7- Mata itu

166 40 11
                                    

Bintang's P.O.V

"Benar kata Asa, sepedaku masih selamat." Ucapku sambil menepuk sadel sepeda pembawa bala itu.

Oh iya,apa Asa tidak langsung pulang ya?

Ketika aku sibuk celingukan barangkali Asa lewat, aku justru menemukan kunci motor! Lalu langsung saja kuambil, kuamankan, barangkali ada yang kehilangan.

Benar saja, tak jauh dari sepedaku, ada pria berbadan tinggi mengenakan jaket hitam adidas yang tengah sibuk merogoh saku kanan kiri untuk mencari sesuatu.

Pasti dia orang ceroboh! Kulihat lagi kunci motor yang masih kugenggam, bahkan kunci itu tak ada gantungannya. Bukankah akan lebih beresiko hilang?

"Permisi om, cari kunci motor ya?" tanyaku halus.

"Oh, kunciku memang..OM?!!" tiba-tiba dia berteriak.

"Oh astaga!om, jangan teriak-teriak. Niat saya baik, mau ngembaliin kunci." Sahutku padanya.

"Kau kira aku om-om?" ucapnya dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Emang saya salah ya,om?" tanyaku masih belum mengerti dengan keadaan yang ada.

Tiba-tiba dia membuka reseleting jaketnya. Tampak ia mengenakan seragam yang sama denganku. Aku sontak kaget melihatnya.

"Lo gatau siapa gue?"ucapnya dengan nada tak percaya.

"Enggak tuh," jawabku sambil menyipitkan mata.

"Yasudah, terimakasih untuk kuncinya," dia mengambil kunci dari tanganku.

"Dan juga, aku bukan om-om." Itu kalimat terakhirnya sebelum meninggalkan parkiran.

Aku memutar bola mataku. Memangnya aku harus kenal dia? Apa dia selalu sok seperti itu? Masih mending aku panggil om, bukan bapak. Dari belakang dia tampak tinggi jangkung dan jaket hitam adidasnya tadi membuatnya tampak sudah dewasa, terlebih lagi ketika aku melihat wajahnya, terdapat kumis! Bukankah cukup masuk akal jika aku mengira itu om-om?

Aku mendecak kesal. Sebelum akhirnya menyadari sesuatu.

Mata itu! Sorot mata itu! Bukankah dia yang mengabaikanku tadi pagi?

Ketika aku membalikkan badan,ingin menangkap sosok itu lagi, ternyata ia sudah lenyap dari pandangan.

.

Author's P.O.V

"Bagaimana harimu,Ta?" tanya Bunda sembari menyiapkan makan malam sedangkan Bintang baru selesai mandi.

"Tidak buruk,.tapi sedikit aneh,Bun!" sahut Bintang sambil sedikit terkekeh.

"Lah?kok aneh?"

"Beneran. Masak iya, sepedaku tadi rantainya lepas!"

"Lah?kok bisa lepas?"

"Iyaa, trus tiba-tiba ada yang lewat! Ya,cuma lewat sih.."

"Lah?kok cuma lewat?"

"Iyaa, tapi habis gitu, ada cowok baik yang nolongin aku Bun! Masak iya, dia benerin rantai sepedaku tanpa aku minta. Trus sampai di sekolah kan, aku udah gemetaran tuh soalnya pasti kena guru BP, eh dia malah ngajak aku lompatin semak, manjat tembok, trus naikin pagar! Lebih anehnyanya lagi,habis itu kita beli susu kedelai! Mana yang suruh bayar aku lagi! Bener-bener,dia cowok yang aneh deh.." Bintang menceritakan setiap rinci tanpa jeda.

"Ganteng nggak,?"

"Ihh,Bunda! Aku ceritanya panjang kali lebar kali tinggi, kok malah pertanyaannya nggak nyambung gitu?" ucap Bintang sambil cemberut.

"Lah, nggak nyambung gimana sih Ta, kan katanya 'Dia' yang nolongin kamu cowok, kan ya fine-fine aja kalo Bunda tanyak itu," Bunda menimpali sambil terkekeh pelan.

"Ya.. nggak begitu sih, tapi maniss"

"Lah,emang kamu rasain?kok manis,"

"Ih,,Bunda! Bukan gitu, Asa itu nggak begitu ganteng kalau menurut ku sih, tapi dia kayaknya baik. Apalagi kalau dia senyum, yang manis itu senyumnya.."

"Oh,jadi namanya Asa nih?"

"Eh, tadi aku ngomong Asa ya?" Bintang langsung mendekap mulutnya sendiri.

"Hihihi, iyaa sayang.." ucap Bunda sambil mengelus kepala Bintang lalu pergi ke dapur.

Kenapa aku tadi bilang nama Asa ya,?
.
.
Mengapa hadirin mengapa? :v

The UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang