10 - Frontal Attack

558 67 8
                                    

"Ken..."

baru saja aku akan bertanya, ibu membekap mulut. Sejujurnya bekapan tangannya pada mulutku tidak terlalu keras namun seluruh saraf dan ototku terasa sangat sakit dan nyeri hingga aku mengeluarkan pekikan sakit tertahan. Aku ingin mengomel namun ibu memberikan isyarat diam sembari membantuku berdiri. Disaat itu aku tersadar, ditangannya yang tidak membantuku untuk berdiri, sebuah pistol tersemat erat di tangannya.

"Ibu" bisikku sembari menatap tidak percaya apa yang ada ditangannya.

"Diamlah, Sayang. Kita harus keluar dari rumah sekarang juga." Bisiknya penuh waspada. Aku hanya menurutinya, mengikutinya menyusuri koridor dengan kebingungan yang sangat. Tapi dia tidak membawaku menuruni tangga melainkan kekamar utama.

"Ibu?" kini rasa kalut menyerangku ketika ibu mengeluarkan koper yang ternyata berisi senapan laras panjang dengan berbagai model. Ia tidak mengambil senapan-senapan panjang itu. Ia mengambil sebuah pistol berukuran sedang dan memberikannya padaku.

"WonWoo-ah, ibu tahu kau tidak pernah menembak. Sekarang dengarkan ibu, pistol ini ada 8 peluru. Kokang untuk mengisi pelurunya ke selongsongnya" ujarnya sembari memperagakan menarik kepala pistol itu kebelakang dengan suara celetuk yang nyaring. "Tarik pelatuk untuk melepas kuncinya pengamannya baru kau tarik pemicunya. Untuk memasang pengamannya kembalikan pelatuk perlahan."

Ibu memberikannya padaku sementara aku menatap senjata ditanganku dengan gemetar.

"Ibu." Aku menggeleng takut. Tapi ibu tidak mendengarku dan mengambil pistol lain dan membantu berdiri. "Ada apa? Ibu aku takut."

"Semua akan baik-baik saja kalau kau menuruti perintah ibu." Jawab ibu, sembari membuka pintu dan mengecek koridor luar baru menarikku keluar kamarnya. Kami menuruni tangga menuju ruang keluarga yang gelap, ketika kakiku menyentuh marmer yang dingin rasa ngilu segera menyerangku dan ibu menyadari hal itu. Namun ia tidak berkata banyak dan membuatku menempel ke dinding seperti cicak.

Sepertinya ibu ingin menuju pintu samping dapur yang langsung menuju ke garasi namun sebuah pukulan dari samping membuat ibu melepaskan genggamannya dariku. Aku tidak pernah tahu ibuku bisa berkelahi dengan sangat baik terlebih lagi ia menggenakan dress ketat dibagian pahanya dan masih bisa menumbangkan musuhnya dengan tendangan dikepala.

Ibu berjalan tertatih menghampiriku yang meringkuk di dinding, menarikku berlari menuju dapur. Sebuah letusan memekakan telinga, membuat ibu menarikku jongkok dan mengarahkan pistolnya ke arah letusan datang.

Setelah itu ratusan tembakan menghancurkan jendela, meja kaca, vas dan seluruh furniture dalam rumah kami. Ibu menarikku berlindung dibalik lemari marmer bawah dapur. Hanya perlu selangkah lagi melewati sisi dapur untuk menuju pintu garasi.

Aku tidak tahu apa yang dilakukan ibu ketika mengambil wajan datar bernama teplon mengkilap dari lemari disampingnya dan mengangkatnya sedikit lebih tinggi. Ia menghela napas tertahan,hingga gerakan kilatnya membuatku terkejut.

Ibu melempar teplonnya ke ruang tengah, mengambil pistol ditanganku sehingga dikedua tangan ada pistol dan menembakkan kearah lantai dua. Ia melempar pistol ditangan kirinya dan menarikku untuk berlari ke garasi dan menaiki mobil Jihoon Hyung karena yang paling terdekat dari pintu.

"Pasang sabuk pengamanmu." Aku langsung menurutinya, perasaan kalut terlebih lagi ibu memacu mobil dengan cepat tanpa berniat membuka pintu garasi yang masih tertutup rapat.

"Bu!"

"Pasang sabuk pengamanmu dan diamlah!" teriak ibu dengan wajah seriusnya menerjang pintu garasi hingga kayu-kayu itu hancur menjadi bongkahan besar. Dahiku terantuk dashboard karena aku belum menemukan kaitan sabuk pengamanku hingga ibu menarik sabuk pengamanku dengan tangan kirinya dan memasukkannya dalam kaitan dalam sekali percobaan.

Meanie | Who Are You [Remake By AnnKyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang