Jangan memaksa untuk melupakan hal yang sama sekali tak bisa kau lupakan. Biarkan, genggam semua kenangan pahit dalam hidupmu. Rasakan, dan berdamailah dengan rasa sakitnya.
~Musyrifatul Laili~
____________________________
Sudah seminggu sejak Ayna tinggal dirumah keluarga Rafa. Selama Itu pula ia banyak membantu pekerjaan rumah tangga, ia melakukannya dengan senang hati. Tapi ada yang mengganjal di hatinya. Selama ia tinggal dirumah ini, tak sekalipun ia melihat Rafa. Bukan apa, ia hanya ingin mengucapkan terima kasih karena telah menolongnya.
Seperti sore-sore seminggu terakhir, Ayna kembali melakukan rutinitasnya, menyiram bunga. Ternyata Ibu Rafa pencinta bunga. Banyak sekali berbagai jenis bunga yang ia tanam di halaman belakang rumahnya.
Gadis cantik itu tersenyum lebar saat melihat bunga kesukaannya merekah. Mawar. Ayna suka mawar. Indah sekali. Lama Ayna memandang mawar itu. Ia tak memetiknya, hanya memandang.
Memory lama itu kembali. Memerangkap pikiran Ayna untuk kembali menyelami kenangan masa lalu.
"Kamu tahu Ayna, perempuan itu ibarat mawar." Ayna mengernyit, saat itu usianya masih dua belas tahun, ia tak mengerti kalimat yang diucapkan ayahnya. Tapi sekarang, ia sudah cukup mengerti. Ayah benar. Perempuan itu ibarat mawar.
"Ayna, coba kamu lihat mawar ini, indah bukan?" Ayna mengangguk, mawar itu memang indah, Ayna suka.
"Tapi mawar ini punya duri. Ayna tahu kenapa mawar berduri?" Ayna menggeleng.
"Ayna tidak tahu, Yah. Yang Ayna tahu, duri itu hanya merusak keindahan mawar." Ayah tersenyum mendengar jawaban polos Ayna.
"Dengar Ayna, duri itu bukannya merusak. Tapi duri itu ada untuk melindungi mawar." Ayna mengeluh, sungguh ia tidak mengerti.
"Coba Ayna bayangkan, seandainya mawar tidak berduri bukankah akan dengan mudah orang memetiknya. Tapi jika mawar memiliki duri, orang akan berpikir dua kali saat ingin memetiknya, karena mereka takut tertusuk durinya. Bukankah begitu, Ayna?" Ayna mengangguk tapi ia tetap bingung. Kenapa ayahnya bilang kalau perempuan ibarat bunga mawar, bukankah mawar itu tumbuhan sedang perempuan itu manusia?
"Benar, Ayna. Mawar berduri itu ibarat perempuan. Kita anggap mawar itu perempuan dan duri itu sebagai aturan Allah," Ayah berhenti sejenak, "dengan adanya aturan itu, perempuan akan lebih menjadi pribadi yang baik dan memiliki kharisma yang elok. Sama halnya dengan duri ditubuh mawar, karena dengan adanya duri itu, mawar akan lebih merasa terlindungi sebab tak akan mudah bagi orang untuk memetiknya."
Ayah tersenyum melihat Ayna yang berusaha meresapi penjelasannya. Dengan penuh sayang Ayah mengusap puncak kepala Ayna yang tertutup kerudung warna biru.
"Ayna dengarkan Ayah, kelak saat kamu telah dewasa usahakanlah untuk menjadi seperti mawar. Bukan mawar yang ada di taman. Kamu harus menjadi mawar yang tumbuh di tepi jurang."
"Lho, kenapa tidak di taman saja, Yah?"
"Iya, kamu harus menjadi mawar yang tumbuh di tepi jurang, jangan mau kalau disuruh memilih menjadi mawar di taman. Karena, jika seandainya kamu adalah mawar di taman, orang akan dengan mudah memetikmu, mungkin orang yang memetikmu hanya akan dikenakan denda. Beda halnya jika kau adalah mawar di tepi jurang, orang yang ingin memetikmu harus rela bertaruh nyawanya hanya untuk mendapatkan mu."
"Kamu mengerti maksud Ayah kan?" Bukannya menjawab, Ayna kecil malah cengegesan, ia sungguh tak mengerti. Penjelasan ayahnya terlalu rumit, ia pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musyrifatul Laili
SpiritualTerima kasih untuk kesempatan mengenalmu. Bagiku kau sejati, selamanya. Meskipun kita tidak berdekatan, percayalah, bahwa yang dekat tak menjamin hubungan akan berjalan bahagia.