Villa

3.9K 268 11
                                    

"Ayo!"

Niko sama sekali tak sabar. Tiba-tiba tangannya menyambar tanganku dan menariknya mengikuti langkah kakinya yang cepat. Aku seperti diseret.

"Mau kemana sih kita?" tanyaku kebingungan.

"Udah, ikut aja." jawabnya singkat.

Langkah kakinya masih cepat saat kami melewati gerbang sekolah dan berhenti setelah sebuah mobil parkir menghalangi jalan kami. Aku hampir melompat ketika tiba-tiba mobil itu berbunyi beep dua kali.

"Masuk," kata Niko sambil membukakan pintu.

Aku cuma bisa bengong dan menurut. Saat aku telah berada di dalam mobil, dia menutup pintu dan seketika suara hiruk pikuk jalanan berubah menjadi senyap. Tentu saja aku bengong, pertama-tama, ini adalah kali pertama aku naik mobil pribadi dan kedua, aku tak pernah melihat Niko membawa mobil ke sekolah sebelumnya.

Niko cuma melempar senyum nyengir saat aku bertanya-tanya bingung dengan ekspresi wajahku. Dia bahkan tak mau menjelaskan mau kemana, ada apa atau apapun itu.

Mobil melaju menyusuri jalanan ke arah keluar kota dan mendaki bukit. Makin ke atas, pemandangan makin indah. Sangat indah bahkan. Hijau dengan kilau kekuningan karena terpaan sinar matahari dihiasi jalanan hitam yang meliuk-liuk.

Belum selesai aku mengagumi pemandangan alam, mobil tiba-tiba berhenti di sebuah rumah yang cukup besar yang terbuat dari kayu. Meski terbuat dari kayu, namun rumah itu sungguh indah. Halamannnya sangat luas yang ditumbuhi rumput hijau dan beberapa pohon besar.

Saat kubuka pintu, udara segar langsung menyeruak masuk. Aku langsung menghirupnya banyak-banyak. Aku ingin memenuhi paru-paruku dengan udara yang jarang ku temui ini. Tapi tak lama karena aku jadi malu saat ku lihat Niko memperhatikanku dengan senyum aneh.

"Eeh, kita di mana?" tanyaku. Kali ini sedikit memaksa.

"Ini villa keluarga ku."

"Villa?" aku mengangguk-angguk. "Jadi, villa itu kayak gini ya?"

Niko cuma terkekeh dengan pertanyaanku sambil sibuk membuka bagasi mobil.

"Tapi ngapain kita di villa?"

Niko cuma tersenyum dan sibuk menurunkan tas-tas.

"Hei Nik. Trus tas itu buat apa?"

Niko masih tak mau menggubrisku.

"Nik!" kini aku setengah berseru.

"Kita nginap di sini malam ini."

"Apa? Nginap?"

Niko cuma mengangguk.

"Wow wow wow... Ntar dulu. Nginap? Kamu becanda kan?"

Niko menggeleng.

"Tapi aku gak mungkin nginap Nik. Bapakku.."

"Papah udah ngomong sama Bapakmu." potong Niko.

"Papah mu?"

Kali ini Niko sama sekali tak menggubris semua pertanyaan ataupun pernyataanku. Tanpa kusadari, di depan pintu villa sudah bertumpuk tas-tas dan juga tas sekolahku yang usang.

"Pak Jum!" teriak Niko. "Pak Jum!"

Tak ada respon.

"Pak Ju..."

"Oh Den Niko sudah datang?" tiba-tiba seorang bapak-bapak muncul dari arah belakang kami. "Maaf Den, saya abis motong rumput di halaman samping."

Bapak yang bernama Pak Jum itupun langsung terburu-buru mengeluarkan kunci dan membuka pintu villa.

Inikah Cinta? [Just a Love Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang