" Kadang gue pengen elu tau segalanya.Tapi kalo segalanya itu bisa bikin elu ilang dari kehidupan gue, lebih baik gue diem aja."
================================================================================
Gue masih menunggu Adam & Hanif yang tak kunjung datang. Hanif bilang lagi dijalan, Adam menghilang tanpa kabar. Sambil mencorat-coret sketch book yang makin lama makin ngga karuan, lagu yang gue play via Spotify berhenti sejenak. Ternyata iklan. Maklum lah, gue ngga punya credit card dan duit yang cukup juga buat bayar akun premiumnya. Setelah iklan beres, kini lagu yang main yaitu "Blue Sky Collapse"-nya Adhitia Sofyan. Lagunya slow. Liriknya juga lumayan sabi sih kalo buat gue. Dan lagu ini adalah lagu favorite Dira, dengan segala kenangan bersamanya.
--
Beberapa minggu setelah gue nonton bareng di bioskop sama Dira, malam itu gue ditelfon doi untuk dateng kerumahnya. Katanya dia di rumahnya cuma berdua dengan adiknya saja. Ibu dan adik Dira yang masih bayi sedang pergi keluar kota, mengunjungi sanak saudara. Dira ngga bisa ikut karena belum libur sekolah. Dia kesepian karena adiknya yang masih SMP itu sibuk main Mobile Legend pake headset dan teriak-teriak di ruang tv bareng teamnya.
Gue pun bergegas menuju rumahnya. Untungnya gue lagi ada uang, jadi gue mampir dulu ke tukang martabak kesukaan Dira. Gue bersama motor kesayangan gue memikirkan beribu macam topik yang harus dibahas nanti, karena pasti awkward kalo ke rumah orang tanpa bahan obrolan. Gue sering sih, mencoba hal kayak gini. Mempersiapkan bahan obrolan. Tapi ya begitu ketemu dia gue lupa semua yang udah disiapin. Dan gue berharap ini ngga akan terjadi untuk kesekian kalinya.
Akhirnya gue sampe di gerbangnya. Gue teriak-teriak memanggil namanya bagaikan bocah yang meneriakkan kawannya untuk main. Kebayang kan gimana manggilnya? Tapi dia ngga keluar-keluar. Gue udah free call 2x tapi ngga diangkat juga. Lalu ada yang nepuk gue dari belakang.
"Wey, ngapain lu?" sambil nepuk gue yang bikin gue kaget. Spontan gue tangkis tangannya dan pasang kuda-kuda.Gue ngga nyangka bahwa tepukan itu berasal dari Dira yang baru pulang dari warung,
"Ih, ngagetin banget sih hahaha."
"Udah lama nungguin disini?" tanya Dira sambil membuka gerbang.
"Iya lumayan sih. Udah 2x kali free call."
"Aku abis dari warung beli telor."
"Ini aku bawa martabak telor." Dia menatap gue dengan senyum keheranan.
"Ko ngga bilang sih?"
"Yaa biar kaget aja." Dia ketawa kecil. Dan mempersilahkan gue masuk ke halaman rumahnya. Gue belum disuruh masuk ke dalem. Gue masih markirin motor dan tiba-tiba dia nyuruh gue tunggu di teras. Gue pun duduk di sofa yang berada di teras rumahnya yang berantakan. Disitu ada gitar dan sekumpulan kertas-kertas berisikan kumpulan lagu dan nada lagunya.
Gue sambil nunggu Dira dari dalem rumah mendengar kegaduhan dari dalam rumah.Ntah lagi ngapain yang jelas disana adiknya teriak marah-marah. Sepertinya adiknya kena semprot Dira. Lalu Dira pun datang dari dalam membawa piring serta martabak telur diatasnya.
"Rame banget di dalem hahaha." Kata gue mencoba untuk basa-basi.
"Iya itu ade aku berisik maen game apa sih itu kayaknya lagi rame ya?"
"Yaa mana saya tau kan saya belom liat game nya apaan."
Terus Dira sibuk sendiri bulak-balik dari teras ke dalem ke teras lagi ke dalem lagi. Karena teras rumahnya sangat berantakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Good Friend
Romantikshe's just a good friend...or maybe more than that. Ari Saghara, seorang pelajar yang jatuh cinta kepada temannya sendiri, tapi bukan Hanif atau Adam soalnya mereka cowo. 90% ngarang, sisanya 10%. End for now. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada 2...