O2: Stranger

2.6K 888 458
                                    

“Kalau jam 20.00 itu, malem apa siang?”

“Malem.”

“Malem juga:*”

“Mas, udah turunin disini aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Mas, udah turunin disini aja. Makasih.”

Sepanjang perjalanan si mas membawa vespanya untuk memboncengi Seongwu lepas dari bapak-bapak rentenir, akhirnya Seongwu memutuskan untuk meminta turun karena ia mulai tak tahu jalan yang dilewati sekarang ini, dan alibi selanjutnya untuk turun, ia curiga si mas ini akan nyulik dia karena dia itu manis.

Hm iya deh Seongwu emang manis, kayak apenlibe.

“Kamu mau mas turunin disini? yakin nggak dikejar lagi?”

Ditengah kecurigaannya, Seongwu malah tertawa. Kan dia bener ya, mas ini ngegemesin. Masa baru kenal udah manggil diri sendiri pake mas?

Serasa mas dan adek. Pasutribar.
Pasangan Suami Istri Baru! ciaaaaaaaah keprok dulu atuh.

“Iya mas, disini aja. Saya bisa—”

“Kalau rentenirnya di depan kosan nungguin? bakal ngapain?”

Seongwu tak berkutik, mikir-mikir ternyata ada benarnya juga ya, kalau rentenirnya menunggu di depan kos Seongwu, ia harus apa?

“Ya nanti—”

“Udah, ikut mas dulu aja ke rumah.”

Seongwu diam sejenak, pikir-pikir. Ia mempertimbangkan baik buruknya bila ia ikut mas ini. Baiknya, pertama, mungkin ia dapat menghilang sejenak dari si bapak rentenir fans Seongwu agar mereka menyerah dan tak datang lagi untuk minta kekayaan Seongwu. Dan kedua, ia bisa dapat tumpangan makan, tidur, atau kalau ada ps boleh ikut main sebentar.

Lalu buruknya, pertama, mungkin hanya akan terjadi insiden kecil tak terduga tapi enak. Hm apa ya itu namanya? jos?

Yasudahlah, karena ada dua alasan baik dan satu alasan buruk tapi enak kalau menginap di rumah si mas ini. Maka Seongwu menyetujui si mas untuk ikut ke rumahnya.

Sebenarnya secara otak yang berpikir, Seongwu ini masih ragu-ragu secara si mas ini masih orang yang baru ia kenal, tak begitu mendalami tetek bengeknya.

Tapi ya seperti itu, suka berbeda sih kalau secara hati yang merasa. Rasanya seperti ada secercah kepercayaan yang menguatkan kalau orang asing ini adalah orang yang benar-benar mau membantu. Secara mereka sudah berkenalan secara formal dan tahu nama masing-masing. Dia tahu nama si mas, si mas tahu nama Seongwu.

Nama mas itu adalah Daniel, dan Daniel tahu dirinya sebagai pemilik nama Seongwu.

Orang asing ini mungkin terlihat memang begitu berani menggombal di balik wajah datarnya. Entahlah, aneh, padahal harusnya seongwu dimarahi karena naik asal peluk tubuh orang dan minta kebut-kebutan menghindari bapak rentenir.
Dan tak tahu memang Seongwu bodoh apa tidak, pipinya Seongwu selalu memerah kalau si mas itu sudah senyum ke arah Seongwu lewat spion. Interally screaming. Karena kalau boleh bicara nih ya, Mas ini seperti titisan siluman kelinci yang
Gacuu. Ganteng lucu unch.

“Gimana Seongwu?”

Anggukan sebagai jawaban, “Ya udah deh mas, boleh. Tapi nggak apa-apa kan? ngerepotin nggak?”

Mas yang memboncenginya kini menggeleng sambil menatap jalanan, “Nggaklah, alex aja suka ngerepotin mas, tapi mas suka tuh.”

“Hah alex? siapa mas?”

Tiba-tiba mas Daniel menghentikan vespanya. Menepikannya di pinggir jalan.

“Kenalin Seongwu, ini alex, vespa tahun 78-nya mas, Sini mas kenalin—”

Tangannya terulur untuk membantu memindahkan tangan Seongwu yang melingkar dipinggang berubah menjadi memegang stang alex,

“—Nah yang salaman sama alex, nanti masa depannya saya. Kamu udah punya pacar apa belum Seongwu?”

『』

Vespa [OngNiel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang