3. campping

1K 133 1
                                        

☆☆

"Ayo ayah cepat, ayah... gayuhnya cepat dong." gadis mungil itu terus merengek kepada ayahnya yang memboncengkannya dengan sepeda mini tua itu.

Sang ayah pun semakin menggayuh sepedanya dengan cepat.

"Alhamdulillah belum ketinggalan bus," kata ayah gadis mungil itu, (Namakamu).

(Namakamu) pun beranjak turun dari sepeda dan menatap sang ayah.
"Ayah, (Namakamu) berangkat dulu ya,"

pamitnya sembari mencium punggung tangan ayahnya, Galang.

"Hati-hati ya sayang. Dengarin apa kata guru, dan sholatnya jangan di lupakan!" pesan Galang, (Namakamu) mengacungkan ke dua jempolnya.

"iya ayah." (Namakamu) menghela nafas pelan.
"(Namakamu) pasti akan rindu ayah," lanjutnya yang membuat ayahnya tersenyum.

"(Namakamu) nggak lupa kan, bagaimana cara ampuh ngilangin rasa rindu?"

(Namakamu) tersenyum.

"Lihat sunrise kan. Karena sunrise adalah kesukaan bunda."

Galang mengacak pelan rambut (Namakamu). Ia menatap bola mata hitam pekat milik (Namakamu) yang mirip dengan istrinya.

"(Namakamu) cepat," teriak Zidny dari depan pintu bus, (Namakamu) menoleh dan mengangguk.

"Ayah, (Namakamu) pergi dulu ya, dadah.." (Namakamu) melambaikan tangan ke arah ayahnya sembari berjalan menjauh.

Galang membalas lambaian tangan gadisnya sembari tersenyum.

"Lho, aku duduk di mana Zid." (Namakamu) bingung. Di sekeliling dalam bus sudah penuh, Zidny pun sudah duduk bersama Salsa.

"Di belakang kayaknya masih ada yang kosong tuh," balas Nita sembari menunjuk kursi kosong di belakang yang berjejer tiga.

(Namakamu) mendengus, kemudian ia menenteng ranselnya dan melangkah menuju bangku belakang. Ia duduk di dekat jendela, mengabaikan kebisingan yang di ciptakan oleh teman-temannya.

Tanpa ia sadari, ada seseorang yang duduk di sampingnya, seorang pemuda yang tesenyum evil ke arahnya.

"Pagi (Namakamu) cantik."

"Hah." (Namakamu) kaget. Reflek ia menoleh ke samping.

Ia membolakan matanya menatap Iqbaal dengan terpaku.

"Kok kamu duduk di sini sih," ucapnya polos.
"Emang kenapa? Nggak boleh," balas Iqbaal dengan nada angkuhnya.

"Bo.. boleh."

Selama di perjalanan, (Namakamu) hanya menatap keluar jendela. Sedangkan Iqbaal memainkan gadgednya, sesekali melirik (Namakamu) yang melamun.

"Kayaknya Iqbaal suka deh sama (Namakamu)," bisik Kiki kepada Bastian yang duduk tepat di depan Iqbaal dan (Namakamu).

"Jangan asal bicara! Nggak mungkin lah Iqbaal suka sama gadis kecil itu," balas Bastian.

"Tapi mungkin aja sih," lanjutnya yang membuat Kiki melotot ke arahnya.

☆☆☆

"Huft.." (Namakamu) mengelap keringatnya yang bercucuran sehabis memasang tenda.

Ia duduk di bawah pohon rindang di dekat tendanya.
Wajahnya yang pucat alami kini bertambah pucat.
Seseorang datang dengan menyodorkan air mineral di depan wajahnya.

"Capek banget ya?" tanya pemuda itu, Aldi namanya. (Namakamu) membalasnya dengan anggukan.

"Nih, di minum! Biar fresh lagi." (Namakamu) mengambil air mineral itu.
"Makasih," ucapnya sembari tersenyum.

"Kurang ajar," umpat Iqbaal yang sedari tadi mengintai (Namakamu) bersama ke dua temannya.
Tangannya mengepal, menatap benci Aldi yang notabenya rivalnya sejak dulu.

"Lo kenapa sih? Cemburu?" tanya Bastian.

"Nggak! Gue nggak suka aja lihat Aldi bahagia.
Gue akan bikin dia sakit hati, gue harus pacaran sama gadis kampung itu."

Iqbaal tersenyum miring, lalu pergi dari tempat itu. Di ikuti oleh Bastian dan Kiki.

☆☆☆

Matahari, kini tak nampak lagi. Di jemput sang senja sembari menghantarkan sang rembulan di ikuti jutaan anak buahnya yamg berupa bintang.
Semua murid anak SMA Negeri 101 anyer yang sedang mengikuti kegiatan kemah, kini sudah berkumpul di pertengahan tenda.

"(Namakamu) di mana sih," gumam gadis tomboy ini, Zidny. Ia tergesa menerobos puluhan teman sekolahnya guna mencari ke dua temannya yang meninggalkannya di tenda sendirian.

Bruk..

"Aws ..." Zidny meringis sembari bangkit dari jatuhnya, mengusap bokongnya yang mati rasa itu.

"Maaf ya, gue nggak sengaja." Zidny menoleh ke asal suara .
Matanya terbelalak ketika di dapatinya, Aldi, pria tampan yang di sukainya.

"I..iya nggak papa kok."

"Ada yang luka? Mau gue obatin?" Zidny tak percaya dengan apa yang di alaminya sampai ia tak merespon ucapan Aldi.

"Hallo Zidny, lo sakit." Aldi melambai-lambaikan tangannya ke arah wajah Zidny.

"Eh, em.. nggak ada kok, gue duluan ya." Dengan gugup bercampur salting Zidny meninggalkan Aldi.




Comment yang bawel dong!!

SUNRISE❌IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang