Tersadar, aku memang tak sedarah dengan dirinya. Tapi egoiskah aku jika inginkan ia selalu bersamaku?
~Musyrifatul Laili~
_________________________
Paginya, ibu Rafa dibuat terkejut karena melihat mata Ayna yang sembab. Sudah berulangkali Ayna menjelaskan bahwa dirinya baik-baik saja. Untunglah situasi itu bisa sejenak teralihkan oleh kedatangan Rafa ke meja makan. Ayna sempat terkejut melihat Rafa, pasalnya sebelumnya ia tak pernah melihat Rafa bergabung untuk sarapan ataupun makan malam bersama.
Ini pertama kalinya Ayna makan satu meja dengan Rafa. Sama sekali tak ada pembicaraan apa pun selam kegiatan sarapan berlangsung. Sementara Rafa sesekali mencuri pandang ke arah Ayna yang makan sambil menunduk. Rafa bisa melihat mata Ayna yang sembab. Tanpa dikomando kejadian tadi malam kembali terngiang dipikirkannya. Rafa menggeleng. Untuk apa ia memikirkan gadis itu, pikirnya.
Hari ini Ayna sedang free. Tidak ada kelas mengajar. Itulah sebabnya sedari tadi gadis itu uring-uringan di rumah besar itu. Yang bisa Ayna lakukan hanya mengerjakan pekerjaan rumah. Saat sedang asyik membersihkan ruang tengah, Ayna dikagetkan dengan teriakan ibu Rafa dari kamarnya.
Segera Ayna berlari menuju kamar ibu Rafa. Gadis itu membekap mulutnya saat melihat ibu Rafa terjatuh di kamar mandi. Ayna bingung. Apa yang harus ia lakukan? Untunglah bantuan itu segera datang saat Ayna berteriak keluar rumah untuk minta tolong.
Ayna duduk gelisah di kursi tunggu rumah sakit. Sudah hampir satu jam ibu Rafa diperiksa oleh dokter. Sesuatu yang baru didengarnya begitu menohok hati Ayna. Ibu Rafa menderita gagal ginjal dan Ayna tidak tahu mengenai hal itu. Selama tinggal bersama, sama sekali ia tak pernah melihat beliau kesakitan.
Gadis itu tak mampu menahan air matanya saat masuk kedalam kamar inap ibu Rafa. Digenggamnya tangan wanita paruh baya itu yang terasa dingin saat ia sentuh. Baru saja Ayna merasakan hangatnya kasih sayang seorang ibu dan sekarang ... ah sudahlah. Ayna tak mau memikirkan kemungkinan-kemungkinan negatif yang bisa saja terjadi.
...
Sudah seminggu sejak ibu Rafa diperbolehkan untuk pulang oleh dokter. Selama Itu pula Ayna selalu merawat beliau. Keadaan ibu Rafa memang sudah membaik, tapi tetap harus beristirahat total.
Tok Tok Tok
Ibu Rafa tersenyum saat melihat Ayna berdiri di ambang pintu kamarnya. Gadis itu berjalan ke arah ranjang saat mendapat isyarat untuk mendekat. Ditaruhnya makanan yang ia bawa ke atas nakas.
"Ibu makan dulu, ya?"
Ibu Rafa mengangguk. Selalu menjadi kesukaannya saat Ayna memperhatikan dirinya. Ia menjadi semakin tak ingin kehilangan Ayna. Ibu Rafa menghentikan tangan Ayna saat ingin menyuapinya. "Ayna," Ibu Rafa berhenti sejenak, "apakah suatu hari nanti Ayna akan pergi dari sini?" Ayna mengernyit, bingung. Ibu Rafa meraih tangan Ayna dan menggenggamnya erat.
"Apakah saat kamu menikah nanti, kamu akan meninggalkan Ibu?" Ayna terkejut mendengar pertanyaan ibu Rafa. Ia menggeleng. "Ayna nggak akan ke mana-mana. Ibu nggak perlu khawatir."
Ibu Rafa tersenyum mendengar jawaban Ayna. Tapi tetap saja, wanita paruh baya itu belum merasa tenang. Bagaimanapun ia tak mau jika Ayna pergi darinya. Lama keduanya terdiam hingga pertanyaan ibu Rafa membuat Ayna membeku.
TBC
Ig : @fatmaInh.w
Bondowoso, 06 Juli 2020
16.54 WIB
![](https://img.wattpad.com/cover/153679752-288-k302455.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Musyrifatul Laili
SpiritualTerima kasih untuk kesempatan mengenalmu. Bagiku kau sejati, selamanya. Meskipun kita tidak berdekatan, percayalah, bahwa yang dekat tak menjamin hubungan akan berjalan bahagia.