7. Ayah dimana?

917 145 3
                                    


**
Pagi menjelang. Jam menunjukan pukul 06:30.
Iqbaal, Bastian, dan Kiki sedang berjalan santai di koridor sekolah yang sudah terlihat ramai itu.

"Bro, cari makan yuk!" Ajak Bastian.

"Tapi lo yang traktir," sahut Kiki.

"Mumpung gue baik hati dan banyak uang. Oke, gue traktir." Bastian menyombongkan diri.

Iqbaal hanya diam, tak menyahut obrolan ke duanya.

"Woy, lo ikut nggak?" Kiki

"Nggak," balas Iqbaal, kemudian pergi.

Kiki melirik Bastian.

"Dia kenapa sih?" Tanyanya, Bastian hanya mengangkat ke dua bahunya tanda tak tahu.

**

"Morning Zid, Sal." Aldi menyapa.

Zidny terbengong menatap wajah tampan itu.

"Morning to, Al," balas Salsa sembari menyenggol lengan Zidny. Zidny pun tersadar.

"(Namakamu) nggak masuk ya?" Pertanyaan Aldi berhasil membuat Zidny jengkel.

"Nggak, dia masih di rawat," jawab Salsa.

"Kalau boleh tau (Namakamu) di rawat di rumah sakit apa?"

Salsa mengetuk-ketukan jari telunjuknya tanda berfikir.

" (Namakamu) sudah pulang kok. Tenang saja," ketus Zidny. Setelah itu, ia menarik lemgan Salsa untuk menjauh.

**
(Namakamu), kini sedang di tuntun sang ayah menuju kamarnya.

"Ayah mau kemana?" Tanyanya ketika sang ayah akan melenggang pergi, setelah sebelumnya mengantarkannya duduk.

"Ayah mau kerja dulu, sayang."

(Namakamu) mendongak, mendapati wajah tampan ayahnya yang tepat berada di atasnya.

"Ayah di rumah saja ya, temani (Namakamu). Perasaan (Namakamu) nggak enak."

Galang mengelus pelan rambut panjang (Namakamu) yang tergerai.

" (Namakamu) tenang saja. Ayah pasti akan baik-baik saja.
Sekarang (Namakamu) istirahat ya! Agar cepat pulih."

(Namakamu) menggelengkan kepalanya, lucu sekali.

" (Namakamu) ikut antar ayah ya."

Mata hazel (Namakamu) menatap teduh mata sipit Galang.

" (Namakamu), nurut apa kata dokter! Jangan bikin ayah khawatir lagi!" Galang membujuk (Namakamu).

Dengan terpaksa (Namakamu) mengangguk. Mengizinkan sang ayah untuk berbaur dengan air dan ombak lagi.

"Yasudah, ayah pergi ya, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati ya ayah!"

Galang mengacungkan ke dua jempolnya. Sebenarnya, dalam hati kecilnya, ia tak tega, meninggalkan putrinya yang sedang sakit itu.

Tiga pria berotot besar itu tampak mendekat ke arah Galang.
Galang menatap ketiganya dengan bingung.

"Ada apa ya om?" Tanyanya.

Tanpa menjawab, ke dua pria itu memegang ke dua tangannya dengan kuat, dan yang satunya berjaga-jaga.
Lalu, dengan paksa, mereka membawa Galang yang sudah terbius itu memasuki sebuah mobil hitam dan melenggang pergi.

**
Malam menjelang. Dan kini semakin larut.
Air laut yang pasang, kini semakin tinggi. Gulungan-gulungan ombak pun kini semakin besar.

Terlihat, (Namakamu) yang sedang berada di atas sebuah mercusuar tua yang berada di dekat pantai.

Matanya tanpa henti melihat para nelayang yang sudah mendekat ke bibir pantai.

"Ayah di mana sih," gumamnya.
Lalu, kaki mungilnya berjalan turun dari mercusuar itu.

Ia mendekat ke salah satu nelayan yang di kenalnya.

"Pak, ayah di mana?" Tanyanya.

Bapak-bapak itu menjawabnya bingung.
"Ayah kamu tidak melaut, (Namakamu)."

Maaf pendek. Lagi nggak mood ngetik😦

SUNRISE❌IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang