6. (Namakamu) :(

1K 150 5
                                        

  Klik Bintang dong!!😊


   ☆☆

Malam terlihat sunyi. Padahal jam baru menunjukan pukul dua puluh.
Meskipun masih ada manusia berlalu lalang di lobby rumah sakit.

Lelaki dewasa itu berjalan dengan tergesa di koridor rumah sakit, berjalan dengan tergesa menyusuri koridor rumah sakit dengan baju kucelnya tanpa rasa malu sedikitpun.

Terlihat, gurat kekhawatiran di wajah baratnya. Langkahnya berhenti di depan ruang UGD.

Di hampirinya salah satu dari ke dua gadis remaja ini.

"Bagaimana keadaan (Namakamu), Zid?" Tanyanya panik.

Zidny menatap wajah ayah dari sahabatnya yang terlihat muda itu.

"Belum tahu om. (Namakamu) masih di periksa."

Galang menutupi wajah tampannya dengan ke dua tangannya. Tak bisa ia bayangkan jika gadisnya meninggalkannya. Akan seperti apa kehidupannya tanpa gadis kecilnya?

"Zid, gue pulang dulu ya, di cariin bokap. Eum.. kak, aku duluan ya." Salsa, gadis feminim itu tidak tahu jika Galang adalah ayahnya (Namakamu). Karena memang terlihat dari wajahnya, usianya hanya terpaut beberapa tahun.

**
Mata pria berkulit putih ini, lincah mengikuti pergerakan tubuh sahabatnya yang juga sepupunya ini kesana kemari. Ketika manik matanya lelah, ia berucap.

"Lo kenapa sih, gila ya lo?" Ucapnya, Kiki.
Iqbaal menatap Kiki kesal, lalu menghempaskan tubuhnya di kasur empuk milik Kiki.
Yah.. saat ini, ia berada di rumah Kiki.

"Gue kepikiran (Namakamu)!"

Jawaban Iqbaal, membuat Kiki menghentikan aktifitasnya dan menatap Iqbaal serius.

"Lo suka sama (Namakamu)?" Tanyanya, dan reflek, Iqbaal melemparkan bantal ke arahnya.

"Persetan gue suka sama dia. Gadis kampung kayak gitu nggak pantas buat cowok richman kayak gue." Iqbaal mengelak sembari menyombongkan diri.

Kiki memutar bola matanya malas.

"Richman palalo!"

"Bagus deh," gumam Kiki kemudian.

Kiki mulai memejamkan matanya.

"Lah, lo suka sama (Namakamu)?" Tanya Iqbaal dengan polos.

Kiki yang sudah hampir tetidur pun, mendengus.

"Ya enggak lah, yakali.
Maksud gue tuh, bagus kalau lo nggak suka sama gadis kampung itu, kan nggak jadi malu-maluin keluarga eyang Tia." Kiki menjelaskan, tetapi tak di tanggapi oleh Iqbaal.

"Ye.. ni anak malah tidur," batinnya. Lalu, ia ikut tetidur setelah sebelumnya tertunda.

**
Dokter tampan itu keluar dari ruang UGD. Ia tampak kaget ketika Galang menghampirinya.

"Galang," ujarnya.

Galang mengernyitkan dahi.

"Dokter kenal saya?" Tanya Galang bingung.

"Lo Galang kan? Si bangsat yang telah menghamili Ara!"

Galang kaget, di amatinya wajh dokter itu.

"Ka..kamu kak Alex?" Tanya Galang.

Dokter muda yang di ketahui bernama Alex itu tersenyum miring.

"Mau apa lo ke sini?" Tanya dokter Alex dingin. Alex adalah orang yang sangat dekat dengan Ara waktu dulu.

"Bagaimana keadaan (Namakamu) kak?" Galang tak mengindahkan pertanyaan Alex.

"Dia tidak apa-apa. Racun ular yang menyebar di tubuhnya berhasil di keluarkan. Tinggal menunggu dia pulih dan sadar."

Jawaban dokter Alex, membuat Galang menghela nafas lega.

"Syukurlah, apa sekarang saya boleh menjenguknya?"

Dokter Alex mengangguk, Galang pun memasuki ruang UGD, tempat gadisnya terbujur lemah.

"Apa hubungan Galang dengan gadis kecil itu?" Gumam dokter Alex.

Galang mengelus rambut anaknya lembut.

"Sayang, cepat sembuh ya! Ayah merindukan mu," ucapnya lirih. Lalu, mengecup tangan kiri (Namakamu) yang tertempel infus itu.

**
Zidny melamun di atas jendela kamarnya.
Ia bimbang, ia bingung harus melakukan apa.

Di lain sisi, ia ingin merasakan kebahagiaan bersama Aldi.
Di sis lain, ia tidak tega, jika harus membuat sahabatnya dari kecil itu menderita.

Terlihat, wanita paruh baya menghampirinya.

"Zidny, kamu kenapa nak?"

Zidny menoleh ke arah ibunya.

"Zidny baik-baik saja bu," balasnya sembari tersenyum.

"Beneran?" Ibunya memastikan, Zidny mengangguk saja.

"Yasudah kalau tidak apa-apa. Kamu tidur gih, besok sekolahkan?"

"Iya bu," balasnya, lalu turun dari jendela, menutupnya, kemudian berbaring di ranjang empuknya.

 
Happy Reading❤

SUNRISE❌IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang