“Niel, satu kata buat Ong Seongwu?”
“Bhungkhuuuussss.”
Seongwu tak pernah tahu kenapa Daniel itu gampang sekali untuk berubah sikap padanya. Kadang bisa-bisanya ia jutek banget kayak semalam saat mereka mau jalan-jalan, dan sekarang si mas malah lagi seneng-seneng mengelus surai Seongwu yang lagi makan bubur ayam sambil kesemsem.“Mas, Seongwu udah selesai. Udahan ya ngelus-ngelusnya, kita berangkat langsung, nasabahnya udah nunggu ini."
Seongwu tersenyum sembari memegang tangan Mas Daniel di kepalanya untuk menghentikan aktivitas si Mas yang lagi ngelus-ngelus Seogwu.
Tatapan mereka bertemu, beberapa lama kemudian telinga lelaki yang lebih tua memerah membuka mulut sambil salah tingkah, “A-ayo wu!!”
Seolah sadar dengan posisi mereka yang terlihat seperti bucin, akhirnya mas Daniel malu sendiri. Ia dengan cepat membayar sejumlah uang kepada abang bubur, lalu langsung naik si Alex sambil buru-buru memakai helm.
Seongwu yang melihat tingkah laku Mas Daniel sekarang tertawa lepas, wadawww Mas Daniel ini orangnya baperan. Gitu doang telinganya merah, gimana nanti pas lumat Seongwu coba? Yang merah ntar apanya ya?!
Mereka berdua telah naik motor, memakai helm dan tak lupa khusus Seongwu, tangannya melingkar nyaman di pinggang si pengendara, dagunya juga bertengger pada bahu lebar itu dengan leluasa.
Posisi mereka berdua ini sekarang sudah macam dua insan yang menjalin hubungan, seolah mereka saling mencintai, padahal nyatanya mereka tahu perasaan masing-masing saja belum.
Uuu kerad sih pars. Surs, gilss sursss
Lampu merah menyala, Alex memelan seiring Mas Daniel yang mulai buka suara memecah keheningan diantara mereka.
“Seongwu?”
Daniel melirik sekilas wajah Seongwu di spion kiri Alex, sebelum akhirnya sadar kalau lama kelamaan menatap penumpang manisnya di belakang adalah perbuatan zina.
Haduuh ngawur ini.
“Iya Mas Dan?”
Suara lembut menyapa indera pendengaran Daniel, walaupun ia pakai helm, posisi yang dekat ini membuat jawaban Seongwu mampu untuk terdengar ke telinganya.
Selang beberapa menit Mas Daniel menimang-nimang untuk berpikir pertanyaan berikutnya, akhirnya ia buka suara,
“Kamu pernah ke club malam?”
'Kan... 'Kann... Seongwu kaget, ia melongo. Barus Satu kill ya ini ferguso.
“Anu, mmm– dulu sih cukup sering mas, sekarang udah jarang. Ada apa Mas, kok tiba-tiba nanya?” tukas Seongwu gelagapan.
Ia seketika malu, padahal orang kere begini masih sempat-sempatnya pernah sering clubbing plus mabuk-mabukan waktu SMA.
Seongwu memberi jarak duduk sehingga tak terlalu dekat lagi dengan Daniel. Gerakannya tiba-tiba terasa tak nyaman seiring Mas Daniel bicara maksudnya menanyakan semua hal tadi.
“Mas besok di undang temen-temen SMP ke sana buat reunian. Mas kebetulan sebelumnya nggak pernah clubbing Wu. Kira-kira mau nemenin nggak?”
Hening, lampu merah menyala. Mas Daniel gas Alex dengan tenang.
“Gimana Wu, mau ya? Mau? Temenin Mas please.”
Tiba-tiba gundah menerpa Seongwu, ia ragu menerima ajakan Mas Daniel. Disamping tidak enak karena terus-terusan nempel pada Mas Daniel, Seongwu juga nggak mau kalau nanti ia mabuk-mabukan di sana. Bisa kebongkar nanti sifat aslinya gimana di hadapan Mas Daniel. Malu.
Apa harus ditolak?
Seongwu masih menimang dengan matang, keputusan didapat telah final. Iya yakin kali ini.
“Kayaknya boleh deh Mas. Tapi, pulangnya jangan kemaleman nggak papa?”
Maaf ya, jadi ketipu.
Gausah kesel gitu bacanya, cium nih.
Daniel ketawa senang, menjedukkan pelan helmnya ke belakang pada helm Seongwu, berusaha memberikan gestur kalau kali ini jawaban Seongwu tidak mengecewakkannya.
“Yipi! Siap deh yang!”
Sepanjang jalan Mas Daniel senyum-senyum sendiri, sedangkan Seongwu mulai frustasi dengan memikirkan ‘Bagaimana caranya biar nggak tepar pas nanti minum.’
Habis gimana ya, Seongwu dulu udah kebiasaan mabuk setiap hari minghu. Lagian bukan salah dia, wong Alcohol itu 'kan jahat tapi enak.
Parkiran mulai dimasuki Daniel, Seongwu turun terlebih dahulu sembari melepas helm yang dipakainya.
“Oh iya wu, mas boleh nanya lagi?” Daniel tersenyum, ikut turun dari Alex.
“Boleh mas, nanya apa?” jawab Seongwu.
Alex distandar dua, helm mereka digantung di dua spion alex.
“Seongwu pernah ciuman sama orang lain?”
Yang ditanya kehilangan kata-kata, ia tergagap. Aktivitas membuka jaketnya seketika terhenti.
“Mas kok–”
Shook aku Seongwu shook.
“Pernah ya wu?” ucap Daniel mengulangi.
Terintrupsi, Seongwu langsung sadar akan apa yang dikatakan Mas Daniel.
“E-ehh nggaklah Mas Dan! Masa polos gini kayak Seongwu udah pernah ciuman sih!” Seongwu berdalih, ketawa canggung dan berdeham melihat Daniel cuman senyum.
“Emang kenapa sih mas, kok nanyanya gitu?” Alis Seongwu tertaut, menatap heran Mas Daniel.
“Nggak papa wu, mas cuman mau nanya aja. Kalau udah pernah, tadinya mas mau minta ajarin.”
Bener 'kan? Double kill killl ini brayyyy
『』
NI MON MAAP YA KL JLK, MAAP JUGA INI BARU LANJUT. MON MAAP YA, NTAR DITERUSIINNYA LAMA LAGI. SAYA USAHAKAN UNTUK MELAYARKAN KAPAL INI YAKKK. JANGAN PERNAH MERASA KEHILANGAN ONGNIEL!
BELIEVE WHAT YOU WANT BELIEVE!
DOAIN SAYA MASUK DAFTAR SISWA YANG DI AJUKAN WALI KELAS BUAT SNMPTN BIAR CEPET APDETNYA:)
AKU CIUM YA, AKU SYG KALIANN. MWAH
KAMU SEDANG MEMBACA
Vespa [OngNiel]
Fanfiction[Discontinued] Cerita Seongwu, anak gamers nakal tapi tampan yang terperangkap pada pesona Mas Daniel si rentenir pemilik vespa tahun '78 s h o r t f i c ' s