaulan, teman pun datang silih berganti. Aku yang sebelumnya hanya mengenal Jin kini berpetualang dengan Jun, Jen, atau bahkan Jon, orang-orang yang baru, teman-teman yang baru tapi bukan Seokjin yang baru. Karena sejauh apa pun aku berpetualang Seokjin hanya satu dan selalu nomor satu.



Seokjin lebih seperti rumah yang ada di kampung halaman, yang baru bisa aku singgahi ketika aku benar-benar lelah dan butuh suntikan semangat baru agar lebih bergairah. Meski begitu bukan berarti kami saling melupakan, namun semakin dewasa kami sadar ada hal-hal yang harus lebih diperhatikan, hal-hal yang terkait dengan tanggung jawab akan sebuah pilihan dan keputusan tentang hidup dan kehidupan.

Aku dan Seokjin meski tidak lagi sesering dulu bisa menghabiskkan banyak waktu untuk sekedar mengobrol sambil menunggu pesanan makanan yang tidak kunjung datang (walau terkadang akhirnya makanan yang kemudian datang justru kebih dulu mendingin sebab cerita yang tidak berjeda dan ingin segera diutarakan) namun aku dan Seokjin menikmati setiap perjumpaan yang akhirnya dapat dilakukan setelah menyesuaikan jadwal kosong yang sengaja disisihkan.

Dan pada akhirnya setelah aku dewasa, aku menyadari bahwa kualitas dari pertemuan lebih penting dari pada waktu pertemuan itu sendiri. Seperti yang aku dan Seokjin lakukan saat ini.



Seokjin dengan kepribadiannya yang pendiam di awal pertemuan, tentu tak begitu banyak memiliki teman, jika kini teman baru yang aku miliki sanggup mengajakku berpetualang mungkin Seokjin hanya memiliki segelintir teman yang mampu memahaminya.


Sepertinya Seokjin membutuhkan suatu aba-aba dalam jumpa pertama dengan orang lain. Dan itu semua adalah ketakutan terbesarku apabila ternyata Seokjin menjadi tidak terlalu nyaman dan menyendiri sedih.

Kekanakan bukan?

Memang, tapi seperti ini lah aku kepada Seokjin, orang yang bahkan tidak berlebihan jika aku sebut sebagai bagian dalam hidupku.

Maka, ketika Seokjin berjalan terlalu jauh dan sedih aku akan mengingatkannya dengan memberi tanda,

"hei, gwenchana aku disini hyung."



Walaupun mungkin Seokjin tidak menyadarinya.

Namun setidaknya aku melakukan sesuatu yang membuat dia kembali teringat padaku. Aku hanya ingin setidaknya ia tahu masih ada aku disini, setidaknya ketika ia benar-benar sudah lelah aku akan selalu siap untuk kembali menjadi kotak curhat, tempat sampah, tembok diam, untuk sekedar mendengar segala keluh kesahnya.



Aku menjadi dewasa dengan semua perkataan Seokjin. Seokjin pun menjadi dewasa setelah mendengar ocehanku. Aku dan Seokjin tumbuh bersama dengan saling memberi, menopang beban satu sama lain, merasakan kesedihan, gurauan, tangisan, bahkan pertengkaran.

Amare (two shoot collection)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang