2. Sunrise

1.3K 148 4
                                    


  ☆☆

(Namakamu) melambaikan tangan ke arah ayahnya, yang sudah mengapung jauh dari daratan.
Tak lama kemudian, terlihat makhluk indah yang bercahaya muncul dari sebelah timur, makhluk itu adalah matahari.

(Namakamu) memandang sunrise tanpa berkedip, matanya menyipit karena kesilauan oleh sang surya. Surya, ia jadi teringat dengan nama panjang teman sekelasnya.

Ia berjalan menjauhi pantai,  ketika ia sudah puas memandangi sunrise.
Ia memang pengangum sunrise, pemandangan yang begitu indah. pemandangan yang membuatnya semangat untuk menjalani setiap hari-harinya yang terasa hambar.

Pagi yang cerah, burung-burung berkicauan terdengar indah di daerah pesisir ini.
(Namakamu) serta sahabatnya, Zidny, sedang menaiki bus yang mengantarnya ke sekolah yang ada di pertengahan kota.

Suara keramaian menyambutnya ketika ia turun dari bus tepat di depan gerbang sekolahnya, SMA negeri 101 anyer, adalah salah satu sekolah elit di kota anyer.

☆☆

   Suara derap langkah kecil gadis mungil ini berhasil menerbangkan debu-debu yang di langkahinya.
Gadis itu duduk di kursi yang berada di depan sebuah kelas, sesekali ia melihat j tangan yang terpasang di tangan mungilnya.

"Zidny kemana sih, lama banget," gumamnya.
pasalnya, sahabatnya, Zidny, sudah sepuluh menit tak ujung menemuinya setelah sebelumnya izin ke toilet.

Ia pun mengambil salah satu buku pelajarannya yang ada di dalam tasnya, dan di bacanya. Ia pun terlarut dalam bukunya.

☆☆

Tiga laki-laki keren ini berjalan dengan gaya angkuhnya di koridor sekolah.
Mereka, tiga lelaki yang terkenal bad, tetapi sangat tampan dan kaya.

Salah satu dari ke tiga lelaki itu menghentikan jalannya.
Ia nampak melihat sesuatu yang menarik, terlihat dari senyum evilnya, ia akan melakukan sesuatu.

"Nggak usah cari korban dulu deh Baal, masih pagi ini," ucap pria tampan yang mempunyai badan sedikit berisi ini, sebut saja Kiki.
Pria yang di panggil Baal yang bernama lengkap Iqbaal Surya Nathana ini melirik Kiki sekilas, lalu kembali menatap sang objek.

"Bacot," balas Iqbaal, lalu mulai berjalan menuju sang objek dan duduk di sampingnya.
"Heh kutu buku, cewek kampung," ucapnya dengan nada dingin, dan itu tepat di dekat telinga objeknya yang ia sebut 'gadis kampung' itu.
Gadis itu, (Namakamu) Ashilla, yang sedari tadi sibuk membaca bukunya kini menatap Iqbaal dengan kaget.

"Aku memang gadis kampung, mau apa kamu?" ucapnya, Iqbaal menatap gadis itu dengan dahi berkerut.
Selama ini, tidak ada yang berani menjawab olokannya, tapi gadis ini??

"Lo nggak tau siapa gue?" tanya Iqbaal.
"Tau kok. Kamu Iqbaal kan, kita sekelas," jawab (Namakamu), lalu ia beranjak dari duduknya, berniat menghindari Iqbaal. Tetapi, baru beberapa beberapa langkah, tangannya di tarik Iqbaal, dan dengan spontan ia terduduk di paha Iqbaal yang sebelumnya masih terduduk itu.

"(Namakamu)." suara itu mengagetkan (Namakamu) dan Iqbaal, dan dengan cepat (Namakamu) beranjak dari paha Iqbaal.
"Ma..maaf," ucapnya pelan.
"Zidny.. ayo!" (Namakamu) menarik tangan sahabatnya yang menatapnya dengan bingung.

☆☆

"Lo suka sama dia?" tanya Kiki sembari menepuk pelan pundak Iqbaal. Iqbaal menatapnya sekilas, lalu kembali tersenyum evil.
"bacot, gue cuma mau bikin dia menderita," jawab Iqbaal dengan santai.
"Why?" tanya Bastian, yang juga sahabat Iqbaal.

"Musuh gue suka sama dia, dan gue harus bikin dia jatuh cinta sama gue," jawab Iqbaal.
"Gue tau maksud lo kok Baal. Tapi, lo jangan sampai baper beneran sama gadis kecil itu," ucap Bastian.

"Yakali gue suka sama cewek kampung," balas Iqbaal sembari melanjutkan jalannya yang sempat tertunda itu.
"Tapi dia cantik lo Baal," sahut Kiki dengan cekikikan.
"Awss.." Kiki mengelus kepalanya yang di jitak Iqbaal.

"Tega lo, njing."
"Bodo amat bangsat!"

☆☆

Suasana di kelas 10 ipa II ini sangat sepi. Hanya ada gumaman tak jelas dari Zidny yang sedang mendengarkan musik dengan headseat-nya.
Seorang gadis tiba-tiba masuk dan duduk dengan tenang di depan (Namakamu).

"Kalian ikut campping nggak?" Tanya gadis berkulit putih dengan tinggi bak model itu bernama Salsa.
"Pinginnya sih ikut. Tapi, nggak tau di izinin ayah atau enggak," jawab (Namakamu), sementara Zidny masih sibuk dengan headset-nya.

"Semoga lo di izinin ya." (Namakamu) mengamini dalam hati.
"Besok berangkatnya jam berapa emang?" tanya (Namakamu), Salsa nampak berfikir sembari mengetuk-ketukan jari telunjuknya ke dagunya. "Jam delapan kayaknya."

"Kalian ngobrolin apa?" sahut Zidny yang baru saja mencopot headseat dari telinganya.
"Kita ngobrolin tentang campping," jawab Salsa.

"Lo ikut (Nam)?"  Zidny menatap (Namakamu) yang ada di sampingnya, (Namakamu) menjawabnya dengan mengangkat ke dua bahunya tanda tak tau.

Hanya 14 part☺
Nantikan part selanjutnya ya😆

Jan lupa pencet bintang dan komen dong😟

SUNRISE❌IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang