2. Ikhtisar Anyelir

1.7K 172 30
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ketika pandangan saling bertemu, aku melihat puspa anyelir yang beterbangan mengitari ragamu.

Menatap netramu yang begitu teduh. Melihat suraimu yang beterbangan diterpa angin. Rema hitam yang nampak begitu indah, halus dan berkilauan disaat cahaya matahari menyinari senyumanmu.

Aku terpaku, pada atmosfer hangat yang menerbangkan helai anyelir. Membiarkan sepasang netra almond ini bertemu dengan iris indah bagaikan safir.

Aku tak mengerti, mengapa pandanganku tak dapat beralih. Senyumanmu seolah menyihirku untuk terus terpaku pada sosokmu.

Hingga aku tak menyadari, jika waktu tengah berhenti.



𝐶 𝑎 𝑟 𝑛 𝑎 𝑡 𝑖 𝑜 𝑛



"Nona, apa kau tau makna bunga anyelir?"

Alin menggeleng lemah mengisyaratkan Mahesa untuk melanjutkan ucapannya.

"Sayang sekali." Pemuda itu menjentikkan jarinya, membuat putaran kelopak bunga itu berhenti di sekelilingnya.

Alin kaget melihatnya. Gadis itu berusaha mencerna keadaan. Alin mendongak menatap awan yang seketika mematung di atas raganya. Merasakan angin yang tak lagi berhembus. Alin memutar badannya, melihat segelintir siswa yang membolos di kantin terdiam seperti manekin. Ini bukan sihir, kan?

Alin memutar badannya, mempertemukan netra almondnya pada sepasang iris indah yang menatapnya. Mahesa tersenyum membuat gadis itu tak mampu berkutik di hadapannya.

"Mereka akan mempertemukan kita kembali, Nona."

"Siapa?"

"Sang waktu dan anyelir."

Seketika angin berhembus kencang menerbangkan ribuan kelopak putih ke arah Alin. Gadis itu berlindung dengan tangannya, menahan badai yang semakin liar menyelimutinya hingga akhirnya terjatuh ke dalam pelukan anyelir.

Berat, kelopak mata gadis itu perlahan tertutup. Kesadarannya mulai menghilang, pandangannya memburam menatap punggung Mahesa yang berjalan semakin jauh. Alin sama sekali tak mengerti dengan situasi ini. Gadis itu merasa lelah, dia mengantuk hingga akhirnya, dia benar-benar terlelap.


𝐶 𝑎 𝑟 𝑛 𝑎 𝑡 𝑖 𝑜 𝑛


Alin terbangun dari tidurnya, berusaha mengatur napasnya. Badannya berkeringat lumayan banyak. Gadis itu seperti baru saja bangun dari hibernasi. Alin menepuk kedua pipinya, berusaha mengembalikan kesadarannya disaat pertemuannya dengan Mahesa mulai memenuhi pikirannya. Pemuda itu begitu misterius, dengan perawakannya yang tinggi dan senyumannya yang begitu, "Indah."

CarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang