Happy reading
☆☆
Sudah sekitar dua bulan ini Galang menghilang bak di telan bumi, dan itu berhasil membuat (Namakamu) terpuruk.
Pagi ini, (Namakamu) berjalan dengan gontai di koridor sekolahnya. Mata hazelnya yang coklat, kini semakin sayu.
Pandangannya pun sangat kosong.
Ia terkaget ketika seseorang yang tiba-tiba saja merangkul pundaknya."Hay (Nam)." Suara berat itu menyadarkan (Namakamu) dari lamunannya.
(Namakamu) mendongak, menatap wajah timur tengah itu dengan intens.
"Iq..iqbaal," ucapnya terbata.
"Kenapa sih lo, lemes banget?" Tanya Iqbaal. Dan belum sampai (Namakamu) menjawab, Iqbaal sudah menarik tangan (Namakamu) menuju kantin.
"Iqbaal lepasin! Aku mau ke kelas," ucap (Namakamu).
"Kita makan dulu. Gue tau lo belum sarapan," ucap Iqbaal dengan santai. (Namakamu) menatapnya tak percaya, seorang Iqbaal peduli padanya?
"Tap.."
"Udah ayo." Iqbaal kembali menarik tangan (Namakamu).
Iqbaal dan (Namakamu) duduk berdua di kursi kantin.
"Lo kenapa (Nam)?" Tanya Iqbaal.
"Kenapa apanya?" Ucap (Namakamu) yang tak mengerti arti pertanyaan Iqbaal.
"Lo ada masalah?" Tanya Iqbaal.
(Namakamu) menggeleng. Iqbaal menghela nafas. Dengan perlahan, tangannya menyentuh tangan (Namakamu).
"(Nam) gue mau jujur sama lo."
(Namakamu) menautkan alisnya bingung.
"Gue cinta sama lo (Nam)! Gue mau jadi pacar lo!"
(Namakamu) membolakan ke dua matanya. Dengan cepat, ia melepas tangan Iqbaal.
Ia bingung harus menjawab apa. Selama ini, ia tak pernah pacaran."Ak.. aku.."
"Lo boleh jawab besok (Nam)."
(Namakamu) mengangguk.
"Ke kelas yuk, sebentar lagi bel."
(Namakamu) kembali mengangguk. Dengan langkah cepat, ia meninggalkan Iqbaal yang tengah tersenyum evil ke arahnya itu.
☆☆
Di sini, di tempat gelap ini, pria setengah dewasa itu berada. Dengan tali yang mengikat tangan dan kakinya, serta lakban hitam yang membungkam mulutnya selama dua bulan ini.
Kalaupun itu di lepas, hanya untuk makan dan minum saja.Cklek..
Ia melihat cahaya dari pintu yang telah di buka. Ia juga melihat orang yang membukanya.
Bukan, bukan lelaki bertubuh besar yang selama ini menemaninya.
Tapi ini, perempuan setengah baya yang terlihat cantik walaupun keriput terukir di wajah cantiknya.Ia menatap wanita itu lama. Di amatinya wajah yang familiar itu, dan ternyata..
"Mama!" Pekiknya dalam hati, karena mulutnya masih di lakban.
Wanita paruh baya itu mengkode kepada anak buahnya melalui pergerakan tangan untuk melepas lakban yang menutupi mulut anaknya.
"Mama," ucap Galang ketika lakbannya telah di lepas.
Wanita paruh baya itu tersenyum miring.
"Kasihan sekali kamu Galang."
"Ma, apa maksud ini semua? Tolong lepasin Galang ma!" Galang memohon.
"Mama akan lepasin kamu tapi dengan satu syarat. Kamu harus gantiin papa kamu untuk mimpin perusahaan," ucap mamanya yang bernama Ana itu.
"Tapi ma, ada seseorang yang harus aku jaga di rumah ku!"
"Tinggalkan keluarga mu Galang. Kamu akan bahagia hidup bersama mama dari pada tinggal dengan anak istri mu itu."
"Aku nggak bisa ma, aku nggak bisa tinggalin anak ku sendiri di pesisir. Istri ku sudah meninggal ma," ucap Galang.
Mama Ana nampak berfikir.
"Oke, mama akan izinin anak kamu tinggal bersama kita, tapi nggak sekarang."
"Tapi ma."
"Atau nggak sama sekali." Dengan arogannya, mama Ana memotong perkataan Galang. Galang hanya pasrah.
☆☆
"Niat banget lo, tembak anak kampung itu," seru Bastian, ketika mereka berada di tempat tongkrongan.Iqbaal hanya tersenyum miring, sedangkan Kiki, hanya mendengarkan mereka.
"Ini bagian dari rencana gue untuk balas dendam ke Aldi si bangsat itu." Iqbaal menyeringai.
"Iblis banget lo Baal," ucap Kiki.
"Tapi lo nggak suka beneran kan sama (Namakamu)?" Tanya Bastian.
"Ya nggak lah!" Iqbaal menjawab dengan cepat.
Komentar yang bawel dong!!
![](https://img.wattpad.com/cover/151672231-288-k261550.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNRISE❌IDR
Ficção AdolescenteAku sadar, aku hanya sebutir debu di antara intan-intan berlian, Aku paham, mungkin, arti hadir ku tak begitu penting bagi kalian, Aku tahu, aku bukan orang sempurna, dan bukan orang yang kalian harapkan. -(Namakamu) ashilla BEBERAPA PART HANYA BIS...