Jangan memaksa untuk melupakan hal yang sama sekali tak bisa kau lupakan. Biarkan, genggam semua kenangan pahit dalam hidupmu. Rasakan, dan berdamailah dengan rasa sakitnya.
~Musyrifatul Laili~
____________________________
"Mau sampai kapan lo kaya gini, Raf?" Seolah angin lalu, Rafa sama sekali tak menggubris pertanyaan Farhan, sahabatnya. Farhan berdecak kesal, pasalnya sudah lebih dari dua jam ia menemani Rafa di rooftop kantornya hanya demi melihat Rafa bermuaram durja.
Sungguh demi apapun ia jengah. Ini sudah empat tahun. Bukannya ia tak sudi untuk menemani Rafa saat pria itu sedang kalut. Hanya saja, ia tak habis pikir, setelah empat tahun kejadian itu berlalu, tapi dampaknya masih terasa hingga sekarang.
Farhan tahu semuanya. Bahkan ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, betapa hancurnya Rafa empat tahun lalu. Farhan tak tahu harus menyalahkan siapa tapi yang ia sayangkan, yakni Rafa yang belum bisa bangun dari keterpurukan itu.
Setelah lama terdiam akhirnya Rafa bersuara. Suaranya pelan bahkan nyaris seperti gumaman, "gue ga bisa lupain kejadian itu, Han."
Farhan memutar mata, jengah, "lo ga harus lupain itu, Raf. Yang perlu lo lakukan sekarang adalah bangkit dari kenangan pahit itu!"
Rafa menggeleng, ini tak semua dah membalikkan telapak tangan. "Gue ga ngerti sama jalan pikiran lo, Raf. Itu semua hanya masa lalu, Raf, masa lalu. Ga seharusnya masa lalu itu terus lo ingat karena sejatinya yang namanya masa lalu itu ga akan pernah terulang, ga akan pernah kembali!"
"Dia pasti kembali, Han. Masa lalu itu akan datang kembali. Gue yakin itu dan gue akan menunggu waktu itu datang."
Farhan menggeleng takjub demi mendengar kalimat Rafa. Pria itu mengusap wajahnya frustasi. Bagaimana ia akan membantu Rafa? Dengan cara apa ia menyadarkan Rafa, bahwa masa lalunya itu telah pergi dan tak akan mungkin kembali. Aarrgh...
-o-
Setelah dua bulan tinggal dirumah keluarga Rafa, sekarang Ayna sudah memiliki kesibukan baru. Ia mendapatkan pekerjaan, menjadi guru les matematika.
Ayna memang bukan mahasiswi, gadis usia duapuluh tahun itu hanya lulusan SMA yang memutuskan tak melanjutkan pendidikan. Bukan karena faktor ekonomi, hanya saja....ah sudahlah. Bukan waktunya untuk menceritakan itu semua.
Ayna sangat bersyukur sudah mempunyai penghasilan sendiri. Tak seberapa memang, tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
Sebenarnya Ayna ingin pindah rumah, ia tak enak hati jika terus-terusan merepotkan keluarga Rafa. Tak apa jika hanya kontrakan sederhana, asal ia bisa tinggal dengan nyaman. Sempat ia membicarakan tentang keinginannya tapi Ibu Rafa menolak mentah-mentah keputusannya. Bukan hanya itu yang menyebabkan Ayna batal pindah, tapi juga karena sesuatu yang entah kenapa sulit bagi Ayna untuk meninggalkan rumah itu.
Jika ia pergi, siapa yang akan menemani Ibu Rafa? Beliau akan sendirian sebab suami dan anaknya-Rafa-kadang sibuk bekerja hingga harus keluar kota.
Sempat Ibu Rafa bercerita, mengapa ia sangat menginginkan anak perempuan. Alasannya sederhana, hanya untuk menemani dirinya saat ia kesepian. Dan sekarang dengan adanya Ayna, Ibu Rafa sudah tak kesepian lagi jika ditinggal pergi suami dan anak laki-lakinya. Tapi jika Ayna pergi....itu akan berbeda.
Ibu Rafa begitu baik. Begitu menyayangi Ayna, begitu juga dengan Ayna, gadis itu sungguh menyayangi Ibu Rafa. Dengan adanya Ibu Rafa sekarang ia tahu bagaimana rasanya kasih sayang seorang ibu. Itulah sebabnya saat ia mendapat gaji pertamanya, ia langsung memeberikan semua gajinya pada Ibu Rafa. "Lho, ini gajimu, Nak, kenapa dikasih ke Ibu?" Karena dulu Ayna pernah berjanji saat ia memiliki pekerjaan tetap dan menerima bagi pertama, maka gaji itu akan ja persembahkan untuk ibunya. Tapi sekarang ibu kandungnya tak ada di sini jadi Ayna berinisiatif untuk memberikannya pada Ibu Rafa.
Mata Ibu Rafa sampai berkaca-kaca demi mendengar alasan Ayna. Beruntungnya memiliki putri sepertimu, Nak. Ibu Rafa segera memeluk Ayna setelah itu. Sekarang ia sudah memiliki anak perempuan. Sampai kapanpun Ibu Rafa tak akan membiarkan Ayna pergi, tidak akan. Tapi Ibu Rafa lupa satu hal, bagaimana jika Ayna memutuskan untuk menikah? Bukankah gadis itu akan ikut suaminya? Ibu Rafa menggeleng saat memikirkan hal itu. Ayna tak akan pergi darinya, itu keputusan final.
Ibu Rafa tidak bisa membayangkan jika seandainya Ayna pergi darinya. Ia tidak mau kehilangan permata seperti Ayna. Bagaimanapun caranya ia tak akan membiarkan Ayna meninggalkannya.
Ibu Rafa tidak akan mengekang jika seandainya Ayna ingin menikah. Tapi jika dengan Ayna menikah itu berarti Ayna harus meninggalkannya, maka Ibu Rafa akan bertindak. Jika Ayna ingin menikah, maka harus menikah dengan putranya-Rafa. Egois memang, tapi apakah salah jika ia ingin tetap tinggal dengan putrinya?
TBC
Ig: fatmainh.w
Bondowoso, Jawa Timur
211019
![](https://img.wattpad.com/cover/153679752-288-k302455.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Musyrifatul Laili
ДуховныеTerima kasih untuk kesempatan mengenalmu. Bagiku kau sejati, selamanya. Meskipun kita tidak berdekatan, percayalah, bahwa yang dekat tak menjamin hubungan akan berjalan bahagia.