14. Akhir(end)

1.4K 145 5
                                    


☆☆
Iqbaal dan Aldi berlari dengan raut cemas di lorong rumah sakit.
Perasaan takut dan khawatir menyelimuti keduanya.
Di dapatinya seluruh keluarga keduanya, kedua orang tua mereka, serta Galang.
Iqbaal melihat sosok mungil yang sedang berbaring lemah di blankar ruang ICU.

"Ma, kenapa mama ada di sini?" Tanya Iqbaal.

"Tadi mama menemukan (Namakamu) bersimpuh darah di jalanan. Mama menelefon keluarganya, dan ternyata, ternyata dia cucu mama nak," jawab mamanya dengan terisak.

Aldi menatap Iqbaal tajam, dengan cekatannya ia berhasil memukul perut Iqbaal.

"Ini semua gara-gara lo! (Namakamu) sekarat gara-gara lo," teriak Aldi tepat di depan wajah Iqbaal.

Iqbaal tak menjawab, ia hanya diam sembari memegangi perutnya yang sakit.

"Sudah sayang, ini takdir." Mama Ana mencoba menenangkan Aldi.
Rasa menyesal pun menyelimutinya karena telah membuat cucunya tertekan.

Galang menangis dalam diamnya. Melihat gadis mungilnya yang sedang di tangani dokter.

"Sayang, bertahanlah buat ayah, ayah mohon!" Batinnya lirih.

"Dok detak jantungnya menghilang," pekik suster yang ikut menangani (Namakamu).

"Siapkan alat mengejut jantung, pegang kuat-kuat alat pernafasannya! Jangan sampai terlepas," intruksi dokter.

"Baik dok."

"(Namakamu), maafkan aku. Aku sadar, aku begitu sangat mencintaimu.
Jangan tinggalkan kita semua (Namakamu).
Aku janji, aku akan menyayangi dan melindungi mu, meskipun kita tidak bisa bersatu,"
batin Iqbaal.

Sudah tiga jam (Namakamu) di tangani dokter.
Suara decitan pintu terdengar. Seorang dokter dan dua orang suster keluar dari ruangan itu dengan wajah kusutnya.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya Galang. Dokter itu menggeleng.
Dengan cepat, Iqbaal menerobos masuk ke dalam.

"(Namakamu) bangun, jangan tinggalkan aku (Namakamu)!" Iqbaal menangis histeris, mengguncang-guncangkan tubuh mungil yang mulai kaku itu.

"Sayang, ayah mohon, jangan tinggalkan ayah!
Ayah janji, akan meluangkan waktu yang banyak untuk mu."
Galang menangis sembari mengelus pucuk kepala (Namakamu).

"Maafkan om, (Namakamu).
Om ikhlas, semoga kamu bahagia di sana," ucap Aldi.

"Maafkan nenek (Namakamu), tak sepantasnya nenek mengucapkan kata-kata yang menyakiti hati mu," batin mama Ana yang menagis terisak di pelukan suaminya.

☆☆
Kini, mereka semua, Galang, Iqbaal, Aldi, keluarga, serta kerabat terdekat menatap gundukan tanah merah itu dengan perasaan duka.
Salsa, gadis itu menyerahkan sepucuk surat kepada kekuarga besar itu.

"Sebelum (Namakamu) kecelakaan, dia membuat surat dan menitipkannya ke Salsa. Katanya, surat ini untuk keluarganya," ucapnya. Setelah itu, ia berpamitan dan membawa Zidny yang masih menangis terisak.

"Gue jahat Sal, gue jahat sama malaikat itu. Nggak seharusnya gue bergabung dengan iblis Hana. Sekarang, gue kehilangan malaikat yang selalu ada buat gue, hiks.." ucap Zidny dalam tangisnya.

Salsa memeluk Zidny.

"Ini sudah takdir Zid, lo nggak salah," bisik Salsa menguatkan.

☆☆

Aku sadar,
Aku cuma sebutir debu di antara intan-intan berlian.

Aku paham,
Mungkin arti hadirku tak begitu penting bagi kalian.

Aku tahu,
Aku bukan orang sempurna, dan kalian harapkan.

Aku punya hati,
Dan apabila hati ini terus tersakiti, mungkin diam ku ini tak akan mampu tuk menahan rasa perihnya.

Aku punya air mata,
Dan apabila air mata ini memaksaku tuk mengeluarkannya, aku tak kan mungkin bisa lagi tuk menahannya.

Aku cuma bisa menghayal dan merasakan keindahannya.

Aku cuma bisa diam, dan membiarkan orang lain tuk berkata sesuka mereka.

Aku,
Bagai sebutir debu yang tak berarti..

Dan ku cuma bisa mengikuti arah angin yang membawaku pergi dan berhenti di satu titik yang aku sendiripun tak tahu keberadaan titik itu.

Seiring berjalannya waktu,
Mungkin ku kan hilang terhempas hujan.

Dan di saat itu terjadi, ku hanya bisa berharap.

Mereka kan berfikir bahwa,
Sebutir debu juga berarti.

Aku sudah memaafkan kesalaham kalian,

Dan di titik ini, sebisa mungkin aku menyiapkan tempat terindah untuk kalian.

(NAMAKAMU) ASHILLA.

End..

Terimakasih untuk reader setia author.
Terimakasih untu Nani Sofia yang telah menciptakan puisi di atas.

Nantikan cerita aku selanjutnya ya😆

SUNRISE❌IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang