15 || Don't Cry Jennie-ah

457 33 13
                                    


Jennie merapatkan mantel yang ada di tubuhnya sambil menyusuri trotoar Seoul. Ia tidak membawa apapun hanya mantel dan sandal tidur yang ia kenakan saat ini.

Ia sesekali mengusap pipinya yang basah karena air matanya.

"Kenapa tidak bisa berhenti"

Ia bingung dengan dirinya yang tetap tidak bisa menahan air matanya keluar, dadanya begitu sesak sehingga dia terengah engah karena tangisannya. Jennie berhenti ia tidak mampu membuat dirinya berjalan lagi, dan tangisannya semakin menjadi. Ia menutup mukanya dengan kedua tangannya yang bergetar duduk Menangis dan entah sampai kapan semua ini akan berhenti. Mungkin hanya sebuah mimpi Eomma dan Appanya bisa bersatu.

•••

Lalisa memakan Snacknya, dan ponselnya berdering. Ia yakin itu Mamanya yang selalu menelponnya dijam seperti ini.

"Lisaaaa"

Lisa menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Mama kenapa berteriakk"

Lalisa berkata dengan menggunakan bahasa Thailand yang lancar.

"Kau sudah makan kan sayangg, jangan menonton tv terus. Pergi ke dapurmu dan makan"

"Iya mamaaa, aku sudah makan"

"Makan apa?"

"Snack"

"Lalisaa pergi makan sekarang atau Mama akan menyuruh seseorang menyeretmu tinggal dirumah yang sudah mama siapkan di Korea. Dan membuatmu selalu diatur. KAU MAUU??"

Lalisa meringis mendengar suara Mamanya.

"Iyaa Mamaku tercinta, aku akan makan"

Ting Tong

"Mama, nanti bicara lagi ya. Aku akan makan aku bersumpah. Muach"

Lalisa mengakhiri panggilannya dan menghampiri pintu apartemen mewahnya.

Ia membuka pintu itu dan langsung terkejut melihat Jennie yang pucat dan dengan ekspresi datar. Jennie hanya memberikan tatapan kosong padanya.

"JENNIE WAEE??"

Lalisa langsung memegang kedua tangan Jennie dan membawa masuk ke apartemennya.

Mereka duduk di sofa dan Lalisa mengelus punggung Jennie.

Jennie kembali menangis dan memeluk lalisa.

"Ada apa?"

Lalisa juga ikut ingin menangis melihat Jennie yang begitu sedih.

"Kenapa...mereka seperti ini? Apa salahku? Kenapa mereka bertengkar? Kenapa lalisa kenapa?" terlihat begitu dalam kesedihan yang Jennie rasakan.

Setiap hari, setiap malam ia selalu sendirian dirumah mewahnya. Ia merasa rumah itu seperti kuburan baginya, tanpa ada jiwa yang mengisi rumah itu dengan kebahagiaan. Hampir setiap hari kedua orang tuanya bertengkar. Ia sama sekali tidak senang dengan suasana rumahnya. Entah kenapa, kali ini Jennie sudah tidak mampu lagi menahan semua yang terjadi pada keluarganya. Sejak kecil kedua orang tua Jennie selalu seperti ini.

FLAWLESS [HIATUS] [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang