4 - Blood Sheed

711 85 9
                                    

Rasa mual yang teramat sangat berhasil membuatku tersadar, hingga tiba-tiba saja sebuah baskom telah disodorkan di hadapanku bersama dengan tepukan menenangkan di punggungku.

"Muntahkan saja." Suara itu milik JiHoon hyung. "Setelah ini kau harus sarapan."

Aku mengikutinya dan memuntah seluruh isi perutku. Setelah itu aku menyadari, aku tidak berada dikamarku ataupun kamar SoonYoung. Ini tempat asing dengan belasan kasur tingkat.

"Ini kamp pelatihan, kalau kau bingung." Ujar JiHoon Hyung menjelaskan menjelaskan.

"Kenapa aku disini? Bukankah aku semalam di race wars?"

"MinGyu membawamu kesini karena tidak tahu rumah kita." MinGyu? Bagaimana ceritanya MinGyu ada di race wars.

"Tenang saja, kau tidak mengungkapkan isi hatimu karena kau terlalu fokus menangisi perasaanmu dan jatuh pingsan. Kenapa kau selalu pingsan atau tertidur setelah menangis?"

"Aku menangis? Kenapa? Dan bagaimana MinGyu ada di race wars?"

"Kau tidak mengingat apapun?" aku hanya menggeleng. "Kau mabuk?" Terimakasih Tuhan aku tidak mengoceh tentang perasaanku. Setidaknya aku hanya harus menanggung malu karena mabuk dihadapannya. Bukan karena aku mencintainya.

JiHoon hyung membantuku berdiri dan mengikutinya melalui koridor-koridor gelap dan mengerikan menuju kantin yang terasa sangat jauh. Belum terhitung teriakan-teriakan yang entah berasal dari hantu atau manusia. Jika aku adalah kandidat untuk hal seperti ini, aku akan lebih memilih menggantung leherku di langit-langit.

Ketika JiHoon hyung membukakan pintu dan menarikku untuk berjalan di depannya untuk mengantri mengambil makanan, aku bisa merasakan puluhan pasang mata menatap kami dan perubahan tatapan JiHoon hyung yang mendingin beberapa minus derajat celcius.

Kami tidak berbicara sepatah kata pun sampai JiHoon hyung menggiringku duduk di meja yang hanya beberapa orang makan disana. Tanpa suara aku menyendok makanan yang sangat tidak enak itu kemulutku.

"Makan saja dan jangan mengomel." Sela JiHoon hyung tepat ketika aku akan protes.

Dengan setengah hati aku mengambil makanan itu sedikit-sedikit. Aku tak mau berakhir disini kapanpun jika waktu kandidat-kandidatan itu datang.

"Aw...bahkan cara makannya saja sangat imut." Ucapan itu berhasil membuatku menoleh kesumbernya dan menemukan seorang pria atletis menatapku mengejek atau mengejek JiHoon hyung yang sudah melemparkan mata lasernya.

"Makan saja makananmu. Apa kau lupa peraturan saat makan, hah?" itu adalah suara Hansol, yang menceletuk dari jauh seraya melemparkan tatapan dingin dan berjalan menuju meja kami.

"Dia Hansol, rekan kerjaku..."

"Dia sudah tahu Woozi- ah" sela Hansol sambil mengedip genit kearahku, aku hanya tersenyum jahil membalasnya.

"Kalian sudah mengenal satu sama lain?" kini MinGyu yang bergabung di meja kami, membuat perasaanku yang semula baik-baik saja menjadi bergejolak.

"Hm, dia mantan kencan butaku." Aku, Jihoon hyung dan MinGyu seketika berhenti ketika Hansol mengatakannya dengan santai. Tidakkah ia tahu kalimat itu sangat sensitif untukku? Tentu saja dia tidak tahu. Atau semua pria di kamp pelatihan memang tidak peka untuk urusan seperti ini.

"Hyung..." panggilku pelan kepada Jihoon hyung yang langsung memberi isyarat untuk diam.

"Aku turut berduka cita jika kau sampai melakukannya sejauh itu." Ucapnya penuh sarkasme bercampur simpati tak tulus.

"Ada yang salah dengan adikmu, Woozi?" sambung MinGyu.

"Berhenti bicara!, Kim MinGyu. Kau hanya membuat keadaannya semakin memburuk." Sela Jihoon hyung yang mendapatkan tatapan bingung dari Hansol dan MinGyu yang tentunya tidak tahu kalau memang suaranya saja sudah membuat dunia kacau balau. Tapi JiHoon hyung hanya berfokus pada makanannya meskipun bicara padaku secara tersirat didepan kedua orang itu.

Meanie | Who Are You [Remake By AnnKyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang