6. Artica Alvaniel

1.2K 109 22
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


𝐶 𝑎 𝑟 𝑛 𝑎 𝑡 𝑖 𝑜 𝑛


Di sinilah mereka, duduk diam di bawah ayunan sembari menyantap es potong yang baru mereka beli. Tenggorokan gadis itu terasa kering setelah digunakan untuk memaki pemuda bersurai coklat tua di sampingnya.

Al hanya diam, dia tidak berani mengucap setelah melihat betapa marahnya gadis di sampingnya. Pemuda itu merasa canggung dan hanya menunduk menatap tanah sembari melihat es miliknya yang perlahan mencair.

"Kalau tidak dimakan nanti meleleh. Kamu ini suka buang-buang makanan ya?" ucap Alin ketus.

"Huh aku? Ah iya, kurasa─ kau benar." Balasnya kikuk.

"Hahh?" Alin mengerutkan keningnya bingung.

Situasi menjadi semakin canggung, Al bingung harus mengatakan apa untuk mencairkan suasana. Sebenarnya bukan karena apa, Al hanya merasa aneh. Ada banyak hal yang berubah sejak dia pergi, taman yang dulunya hanya beralaskan tanah kini sudah dilapisi paving. Pohon yang berjajar semakin rimbun, dan lampu taman yang seragam di setiap petak jalan.

Al menyadari ada banyak perubahan di tempat ini, tempat yang dulunya selalu familiar, kini mulai terasa asing. Dia ragu, apakah sosok disebelahnya ini juga berubah. Dilihat dari penampilannya dia semakin cantik sih. Rambutnya panjang, berbeda saat mereka masih kecil, Alin selalu menggunakan potongan model bob sehingga anak-anak di kompleks sekitar menjulukinya rambut semangka.

"Astaga lucu sekali." Al terkekeh mengingat semua itu.

Alin hanya menoleh, dia sendiri bingung dengan apa yang harus dia katakan. Terlalu banyak pikiran yang harus diungkapkan, sulit menemukan kata-kata yang tepat.

"Aku─" ucap mereka bersamaan.

"Ah, duluan saja." Al tersenyum, menyuruh sang puan untuk melanjutkan ucapannya. Bibir Alin terbuka, dia baru saja mau memulai pecakapan, tapi niatnya diurungkan seketika, "Maaf, nggak jadi."

"Aku, sebenarnya ingin minta maaf, atas semua kesalahanku."

Alin membuang muka, menatap lurus tidak peduli. Al menggigit bibirnya, pikirannya berasumsi, pasti Alin sudah muak dengan kata-kata manisnya.

CarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang