For the First Time

95 8 1
                                        


" Haruskah dia tau segala yang gue pikirkan tentang dirinya? Atau lebih baik gue diem aja biar gue bisa terus bareng sama dia?"

===============================================================================


Sambil menunggu datangnya Adam dan Hanif di kafe ini, gue keluarin sketch book favorit gue. Buku ini yang membantu gue untuk berpikir jernih selain berdzikir dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa tentunya. Biasanya kalo gue ngga gambar-gambar, gue cuma coret-coret ngga jelas. Kegunaan sketch book ini untuk gue selain menggambar, biasanya gue ngerangkum pelajaran-pelajaran di luar kelas yang menurut gue penting untuk di catet. Jatuhnya ya bukan buku untuk meng-sketsa gambar, tapi ya jadi buku serba guna juga.

Setelah gue keluarin buku dan drawing pen 2.0, gue pasang headset untuk dengerin lagu-lagu favorit gue. Padahal di ruangan indoor ini udah ada speaker yang siap menemani para pembeli yang lagi ngopi. Gue juga bisa tinggal request ke Mas Vidi. Cuma ya ngga enak aja hari itu lagi banyak pembeli, soalnya playlist gue belum tentu orang lain suka. Kadang random ke EDM, kadang akustikan. Tergantung mood aja. Gue play lagu-lagu favorit gue. Dimulai dengan "Chasing Pavements" nya Adele, gue mulai flashback dengan sendirinya selama gue di SMA.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Diawali dengan liburan kenaikan kelas yang sudah berakhir, akhirnya gue kembali bertemu dengan hari Senin yang menyebalkan. Guru-guru tidak memberikan pelajaran di hari pertama, tetapi memberi motivasi untuk semangat belajar di kelas 11. Katanya, kelas 11 adalah masa-masa penting untuk mengejar jalur undangan. Beda dengan gue. Alasan gue termotivasi buat ke sekolah karena gue bisa bersosialisasi dengan temen-temen yang lain. Bisa ngobrol cerita ini-itu, tentang liburan, games macam DotA 2 ataupun tentang Liga Champions. Khusus tentang cewe, hanya dibahas dengan Adam dan Hanif. Karena ini sifatnya privasi.

Di minggu pertama masuk sekolah hari Kamis, gue dan Hanif dikagetkan dengan Adam yang teriak-teriak histeris di kelas. Untung kelasnya sepi. Hanif cuma ngangguk-ngangguk doang sambil makan bekal roti dari ibunya yang selalu dibawanya setiap hari. Dia bilang kalo roti dari ibunya higienis dan bisa membuat perekonomian menjadi lebih sejahtera.

"Kunaon maneh Dam? (Kenapa kamu Dam?)" tanyaku yang penasaran dengan Adam yang sedang berbunga-bunga.

"Urang lagi deket sama cewe." Urang artinya bisa "gue" ataupun "kita" tergantung konteks penggunaan katanya.

"Hah? Emang ada yang mau sama elu?"

"Ya adalah, urang mah jagoan."

"Siapa emang?" tanya Hanif mulai nimbrung karena rotinya udah habis.

"Rani." Hanif yang lagi minum tiba-tiba menyemburkan semua yang ada di mulutnya pertanda ia kaget.

"SERIUSAN?!" tanya Hanif yang tidak percaya dengan jawaban Adam.

"Iya serius lah."

"Rani anak IPA 5?" gue tanya, ikutan nimbrung.

"Ya siapa lagi."

"Yang sekelas sama Dira?" tanyaku spontan menyebut nama Dira.

"HOOHHH" jawab Adam.

"Ah suka boong maneh mah." Ucap Hanif. FYI, maneh artinya kamu.

"Yaiyalah, nih urang liatin chat-nya." Lalu Adam memberikan hp nya kepada Hanif. Hanif juga ngga santai ngambil hp si Adam.

A Good FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang